Senin, 12 Oktober 2020

Belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare: Throwback

 

Kampung Inggris Pare Kediri merupakan salah satu lokasi yang sangat berkesan untuk saya. Di kota ini saya berkesempatan meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris saya yang di kemudian hari sangat berguna baik bagi karir maupun masa depan saya. Berikut ini merupkan sedikit catatan dan kenangan saya saat kursus Bahasa Inggris di Pare pada pertengahan April sampai Agustus 2008. 


Kelas Basic Grammar I Mahesa April 2008

Saya membulatkan tekad untuk “bertapa” di Pare setelah saya gagal dalam beberapa kali ujian masuk perusahaan atau instansi. Saya berfikir bahwa kemampuan Bahasa Inggris saya masih sangat kurang sedangkan tes masuk ke dunia kerja banyak diukur dari kemampuan Bahasa Inggris calon pegawai yang akan direkrut. Dari tekad tersebut saya berangkat ke Pare hanya berbekal sedikit informasi tentang tempat kursus, durasi serta biaya yang dibutuhkan.

Masa-masa kursus di Kampung Inggris Pare adalah salah satu periode yang paling menyenangkan. Saya tidak merasa dikejar tuntutan untuk segera dapat kerja. Saya merasa bebas di sini, benar-benar bebas tanpa beban pikiran. Bahkan saya tidak merasa perlu berkompetisi dengan sesama peserta kursus untuk membuktikan siapa yang terbaik. Dengan tiadanya beban tersebut saya merasa damai. Saya bisa menikmati setiap waktu dengan santai, tidak diburu-buru oleh suatu apapun. Di kota ini pula saya merasakan waktu berjalan dengan begitu lambat. Saya juga merasa bebas. Tidak ada target yang saya tetapkan. Tidak ada pula keharusan untuk mencapai level tertentu dalam kursus ini. Saya juga terikat dengan siapapun untuk menentukan lamanya waktu kursus ini.

Pada awalnya saya tidak menargetkan berapa lama akan menempuh pendidikan di kota ini. Pun saya juga tidak terlalu ambil pusing tentang lokasi kursusnya, karena saya berfikir bahwa keberhasilan pendidikan dan usaha kita, diri kita sendiri yang menentukan. Syukurlah ada teman dari kampung yang kebetulan berada di Pare. Dari informasinya saya kemudian mendaftar ke Mahesa, lembaga kursus yang termasuk “senior” dengan fasilitas dan kualitas yang bagus. 


Penghuni Asrama Mahesa Juli 2008

Berikut ini adalah lembaga kursus yang pernah menjadi lokasi saya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya.

Mahesa: Lembaga kursus ini merupakan lembaga yang paling dominan untuk saya. Sebagian besar waktu kursus saya habiskan di lembaga ini. Saya belajar di lembaga ini pada dua bulan pertama dan bulan terakhir selama empat bulan di Pare. Pada dua bulan pertama, saya belajar tentang dasar-dasar grammar Bahasa Inggris. Pada masa itu, saya merefresh dan memperdalam kemampuan tata Bahasa Inggris secara mendasar dan menyeluruh dengan berbagai macam contoh. Tutor dan materi yang diberikan sangat membantu bagi para pelajar. Namun tetap hal itu bergantung pada niat dari peserta kursus, jika belajar dengan sungguh-sungguh, maka hasilnya akan bagus. Adapun bulan ke-empat atau terakhir di Mahesa, saya fokus pada pelaksanaan ujicoba tes TOEFL dan pembahasan soal-soalnya. Dengan banyak berlatih dan ujicoba sedikit banyak kemampuan untuk mengerjakan soal TOEFL akan semakin meningkat. 

Suasana Santai Dalam Belajar

Selain kursus di Mahesa, saya juga tinggal di asrama Mahesa. Asrama ini cukup nyaman, satu kamar ada yang untuk dua penghuni maupun untuk 4 penghuni, tergantung ukurannya. Kamar mandinya terbatas namun masih bisa menampung kebutuhan semua penghuninya. Keuntungan tinggal di asrama adalah, selain biaya bulanan sangat murah, setiap malam para penghuni mendapat fasilitas tambahan berupa program malam selama satu jam. Dalam program tambahan ini, para penghuni belajar untuk pidato, diskusi, maupun refresh pelajaran kursus. Program tambahan ini sangat bermanfaat untuk semakin mempererat keakraban para penghuni yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. 

Program Malam di Asrama Mahesa

Sesi Program Asrama di Tugu Pare

Morning Program Bareng Penghuni Asrama Putri

The Daffodils: di lembaga kursus ini saya meningkatkan kemampuan dalam bidang pronunciation atau pengucapan Bahasa Inggris baik American Style maupun British Style. Selain itu, di lembaga kursus ini saya juga meningkatkan kemampuan listening dengan mempelajari sebuah lagu untuk kemudian menuliskan syair-syairnya. Praktek ini sangat membantu pelajar untuk memahami berbagai macam pengucapan kata atau kalimat pada Bahasa Asing. Pengajar di the Daffodils ini menurut saya sangat interaktif dan mampu menyampaikan materi dengan sangat baik. Selain itu para peserta juga antusias dengan caranya mengajar.


Masih Bisa "Ngebeng"

Elfast: Saya mengambil kursus di lembaga ini pada bulan ketiga di Pare. Fokus pendidikan di lembaga ini adalah meningkatkan nilai TOEFL. Saya merasa di bulan ketiga dan di lembaga inilah kemampuan Bahasa Inggris saya meningkat dengan sangat pesat. Saya dapat memahami trik-trik jebakan soal TOEFL sekaligus memilah jenis-jenis kedudukan kata dalam kalimat, baik sebagai subyek, obyek, dan verb. Selain itu, fokus pembelajaran di tempat ini berpusat pada pemmahaman tentang kalimat majemuk, dimana jenis kalimat ini seringkali menjebak peserta tes TOEFL. 

Setelah Penutupan Sesi Kursus di Elfast

SMART: Karena saking banyaknya pelajar yang mendaftar di tempat ini, penyelenggara pendidikan di lembaga ini sampai harus menambah jam kursus pagi sekali. Pukul 5.30 pagi. Saya mengambil kursus di tempat ini untuk meningkatkan kemampuan membedah kalimat dalam Bahasa Inggris. Pengajar di tempat ini saya akui kemampuannya. Walaupun masih muda namun luar biasa kemampuan Bahasa Inggrisnya. Yang saya salut juga adalah semangat dari para peserta kursus yang ikut kelas super pagi ini karena tidak banyak peserta yang telat dalam mengikuti penyampaian materi. Di sisi lain saya juga merasa bahwa pendidikan di waktu sepagi itu sangat bermanfaat karena otak masih fresh, asalkan malam sebelumnya tidak telat tidur.

Ada banyak kenangan istimewa dari masa belajar di Kampung Inggris Pare. Pertama biaya makan dan biaya hidup yang sangat murah. Harga makanan di kawasan Pare sangat murah. Dengan biaya yang relatif mepet, kita masih bisa survive dalam beberapa hari. Memang ada berbagai macam pilihan dan harga makanan, namun semahal-mahalnya harga makanan di Pare, masih jauh lebih murah dibanding dengan kota-kota lain. Adapun makanan favorit saya adalah nasi pecel telur yang harganya hanya Rp1.500 per porsi.


Gak Perlu Kuatir Kantong Jebol
Kedua, bersepeda kemana saja. Dalam kawasan yang relatif tidak terlalu luas, sarana transportasi sepeda yang bisa diandalkan adalah sepeda. Lokasi belanja, wisata kolam renang, pasar rakyat, dan lokasi kursus dapat ddengan mudah diakses dengan sepeda. Di Pare saya mendapat lungsuran sepeda dari teman kampong yang menyelesaikan pendidikan lebih awal. Dengan sepeda model mini itu saya menjelajahi sudut-sudut kampung Inggris. Sebagai tambahan informasi, peserta kursus tidak harus beli sepeda, ada juga persewaan sepeda yang harganya lumayan murah.

Bersepeda Everywhere

Ketiga, Teman dan cerita dari berbagai daerah. Ada banyak teman yang datang dan pergi silih berganti. Ada teman dari Kalimantan Selatan, Fahrur, yang punya penyakit asma namun masih bandel merokok. Ada Aam dari Bojonegoro yang solider dan ceria. Ada juga Fajar, alumnus UMM Malang yang berasal dari Tulungagung yang pembawaannya santai dan cool. Berikutnya ada Mujahid, pelajar dari Sumatera yang sangat religious, cerdas dan sopan. Paling seru tentu saja si Omi dari Timor Leste. Bocah keling ini merupakan penghuni Asrama Mahesa yang sangat unik dan banyak membuat cerita konyol dan lucu. 


Diakhiri Dengan Perpisahan
Tentunya masih banyak teman dan kisah-kisah lainnya, namun tidak mungkin bisa saya rinci satu persatu dalam blog singkat ini. Satu yang pasti, sebagaimana saya sebutkan di bagian awal catatan ini, Pare memberikan kesan yang sangat mendalam bagi saya, yakni kesan tentang kebebasan, kedamaian dan masa-masa yang menyenangkan dalam penggalan kisah hidup saya.

2 komentar:


  1. menang dengan mudah bermain di IONQQ
    ayo segera daftar dan coba
    WA; +855 1537 3217

    BalasHapus
  2. Walah ternyata kita sezaman ya. saya juga alumni Elfast dan Mahesa mulai juni sampai agustus 2008. Saya ambil Basic 1&2 dan writing sama mr Andre dan Mr Sonhaji dan Mr. Rooney. Di Mahesa saya ambil speaking sm Miss Tri, bulan puasa 2008. Saya balik ke Jakarta beberapa hari menjelang lebaran 2008. Ada no kontaknya mas? atau email saya di muhajir_alan@yahoo.co.id

    BalasHapus

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...