Alhamdulillah, Maha Besar Allah dengan segala
kuasanya. Saya sangat bersyukur diberi kesempatan untuk bisa secara langsung
menunaikan ibadah sholat serta mendapatkan bonus menikmati keindahan arsitektur
Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh. Kesempatan ini bertepatan ketika saya
mendapatkan penugasan ke kantor perwakilan di kota ini.  | Perpaduan Keindahan, Kemegahan, Kesyahduan, dan Kekayaan Sejarah |
Dikutip dari Kompas.com, menurut beberapa sumber disebutkan
bahwa Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh didirikan pada 1612, pada masa Kerajaan
Aceh dibawah perintah Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Lebih lanjut, masjid
ini pernah dibakar oleh penjajah Belanda. Selain itu masjid ini juga menjadi
saksi sejarah saat bencana Tsunami melanda kawasan serambi Mekah pada akhir
tahun 2004 silam.  | Masjid Raya Baiturrahman |
Masjid ini menempati area yang luas yang terdiri
atas bangunan utama masjid, menara yang sangat megah, 12 payung raksasa,
gerbang cantik dan pelataran luas di depan masjid. Di pelataran ini ada sebuah
kolam yang semakin menambah indah pemandangan di area masjid. Ada juga
fasilitas yang terletak di bawah permukaan tanah yakni tempat wudhu yang sangat
luas.
Saat memasuki area masjid ini, jamaah atau
pengunjung akan menjumpai pelataran yang luas. Untuk memasuki area ini,
pengunjung atau jamaah harus melepas alas kakinya dan bisa menitipkannya di
petugas penitipan. Di area pelataran yang luas ini, saya merasakan hadirnya
nuansa damai dan menenangkan. Masjid yang didominasi warna putih ini
benar-benar terasa megah dan sempurna. Penataannya sedemikian presisi ditambah
dengan bangunan-bangunan pelengkapnya yang diatur sedemikian rupa untuk
menunjang fungsi utamanya sebagai tempat ibadah.  | Syahdu |
Di area pelataran masjid ini terdapat sebuah kolam yang berukuran lebar. Letaknya tepat di tengah-tengah pelataran. Kolam
ini di kelilingi area rerumputan dengan tumbuhan berbunga serta pagar besi di
sekelilingnya. Berada dan menyaksikan langsung cantiknya taman dan megahnya
masjid ini merupakan anugerah yang tidak semua orang bisa merasakannya.
Selain kolam, terdapat beberapa gapura yang ada di
masjid ini, yakni gapura utama di sebelah menara, dua gapura samping kiri dan
kanan yang berfungsi sebagai pintu masuk pengunjung, serta sebuah gerbang di
tengah-tengah pelataran masjid. Gerbang terakhir menurut saya adalah gerbang
yang luar biasa ikonik. Walaupun secara ukuran tidak terlalu besar namun tata
bangunannya luar biasa indah. Ornament-ornamen gerbang ini dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat menyatu dengan keindahan masjid secara keseluruhan.  | Bersyukur |
Saya berkunjung ke masjid ini ketika senja,
beberapa saat sebelum waktu azan maghrib dikumandangkan. Dalam masa golden hour
ini, suasana masjid selayaknya menimbulkan magis tersendiri. Guratan cahaya
matahari yang menguning menyinari masjid ini dan memberikan atraksi pergantian masa
dari terang ke gelap dengan mempesona. Secara perlahan cahaya matahari semakin
meredup dan digantikan dengan cahaya-cahaya dari lampu yang terpancar untuk
menerangi sang malam.  | Golden Hour di Masjid Raya |
Di saat tenggelamnya matahari di ufuk barat,
terdengarlah kumandang adzan merdu yang menandakan waktu untuk menunaikan
sholat maghrib. Saya bergegas mencari tempat wudhu yang ternyata terletak
dibagian bawah tanah masjid ini. Saya memperhatikan bahwa tempat wudhu di
masjid ini berukuran sangat luas dan dapat menampung banyak sekali jamaah
sehingga tidak perlu khawatir berdesakan apabila terdapat banyak jamaah yang
akan menggunakannya dalam waktu bersamaan.
Selesai melaksanakan wudhu, saya menuju ke area
dalam masjid. Di dalam masjid ini, kekaguman saya semakin bertambah. Interior masjid
ini sangat cantic dan indah. Ada banyak sekali tiang penyangga yang didominasi
oleh warna putih. Perpaduan warna putih dengan hiasan-hiasannya menjadikan
bagian dalam masjid ini terasa syahdu.  | Pengajian |
Saya cukup beruntung waktu itu karena setelah melaksanakan
sholat maghrib saya dapat mengikuti pengajian. Pengajian waktu itu mengambil
tema tentang menjaga hati agar tidak dengki. Pengajian tersebut dibawakan dalam
bahasa Indonesia namun sesekali menyelipkan kata-kata bahasa Aceh yang saya
tidak tahu artinya. Pengajian ini berakhir bertepatan dengan masuknya waktu
sholat isya.  | Perfect Frame |
Selepas menunaikan sholat isya, sebelum kembali ke
penginapan, saya menyempatkan untuk menikmati suasanya pelataran masjid dan
mengabadikannya dalam memori kamera. Pemandangan malam hari tentunya berbeda
dengan siang hari. Di malam hari, masjid raya Baiturrahman terasa megah dengan
penataan lampu-lampunya. Kubah-kubah masjid terlihat gagah dengan pancaran
sinar dari lampu di bagian bawahnya. Pemandangan masjid akan terlihat lebih ikonik
jika disaksikan dari ujung kolam, karena dari tempat ini, bangunan masjid dapat
disaksikan dari arah depan dengan sudut yang lebih luas.  | Sempurna |
Satu bangunan yang ikonik di area masjid ini adalah menaranya yang menjulang tinggi. Saya menuliskannya di blog terpisah ya pemirsaah.
Sebagai
penutup, saya bersyukur pernah berkesempatan untuk dapat menunaikan sholat di
masjid ini serta mengabadikan keindahan dan kemegahannya di dalam memori.
Tentunya saya masih berharap untuk dapat mengunjungi masjid ini lagi suatu saat
nanti.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar