Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada
saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang
dan mempelajari sejarah. Salah satu museum yang rekomended
untuk dikunjungi adalah museum Satria Mandala. Museum ini menyimpan sejarah
tentang berdirinya Tentara Nasional Indonesia dimulai sejak jaman perebutan
kemerdekaan dari penjajah. Museum ini juga menyimpan koleksi pribadi para tokoh
TNI dan juga persenjataan yang digunakan oleh TNI pada masa perebutan
kemerdekaan RI.
|
SkyHawk Koleksi Museum Satria Mandala |
Museum ini terletak di Jalan Gatot Subroto Jakarta dan menempati areal yang cukup luas baik indoor maupun outdoor.
Biaya masuk museum ini sangat murah, yakni Rp2.500 per orang. Adapun lokasi pembelian tiket terletak di bagian depan gedung utama museum. Memasuki areal gedung, pengunjung akan disuguhi replika teks proklamasi berukuran besar yang terpatri di salah satu sisi dinding. Di ruang pertama ini juga
terdapat koleksi lambang angkatan perang yang dimiliki oleh TNI, mulai dari TNI
AL, TNI AU, TNI AD dan Polri.
|
Pintu Masuk ke Gedung Museum Satria Mandala |
|
Teks Proklamasi Kemerdekaan RI |
Setelah dari ruang utama, pengunjung diarahkan
untuk melihat koleksi selanjutnya melalui sebuah lorong penghubung. Di kiri dan
kanan lorong dipamerkan diorama perang yang pernah melibatkan rakyat Indonesia
melawan penjajah. Di ujung lorong, pengunjung memasuki ruang pameran yang
memamerkan koleksi pribadi dari beberapa pahlawan nasional diantaranya Jenderal
Soedirman, Jenderal Oerip Sumoharjo, Jenderal AH Nasution dan Jenderal HM
Soeharto. Beberapa koleksi pribadi Jenderal Soedirman yang dipamerkan
diantaranya: tandu sederhana yang dirakit dari kursi dan diberi kayu pengangkat,
jubah kebesaran, serta seperangkat meja kursi yang dahulu digunakan untuk
menerima tamu.
|
Lorong yang Memamerkan Diorama Perang Kemerdekaan |
|
Tandu Jenderal Soedirman |
|
Patung Jenderal HM Soeharto |
Di ruangan berikutnya, pengunjung dapat melihat
koleksi tentang pangkat-pangkat tentara dan sejarah beberapa peperangan yang pernah
terjadi di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Diorama yang dipamerkan
diantaranya adalah perang Ambarawa, Perang Medan Area, Perang Bandung Lautan Api
dan Perang 10 November. Di bagian lain ruang ini dipamerkan foto-foto
keterlibatan TNI sebagai pasukan perdamaian dunia yang bertugas di berbagai negara
diantaranya Timur Tengah, Kongo, Kamboja dan Vietnam. Disamping ruang pameran
ini terdapat ruang koleksi bintang jasa yang diberikan kepada para pahlawan. Di
ruang khusus ini juga dipamerkan foto-foto para pimpinan TNI dari masa-ke masa.
|
Diorama Palagan Ambarawa |
|
Koleksi Foto Penugasan TNI sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian |
Beralih ke lantai dasar, terdapat koleksi senjata
yang digunakan para pejuang dalam pergerakan perjuangan merebut kemerdekaan.
Ada peluncur mortar, pistol, pedang, senjata semi otomatis, hingga altileri
berat yang menjadi koleksi di museum ini. Memasuki areal ini akan membawa kita
menyelami masa-masa perjuangan dimana para pahlawan tidak mempunyai
persenjataan yang lengkap bahkan sederhana untuk menghadapi penjajah
yang sudah dididik dengan pendidikan dasar militer yang memadai serta dilengkapi dengan persenjataan yang jauh lebih canggih. Namun demikian, hal ini tidak menyurutkan para pahlawan dalam usaha merebut kemerdekaan dari jajahan
bangsa asing.
|
Koleksi Senjata Museum Satria Mandala |
|
Koleksi Artileri di Museum Satria Mandala |
Masih dalam ruang senjata ini, dipamerkan pula miniatur
kapal perang yang dimiliki oleh TNI. Miniatur KRI Irian, KRI Fatahillah, serta KRI Cakra
merupakan koleksi yang akan membuat kagum para pengunjung. Kapal perang yang dijadikan miniatur ini turut serta dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI dari rongrongan penjajah. Satu hal lagi yang
menarik disini adalah koleksi torpedo yang super besar. Ukuran torpedo ini luar biasa
besar dan berat.
