Selasa, 01 Desember 2015

Petualangan Labengki

Sulawesi Tenggara menyimpan banyak lokasi wisata yang masih belum dieksplorasi oleh para pencinta alam. Salah satunya adalah Pulau Labengki yang masuk dalam wilayah Desa/Kelurahan Labengki Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau Labengki mulai terkenal sejak salah satu stasiun TV swasta nasional menyiarkan liputan mengenai keindahan dan keaslian ekosistemnya yang belum banyak terjamah.

Petualangan kami ke Labengki akhirnya terwujud setelah hampir dua tahun hanya menjadi angan-angan. Dengan dikoordinir oleh tim inti, terkumpulah 17 orang petualang yang akan ikut dalam petualangan ini. Sesuai rencana, petualangan ini akan dilaksanakan selama dua hari mulai tanggal 28 sampai dengan 29 November 2015. Setelah perencanaan matang dari tim inti baik dari sisi konsumsi, peralatan, dan transportasi, kami berangkat dari tempat kami berkumpul pada pukul 7.15 WITA menggunakan dua angkot menuju Pelabuhan Toli-Toli. Selama perjalanan menggunakan angkot, kami disuguhi berbagai jenis musik khas angkot yang disetel dengan volume kencang dan gaya berkendara ngebut yang cenderung membahayakan keselamatan.

Sesampai kami di Pelabuhan Toli-Toli, kami singgah terlebih dahulu di rumah Bapak Habib selaku Travel Organizer Petualangan Labengki untuk mendengarkan briefing mulai dari estimasi waktu perjalanan, agenda selama di Labengki, lokasi yang akan dituju, pengaturan makan dan do and don’t selama di Labengki. Seusai mendapatkan briefing, kami bersiap untuk menaiki kapal kayu yang akan mengantarkan kami ke Labengki. Namun karena kondisi air laut masih surut, kapal tidak bisa digunakan sehingga harus menunggu air pasang. Dengan didampingi Bapak Habib, waktu untuk menunggu air pasang kami gunakan untuk melihat spesies-spesies laut di pantai yang airnya masih surut.

Beberapa saat kemudian air sudah mulai pasang, namun karena masih belum cukup untuk mengapungkan kapal, kami beramai-ramai mendorong kapal tersebut ke arah laut. Setelah berhasil mengapungkan kapal, perjalanan laut dimulai. Perjalanan berangkat ke Labengki memakan waktu sekitar 3 jam. Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan dan suasana laut yang tenang. Walaupun matahari bersinar terik kami tidak merasa terlalu kepanasan karena terbantu oleh hembusan angin laut yang kuat cukup.

Berangkaat!!
Sebelum tiba di basecamp Labengki, kami disuguhi pemandangan indah gugusan pulau-pulau kecil yang seolah menyambut kedatangan kami. Gugusan pulau-pulau ini mengingatkan kami pada Raja Ampat, sehingga banyak yang menjuluki Labengki sebagai Southeast Celebes’ Raja Ampat. Selain itu kami juga disuguhi pemandangan bawah laut yang cukup indah karena terbantu dengan kondisi air laut yang sangat jernih.
Gugusan Pulau Karang
Setiba kami di basecamp, kami menurunkan perbekalan dan rehat sebentar setelah menempuh perjalanan laut. Di basecamp telah tersedia makan siang yang telah disiapkan oleh travel organizer, sehingga kami dapat menyantap makan siang. Setelah rehat dan makan siang, kami mulai petualangan kami di Labengki dengan mendaki bukit terjal berbatu karang tajam untuk dapat menikmati pemandangan Labengki dari atas bukit. Usaha dan kewaspadaan ekstra diperlukan dalam pendakian ini, karena jika tidak hati-hati bisa saja anggota tubuh kita tertusuk atau tergores karang yang tajam. Usaha dan kewaspadaan tersebut terbayar dengan view indah dari atas bukit Labengki karena dari satu lokasi kita dapat menikmati pemandangan mirip Raja Ampat dan Teluk Cinta sekaligus.

Southeast Celebes' Raja Ampat
With All Crew
Terbantu dengan cuaca yang cerah, kami dapat menikmati hingga puas mengambil foto-foto dengan berlatar belakang dua lokasi tersebut. Sebagai informasi, Teluk Cinta adalah salah satu teluk di Labengki yang bentuknya menyerupai lambang love atau cinta apabila dilihat dari tempat yang tinggi. 
  
