Selasa, 17 Desember 2024

Museum Tsunami: Bukti Kedahsyatan Bencana Tsunami 2004

Bencana Tsunami tahun 2004 merupakan bencana yang dahsyat yang menerjang sebagian besar wilayah pesisir di provinsi yang dikenal juga dengan sebutan Serambi Mekah ini. Jejak bencana tersebut hingga kini masih dapat kita saksikan salah satunya dengan adanya museum Tsunami.

Pengingat Kebesaran Sang Maha Kuasa

Museum ini terletak di jalan di Jl. Sultan Iskandar Muda No.3, Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Masjid Raya Baiturrahman. Museum ini cukup mudah diakses dan dikenali karena bentuk bangunannya yang unik dan megah. 

Museum Terbaik di Indonesia

Tiket masuk ke museum ini dibagi dalam tiga kategori, yang pertama untuk pelajar harganya Rp3.000. Untuk pengunjung umum, tarifnya sebesar Rp5.000. Adapun untuk wisatawan mancanegara, besaran tarifnya adalah Rp15.000. Pengunjung museum ini perlu memperhatikan waktu berkunjung yakni buka pukul 9 pagi hingga pukul 12 siang dan buka kembali antara pukul 2 siang sampai pukul 4 sore. Sebagai tambahan, pada hari Jumat, museum ini tidak menerima pengunjung. 

Modern dan Informatif

Pada tahun 2023 ketika sedang bertugas di Aceh, saya menyempatkan untuk berkunjung ke museum ini. Saya sengaja datang pada saat museum baru buka ketika museum sedang tidak terlalu ramai. Setelah membayar tiket masuk, sebelum masuk ke dalam gedung museum, saya sempat tertegun sebentar menyaksikan bangkai sebuah helikopter yang sudah rusak parah. Begitu dahsyatnya bencana ini sehingga mengakibatkan harta benda, barang dan bahkan jiwa menjadi musnah dalam sekejap.

Ketika masuk ke bagian dalam museum, suasana langsung berubah mencekam dan merinding dengan suara gemericik air, lantunan kalimat tahlil secara samar dan gemuruh dari kejauhan. Sebuah lorong gelap dengan percikan-percikan air menyambut pengunjung untuk dapat merasakan betapa mencekamnya suasana pada sat Tsunami melanda.

Dari pameran pra bencana, saya menuju ke ruang pameran berikutnya yakni sumur doa. Menurut pendapat saya, ruang ini adalah yang paling membuat perasaan saya campur aduk. Dalam corong gelap ini ada nama-nama ribuan korban Tsunami yang dipahat di dinding ruangan mulai dari bagian bawah hingga bagian ujung. Ruangan ini sangat gelap dengan hanya satu sumber cahaya yang berasal dari puncak sumur. Di bagian puncak sumur ini terdapat lafadz Allah. Berada dalam sumur ini bagaikan menyadarkan kita untuk selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun.

Dari Sumur doa, saya beranjak ke lorong Tsunami atau space of fear. Di lorong ini saya merasakan pusing karena lorong ini dibuat dengan memadukan sebuah lorong yang berbentuk melingkar dan menanjak dengan ornamen garis-garis lurus di sisi kiri dan lafadz-lafadz asmaul husna di sisi kanan.

Space of Fear

Di ujung lorong tsunami atau space of fear ada sebuah jembatan perdamaian. Jembatan ini tertata dengan sangat baik dan strategis sekali. Di bagian atasnya adalah atap museum yang dihiasi bendera-bendera negara-negara sahabat yang telah memberikan bantuan pada saat bencana terjadi. Di bawah jembatan terdapat kolam yang tertata apik yang dihiasi bulatan-bulatan beton besar bertuliskan nama-nama negara yang berpartisipasi dalam pemulihan pasca bencana. 

Jembatan Perdamaian

Prasasti Persahabatan

Ujung dari jembatan ini adalah lantai 2 museum yang terdiri dari beberapa ruang diantaranya diorama, miniature, kantin, ruang pameran tetap, ruang audio visual, ruang pameran temporer, dan lain-lain. Di ruang pameran audio visual, pengunjung dapat melihat video kondisi Aceh dan sekitarnya sebelum adanya tsunami. Dokumentasi aktifitas sehari-hari masyarakat dapat kita saksikan di sini. Tidak ada aktifitas luar biasa yang tersirat dari foto-foto ini. Tidak juga ada tanda-tanda bahwa sebuah bencana besar sedang menunggu waktu untuk melandanya. Video kemudian memberikan gambaran mengenai dahsyatnya tsunami dari berbagai dokumentasi yang diperoleh. Pada bagian akhir video, di tampilkan proses pertolongan dan rehabilitasi pada para korban gempa.

Dari beberapa foto yang saya amati di museum ini, ada sumbangsih dan kerja keras yang tidak diganjar dengan penghargaan, medali atau bahkan terima kasih. Sumbangsih ini adalah dari gajah-gajah yang dilibatkan dalam proses penanggulangan bencana di tahap-tahap awal setelah bencana terjadi. Karena aksesnya yang mustahil untuk ditembus, gajah-gajah ini dimanfaatkan untuk dapat membuka akses atau bahkan membantu pencarian korban yang masih terjebak reruntuhan bangunan. 

Beberapa Foto Ikonik Saat Musibah Melanda

Beralih ke ruangan lain, bagian dari museum ini yang menurut saya sudah modern adalah ruang pameran tetap. Di tempat ini ada miniature rumah ada Aceh, tampilan visual keindahan alam serta keanekaragaman Aceh baik dari sisi kuliner maupun pakaian. Di sisi lain dari ruang pameran ini ada videotron berukuran besar yang menggambarkan bagaimana sebuah pantai yang tenang tiba-tiba berubah menjadi bencana mengerikan. Di ujung ruang pameran ini ada diorama bangunan-bangunan yang hancur setelah dilanda tsunami. Ada juga miniatur PLTD apung yang terbawa jauh ke daratan oleh derasnya gelombang tsunami.

Menggambarkan Terjadinya Bencana Secara Realistik

Miniatur Sisa Dahsyatnya Bencana

Dari ruangan modern ini saya eksplore beberapa ruangan lagi yang banyak diantaranya berisi foto-foto proses evakuasi, pembersihan bekas terdampak tsunami dan bantuan-bantuan asing yang banyak sekali. Satu hal lagi yang juga banyak ditampilkan dalam museum ini adalah upaya upaya perwujudan perdamaian dan rekonsiliasi antara pemerintah RI dengan warga Aceh yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Mengabadikan Kenangan Sekaligus Merajut dan Mempererat Kesatuan

Sebagai penutup, dari sisi arsitektur, museum ini sangat mengagumkan. Ini adalah museum terbaik yang pernah saya kunjungi. Penataannya penuh dengan makna. Setiap bagian atau ruang didalamnya didesain sedemikian rupa agar pengunjung dapat merasakan kedahsyatan bencana yang pernah terjadi. Di sisi lain, perancang museum juga mengingatkan pengunjung bahwa seberat dan sedahsyat apapun bencana yang menimpa, kita harus selalu berserah diri kepada-Nya. Terakhir, uluran bantuan dari saudara sebangsa dan negara-negara sahabat tentunya sedikit banyak dapat meringankan beban yang sedang dialami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penuh Rasa Syukur di Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Alhamdulillah, Maha Besar Allah dengan segala kuasanya. Saya sangat bersyukur diberi kesempatan untuk bisa secara langsung menunaika...