|
Koleksi Torpedo Berukuran Jumbo |
Koleksi torpedo di museum ini rupanya menjadi
koleksi terakhir dari bagian indoor museum. Selanjutnya pengunjung dapat
melihat koleksi yang dipamerkan di ruang terbuka. Koleksi pertama yang dapat disaksikan
adalah kendaraan sedan, panser dan ambulan. Masing-masing koleksi mempunyai
sejarah tersendiri, sebagai contoh, sedan yang dipamerkan merupakan kendaraan
yang dipakai Jenderal M Yusuf pada saat bertugas di Sulawesi Selatan. Mobil
tersebut dihadang dan ditembaki oleh gerombolan pengacau. Untungnya Jenderal M
Yusuf selamat dalam peristiwa tersebut. Bekas tembakan masih dapat dilihat pada
sisi kanan dan kiri mobil tersebut.
|
Mobil yang Mengangkut Jenderal M Yusuf saat Diserbu Pengacau Keamanan |
Di areal lain, museum ini menyimpan koleksi berbagai macam pesawat yang pernah digunakan pada masa perjuangan. Salah satu koleksi yang
sangat berharga adalah pesawat Seulawah yang bernomor RI001. Pesawat
ini merupakan sumbangan dari warga Aceh dalam membantu perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Koleksi pesawat lain yang disimpan di museum ini adalah p-51
Mustang. Pesawat legendaris buatan Amerika ini terlihat cukup mencolok karena
desain depan pesawat ini yang menyerupai hiu yang sedang menyeringai.
|
RI001 Seulawah |
|
P-51 Mustang koleksi Museum Satria Mandala |
|
Helikopter Koleksi Museum Satria Mandala |
Tidak hanya pesawat, museum ini juga memamerkan
koleksi berupa helikopter MI-4 buatan Rusia. Pesawat ini turut serta dalam
beberapa operasi TNI diantaranya penumpasan pemberontakan DI/TII, operasi
Dwikora dan pemberantasan PKI.
|
Koleksi Kendaraan Tempur Lapis Baja |
Salah satu senjata yang sangat penting pada
saat operasi militer adalah kendaraan lapis baja berupa panser maupun tank.
Museum ini menyimpan koleksi kendaraan tempur tersebut di salah satu bagian
outdoor. Koleksi yang dipamerkan diantaranya Tank Amphibi, Truk Lapis Baja, Panser
dan Jip yang pernah dipakai oleh Jenderal Soedirman.
Mengakhiri jalan-jalan kami di Museum Satria
Mandala ini, tak lupa kami mengabadikan koleksi yang dipamerkan dibagian depan
dari museum ini. Ada KRI Matjan Toetoel yang terlihat kokoh, beberapa altileri
berat, pesawat A-4 SkyHawk, Pesawat MIG 21 Fishbed, Radar Udara, Helikopter Bell 204 dan Rudal SA-75.
|
MIG Fishbed, Rantis Brimob dan Tank M3 Stuart |
Pada saat pulang, kami berpapasan dengan rombongan
murid sekolah dasar yang mengunjungi museum ini. Ada ratusan anak yang menjadi peserta dalam tour ini. Mereka diangkut menggunakan 4 bus berukuran besar. Mereka
terlihat begitu ceria dan suka ria mengunjungi museum ini. Beberapa dari mereka
juga membawa alat tulis yang sepertinya akan dipakai untuk membuat catatan dari
kunjungan ke museum ini. Satu hal yang agak membuat miris adalah, pada saat setelah
turun dari bus, hal yang pertama mereka lakukan adalah menuju ke pesawat dan
kapal yang dipamerkan untuk kemudian mengambil foto beramai-ramai bersama-sama.
Sesi foto-foto ini memakan waktu lumayan lama sedangkan saat itu jam berkunjung
di museum ini akan segera berakhir. Tidak ada yang salah dengan berfoto bersama,
namun jika nantinya hal ini membuat kunjungan ke museum menjadi tidak maksimal,
tentu amat disayangkan. Kunjungan ke museum akan sangat bermanfaat untuk memberikan
pengetahuan tentang sejarah dan menanamkan rasa hormat kepada para pendahulu. Jika tujuan utama ini tercapai, generasi muda
yang sedang belajar dan berproses ini akan dapat menjadi generasi masa depan
yang menghormati dan menghargai jasa para pahlawan.
|
Ajarilah Mereka Sejarah Sejak Dini Agar Bangsa ini tetap Lestari |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar