Bencana Tsunami tahun 2004 merupakan bencana yang dahsyat yang menerjang sebagian
besar wilayah pesisir di provinsi yang dikenal juga dengan sebutan Serambi Mekah ini. Jejak bencana tersebut
hingga kini masih dapat kita saksikan salah satunya dengan adanya museum
Tsunami.  | Pengingat Kebesaran Sang Maha Kuasa |
Museum ini
terletak di jalan di Jl. Sultan Iskandar Muda No.3, Sukaramai, Kec.
Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Masjid Raya
Baiturrahman. Museum ini cukup mudah diakses dan dikenali karena bentuk
bangunannya yang unik dan megah.  | Museum Terbaik di Indonesia |
Tiket
masuk ke museum ini dibagi dalam tiga kategori, yang pertama untuk pelajar
harganya Rp3.000. Untuk pengunjung umum, tarifnya sebesar Rp5.000. Adapun untuk
wisatawan mancanegara, besaran tarifnya adalah Rp15.000. Pengunjung museum ini
perlu memperhatikan waktu berkunjung yakni buka pukul 9 pagi hingga pukul 12
siang dan buka kembali antara pukul 2 siang sampai pukul 4 sore. Sebagai
tambahan, pada hari Jumat, museum ini tidak menerima pengunjung.  | Modern dan Informatif |
Pada tahun
2023 ketika sedang bertugas di Aceh, saya menyempatkan untuk berkunjung ke
museum ini. Saya sengaja datang pada saat museum baru buka ketika museum sedang tidak terlalu ramai. Setelah membayar tiket masuk, sebelum masuk
ke dalam gedung museum, saya sempat tertegun sebentar menyaksikan bangkai
sebuah helikopter yang sudah rusak parah. Begitu dahsyatnya bencana ini
sehingga mengakibatkan harta benda, barang dan bahkan jiwa menjadi musnah dalam
sekejap.
Ketika
masuk ke bagian dalam museum, suasana langsung berubah mencekam dan merinding
dengan suara gemericik air, lantunan kalimat tahlil secara samar dan gemuruh
dari kejauhan. Sebuah lorong gelap dengan percikan-percikan air menyambut
pengunjung untuk dapat merasakan betapa mencekamnya suasana pada sat Tsunami
melanda. Dari
pameran pra bencana, saya menuju ke ruang pameran berikutnya yakni sumur doa.
Menurut pendapat saya, ruang ini adalah yang paling membuat perasaan saya
campur aduk. Dalam corong gelap ini ada nama-nama ribuan korban Tsunami yang
dipahat di dinding ruangan mulai dari bagian bawah hingga bagian ujung. Ruangan
ini sangat gelap dengan hanya satu sumber cahaya yang berasal dari puncak
sumur. Di bagian puncak sumur ini terdapat lafadz Allah. Berada dalam sumur ini
bagaikan menyadarkan kita untuk selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun.
Dari Sumur
doa, saya beranjak ke lorong Tsunami atau space of fear. Di lorong ini saya
merasakan pusing karena lorong ini dibuat dengan memadukan sebuah lorong yang
berbentuk melingkar dan menanjak dengan
ornamen garis-garis lurus di sisi kiri dan lafadz-lafadz asmaul husna di sisi
kanan.  | Space of Fear |
Di ujung
lorong tsunami atau space of fear ada sebuah jembatan perdamaian. Jembatan ini
tertata dengan sangat baik dan strategis sekali. Di bagian atasnya adalah atap
museum yang dihiasi bendera-bendera negara-negara sahabat yang telah memberikan
bantuan pada saat bencana terjadi. Di bawah jembatan terdapat kolam yang
tertata apik yang dihiasi bulatan-bulatan beton besar bertuliskan nama-nama
negara yang berpartisipasi dalam pemulihan pasca bencana.  | Jembatan Perdamaian |
 | Prasasti Persahabatan |
Ujung dari
jembatan ini adalah lantai 2 museum yang terdiri dari beberapa ruang
diantaranya diorama, miniature, kantin, ruang pameran tetap, ruang audio
visual, ruang pameran temporer, dan lain-lain. Di ruang pameran audio visual, pengunjung
dapat melihat video kondisi Aceh dan sekitarnya sebelum adanya tsunami. Dokumentasi
aktifitas sehari-hari masyarakat dapat kita saksikan di sini. Tidak ada
aktifitas luar biasa yang tersirat dari foto-foto ini. Tidak juga ada
tanda-tanda bahwa sebuah bencana besar sedang menunggu waktu untuk melandanya.
Video kemudian memberikan gambaran mengenai dahsyatnya tsunami dari berbagai
dokumentasi yang diperoleh. Pada bagian akhir video, di tampilkan proses
pertolongan dan rehabilitasi pada para korban gempa.
Dari
beberapa foto yang saya amati di museum ini, ada sumbangsih dan kerja keras
yang tidak diganjar dengan penghargaan, medali atau bahkan terima kasih.
Sumbangsih ini adalah dari gajah-gajah yang dilibatkan dalam proses
penanggulangan bencana di tahap-tahap awal setelah bencana terjadi. Karena
aksesnya yang mustahil untuk ditembus, gajah-gajah ini dimanfaatkan untuk dapat
membuka akses atau bahkan membantu pencarian korban yang masih terjebak reruntuhan
bangunan.  | Beberapa Foto Ikonik Saat Musibah Melanda |
Beralih ke
ruangan lain, bagian dari museum ini yang menurut saya sudah modern adalah
ruang pameran tetap. Di tempat ini ada miniature rumah ada Aceh, tampilan
visual keindahan alam serta keanekaragaman Aceh baik dari sisi kuliner maupun pakaian.
Di sisi lain dari ruang pameran ini ada videotron berukuran besar yang
menggambarkan bagaimana sebuah pantai yang tenang tiba-tiba berubah menjadi
bencana mengerikan. Di ujung ruang pameran ini ada diorama bangunan-bangunan
yang hancur setelah dilanda tsunami. Ada juga miniatur PLTD apung yang terbawa
jauh ke daratan oleh derasnya gelombang tsunami.  | Menggambarkan Terjadinya Bencana Secara Realistik |
 | Miniatur Sisa Dahsyatnya Bencana |
Dari
ruangan modern ini saya eksplore beberapa ruangan lagi yang banyak diantaranya
berisi foto-foto proses evakuasi, pembersihan bekas terdampak tsunami dan
bantuan-bantuan asing yang banyak sekali. Satu hal lagi yang juga banyak
ditampilkan dalam museum ini adalah upaya upaya perwujudan perdamaian dan
rekonsiliasi antara pemerintah RI dengan warga Aceh yang ingin memisahkan diri
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.  | Mengabadikan Kenangan Sekaligus Merajut dan Mempererat Kesatuan |
Sebagai penutup, dari sisi arsitektur, museum ini sangat mengagumkan. Ini adalah museum terbaik yang pernah saya kunjungi. Penataannya penuh dengan makna. Setiap bagian atau ruang didalamnya didesain sedemikian rupa agar pengunjung dapat merasakan kedahsyatan bencana yang pernah terjadi. Di sisi lain, perancang museum juga mengingatkan pengunjung bahwa seberat dan sedahsyat apapun bencana yang menimpa, kita harus selalu berserah diri kepada-Nya. Terakhir, uluran bantuan dari saudara sebangsa dan negara-negara sahabat tentunya sedikit banyak dapat meringankan beban yang sedang dialami. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar