Kampung Inggris Pare Kediri merupakan salah satu lokasi yang sangat berkesan untuk saya. Di kota ini saya berkesempatan meningkatkan kemampuan Bahasa
Inggris saya yang di kemudian hari sangat berguna baik bagi karir maupun masa
depan saya. Berikut ini merupkan sedikit catatan dan kenangan saya saat
kursus Bahasa Inggris di Pare pada pertengahan April sampai Agustus 2008.
| Kelas Basic Grammar I Mahesa April 2008
|
Saya membulatkan tekad untuk “bertapa” di Pare
setelah saya gagal dalam beberapa kali ujian masuk perusahaan atau instansi. Saya
berfikir bahwa kemampuan Bahasa Inggris saya masih sangat kurang sedangkan
tes masuk ke dunia kerja banyak diukur dari kemampuan Bahasa Inggris calon
pegawai yang akan direkrut. Dari tekad tersebut saya berangkat ke Pare hanya
berbekal sedikit informasi tentang tempat kursus, durasi serta biaya yang
dibutuhkan.
Masa-masa kursus di Kampung Inggris Pare adalah salah satu periode yang paling
menyenangkan. Saya tidak merasa dikejar
tuntutan untuk segera dapat kerja. Saya merasa bebas di sini, benar-benar bebas tanpa beban pikiran. Bahkan saya tidak merasa perlu berkompetisi dengan sesama peserta kursus
untuk membuktikan siapa yang terbaik. Dengan tiadanya beban tersebut saya
merasa damai. Saya bisa menikmati setiap waktu dengan santai, tidak
diburu-buru oleh suatu apapun. Di kota ini pula saya merasakan waktu berjalan
dengan begitu lambat. Saya juga merasa bebas. Tidak ada target yang saya
tetapkan. Tidak ada pula keharusan untuk mencapai level tertentu dalam kursus
ini. Saya juga terikat dengan siapapun untuk menentukan lamanya waktu kursus
ini.
Pada awalnya saya tidak menargetkan berapa lama akan
menempuh pendidikan di kota ini. Pun saya juga tidak terlalu ambil pusing
tentang lokasi kursusnya, karena saya berfikir bahwa keberhasilan pendidikan
dan usaha kita, diri kita sendiri yang menentukan. Syukurlah ada teman dari kampung
yang kebetulan berada di Pare. Dari informasinya saya kemudian mendaftar ke Mahesa,
lembaga kursus yang termasuk “senior” dengan fasilitas dan kualitas yang
bagus.
| Penghuni Asrama Mahesa Juli 2008
|
Berikut ini adalah lembaga kursus yang pernah menjadi lokasi saya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya. Mahesa: Lembaga kursus ini merupakan lembaga yang paling dominan untuk saya. Sebagian besar waktu kursus saya habiskan di lembaga ini. Saya belajar di lembaga ini pada dua
bulan pertama dan bulan terakhir selama empat bulan di Pare. Pada dua bulan
pertama, saya belajar tentang dasar-dasar grammar Bahasa Inggris. Pada masa itu, saya merefresh dan memperdalam kemampuan tata Bahasa Inggris secara
mendasar dan menyeluruh dengan berbagai macam contoh. Tutor dan materi yang
diberikan sangat membantu bagi para pelajar. Namun tetap hal itu bergantung pada
niat dari peserta kursus, jika belajar dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya
akan bagus. Adapun bulan ke-empat atau terakhir di Mahesa, saya fokus pada
pelaksanaan ujicoba tes TOEFL dan pembahasan soal-soalnya. Dengan banyak
berlatih dan ujicoba sedikit banyak kemampuan untuk mengerjakan soal TOEFL
akan semakin meningkat.
| Suasana Santai Dalam Belajar
|
Selain kursus di Mahesa, saya juga tinggal di asrama
Mahesa. Asrama ini cukup nyaman, satu kamar ada yang untuk dua penghuni
maupun untuk 4 penghuni, tergantung ukurannya. Kamar mandinya terbatas namun
masih bisa menampung kebutuhan semua penghuninya. Keuntungan tinggal di
asrama adalah, selain biaya bulanan sangat murah, setiap malam para penghuni mendapat
fasilitas tambahan berupa program malam selama satu jam. Dalam program
tambahan ini, para penghuni belajar untuk pidato, diskusi, maupun refresh
pelajaran kursus. Program tambahan ini sangat bermanfaat untuk semakin
mempererat keakraban para penghuni yang berasal dari berbagai daerah dan
latar belakang.
| Program Malam di Asrama Mahesa
|
| Sesi Program Asrama di Tugu Pare |
| Morning Program Bareng Penghuni Asrama Putri
|
The Daffodils: di lembaga kursus ini saya
meningkatkan kemampuan dalam bidang pronunciation atau pengucapan Bahasa Inggris
baik American Style maupun British Style. Selain itu, di lembaga kursus ini
saya juga meningkatkan kemampuan listening dengan mempelajari sebuah lagu
untuk kemudian menuliskan syair-syairnya. Praktek ini sangat membantu pelajar
untuk memahami berbagai macam pengucapan kata atau kalimat pada Bahasa Asing.
Pengajar di the Daffodils ini menurut saya sangat interaktif dan mampu
menyampaikan materi dengan sangat baik. Selain itu para peserta juga antusias
dengan caranya mengajar.
| Masih Bisa "Ngebeng"
|
Elfast: Saya mengambil kursus di lembaga ini pada
bulan ketiga di Pare. Fokus pendidikan di lembaga ini adalah meningkatkan
nilai TOEFL. Saya merasa di bulan ketiga dan di lembaga inilah kemampuan Bahasa
Inggris saya meningkat dengan sangat pesat. Saya dapat memahami trik-trik jebakan
soal TOEFL sekaligus memilah jenis-jenis kedudukan kata dalam kalimat, baik
sebagai subyek, obyek, dan verb. Selain itu, fokus pembelajaran di tempat ini
berpusat pada pemmahaman tentang kalimat majemuk, dimana jenis kalimat ini
seringkali menjebak peserta tes TOEFL. | Setelah Penutupan Sesi Kursus di Elfast
|
SMART: Karena saking banyaknya pelajar yang
mendaftar di tempat ini, penyelenggara pendidikan di lembaga ini sampai harus
menambah jam kursus pagi sekali. Pukul 5.30 pagi. Saya mengambil kursus di
tempat ini untuk meningkatkan kemampuan membedah kalimat dalam Bahasa Inggris.
Pengajar di tempat ini saya akui kemampuannya. Walaupun masih muda namun luar
biasa kemampuan Bahasa Inggrisnya. Yang saya salut juga adalah semangat dari
para peserta kursus yang ikut kelas super pagi ini karena tidak banyak
peserta yang telat dalam mengikuti penyampaian materi. Di sisi lain saya juga
merasa bahwa pendidikan di waktu sepagi itu sangat bermanfaat karena otak
masih fresh, asalkan malam sebelumnya tidak telat tidur.
Ada banyak kenangan istimewa dari masa belajar di
Kampung Inggris Pare. Pertama biaya makan dan biaya hidup yang sangat murah.
Harga makanan di kawasan Pare sangat murah. Dengan biaya yang relatif mepet,
kita masih bisa survive dalam beberapa hari. Memang ada berbagai macam
pilihan dan harga makanan, namun semahal-mahalnya harga makanan di Pare, masih
jauh lebih murah dibanding dengan kota-kota lain. Adapun makanan favorit saya
adalah nasi pecel telur yang harganya hanya Rp1.500 per porsi.
| Gak Perlu Kuatir Kantong Jebol
|
Kedua, bersepeda kemana saja. Dalam kawasan yang relatif
tidak terlalu luas, sarana transportasi sepeda yang bisa diandalkan adalah
sepeda. Lokasi belanja, wisata kolam renang, pasar rakyat, dan lokasi kursus
dapat ddengan mudah diakses dengan sepeda. Di Pare saya mendapat lungsuran
sepeda dari teman kampong yang menyelesaikan pendidikan lebih awal. Dengan
sepeda model mini itu saya menjelajahi sudut-sudut kampung Inggris. Sebagai
tambahan informasi, peserta kursus tidak harus beli sepeda, ada juga
persewaan sepeda yang harganya lumayan murah.
| Bersepeda Everywhere
|
Ketiga, Teman dan cerita dari berbagai daerah.
Ada banyak teman yang datang dan pergi silih berganti. Ada teman dari
Kalimantan Selatan, Fahrur, yang punya penyakit asma namun masih bandel
merokok. Ada Aam dari Bojonegoro yang solider dan ceria.
Ada juga Fajar, alumnus UMM Malang yang berasal dari Tulungagung yang pembawaannya
santai dan cool. Berikutnya ada Mujahid, pelajar dari Sumatera yang sangat religious,
cerdas dan sopan. Paling seru tentu saja si Omi dari Timor Leste. Bocah keling
ini merupakan penghuni Asrama Mahesa yang sangat unik dan banyak membuat
cerita konyol dan lucu.
| Diakhiri Dengan Perpisahan |
Tentunya masih banyak teman dan kisah-kisah lainnya,
namun tidak mungkin bisa saya rinci satu persatu dalam blog singkat ini. Satu
yang pasti, sebagaimana saya sebutkan di bagian awal catatan ini, Pare
memberikan kesan yang sangat mendalam bagi saya, yakni kesan tentang kebebasan,
kedamaian dan masa-masa yang menyenangkan dalam penggalan kisah hidup saya.
|