Love Bay
Agenda setelah itu adalah snorkeling di Teluk Cinta atau spot pertama, dimana kami harus turun ke basecamp terlebih dahulu untuk mempersiapkan peralatan snorkeling. Mungkin banyak spot snorkeling yang lebih bagus dari teluk cinta, namun setiap lokasi pasti mempunyai keunggulan tersendiri dan keunggulan teluk cinta adalah lokasinya yang tenang dan terlindung dari gelombang besar air laut, sehingga cocok digunakan untuk berlatih snorkeling bagi pemula.
Tenggelam
Kami melakukan snorkeling hari itu sampai senja menjelang. Setelah puas snorkeling, kami kembali ke basecamp untuk membersihkan diri. Karena keterbatasan air bersih, kami harus menghemat air agar semua petualang bisa mandi. Agenda selanjutnya adalah makan malam bersama dengan suguhan ikan goreng, palumara dan ikan bakar yang telah disediakan oleh travel organizer. Selesai makan, semua peserta Petualangan Labengki berkumpul di pantai dekat basecamp mengitari tumpukan kayu bakar yang akan dijadikan api unggun. Api unggun dinyalakan oleh peserta senior yang kebetulan akan mengakhiri masa tugas kerjanya di kendari. Acara dilanjutkan dengan menyanyi bersama hingga larut malam.

Api Unggun Paling Berkesan

Perkiraan kami terhadap cuaca pantai adalah hawa dingin dan hembusan angin yang kencang sehingga beberapa peserta ada yang menyempatkan membeli sleeping bag sebelum berangkat. Namun malam itu perkiraan kami salah karena hawa panas sehingga membuat badan menjadi gerah. Selain itu karena posisi tidur kami yang boros tempat, sehingga membuat beberapa peserta petualangan harus tidur di luar basecamp dengan beratapkan langit, walaupun kemudian terpaksa masuk kedalam basecamp karena hujan turun.

Keesokan harinya diawali dengan agenda bebas. Sambil mengantri kamar mandi dan menunggu sarapan, ada rekan yang naik ke atas bukit untuk mendapatkan pemandangan matahari terbit, ada yang melakukan senam yoga, ada yang menyusuri pantai yang sedang surut dan ada pula yang melanjutkan tidur. Saya sendiri lebih memlilih untuk diam berkonsentrasi menahan gejolak di perut agar sabar menanti antrian di kamar mandi.

Panorama Bawah Laut
Seusai sarapan kami bersiap menuju ke spot snorkeling kedua. Dengan memakai atribut lengkap, kami menuju ke kapal yang disandarkan agak jauh dari basecamp karena air laut yang sedang surut. Setelah menempuh perjalanan laut sekitar 15 menit, kami tiba di lokasi. Semua peserta pria petualangan Labengki segera mencari lokasi snorkeling masing-masing, sedangkan Bapak Habib melakukan penyelaman sambil melakukan pengamatan atas beberapa spesies di perairan Labengki. Setelah puas, kami berpindah ke spot berikutnya yang juga dikenal dengan spot Pantai Pasir Panjang.



Pemandangan bawah laut di spot ketiga lebih indah dibandingkan dengan spot pertama dan spot kedua. Tanpa menyelam pun eksotika bawah laut labengki dapat terlihat dari atas kapal karena air laut yang sedang surut dan airnya yang jernih. Pada spot ketiga, hamparan luas terumbu karang yang berwarna-warni tersaji dengan indah ditambah dengan kumpulan berbagai jenis ikan yang berenang diantara karang. Pemandangan bawah laut Labengki semakin mempesona dengan kilauan cahaya matahari yang menyapu terumbu karang bagaikan lampu yang tak henti-hentinya bergerak mengikuti alur gelombang laut di atasnya. Setelah puas menikmati pesona bawah laut labengki, kami membersihkan diri di pantai pasir panjang.

Agenda kami berikutnya adalah dengan makan siang di perkampungan warga Bajo di Labengki. Sebelum sampai di dermaga, kami disambut oleh bocah-bocah yang memamerkan aksi mereka salto dan melompat ke laut. Atraksi salto dan melompat ke laut ini bagi saya merupakan atraksi penyambutan yang unik dan seru. Makan siang di perkampungan Bajo di Labengki sangat mengesankan, karena kami disuguhi makanan yang sangat nikmat dengan dipayungi rindangnya pohon kelapa sambil menikmati semilir angin yang berhembus pelan. Satu hal lagi yang menjadi nilai tambah petualangan labengki adalah keramahan warga Bajo di Labengki yang membuat kami merasa nyaman di sana.

Bersama Warga Bajo
Seusai makan siang dan berfoto bersama dengan warga Bajo di Labengki, kami menyeberang lagi ke basecamp untuk mengambil peralatan dan perbekalan untuk selanjutnya kembali ke kendari. Perjalanan pulang kali ini berbeda dengan perjalanan pada saat berangkat. Ombak yang cukup kuat menyebabkan sebagian peserta Petualangan Labengki tidak dapat beristirahat dengan tenang walaupun kondisi badan sudah sangat lelah. Selain itu waktu tempuh juga bertambah, karena kapal harus melakukan manuver zig zag untuk menghindari goyangan yang lebih kuat. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 4 jam, kami sampai di Pelabuhan Toli-Toli pada pukul 17.45 WITA, untuk selanjutnya meneruskan perjalanan pulang menggunakan mobil rental. Kami pulang dengan perasaan yang puas karena Labengki memang layak untuk dikunjungi.
Koeman
Kendari, 30 November ‘15



Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...