Minggu, 15 November 2020

Roland Juno Di: My First Synthesizer

Salah satu hobi saya adalah bermain musik. Adapun alat musik yang lumayan saya kuasai adalah Keyboard atau piano. Karena hobi, saya rela menabung lumayan banyak untuk membeli alat musik ini, karena dari sisi harga, alat musik ini memang relatif mahal jika dibandingkan dengan gitar misalnya.

Roland Juno Di

Keyboard pertama yang saya beli adalah Roland Juno Di. Saya membelinya pada tahun 2011 ketika saya masih bertugas di Kendari Sulawesi Tenggara. Dengan bantuan teman yang punya relasi toko musik, saya membeli keyboard ini lengkap dengan pedal, stand dan kabel jack-to jack dengan harga 6 juta rupiah plus ongkir dari Solo, lokasi toko penjual berada.
Sejak 2011

Saya membeli keyboard ini setelah melakukan survey dan perbandingan lumayan lama. Ada banyak sumber yang saya gunakan untuk melakukan survey tersebut utamanya youtube. Satu hal yang saya kurang teliti sebelum membeli keyboard ini adalah keyboard ini adalah synthesizer yang lebih cocok dipakai di atas panggung. Segmen dari synthesizer adalah musisi profesional atau musisi dengan mobilitas tinggi dari panggung ke panggung. Karena segmen yang demikian, saya sempat menyesal ketika barang ini pertama kali tiba dan saya coba.

Suara pianonya di luar ekspektasi saya, kurang mellow kalo saya bilang. Selain itu dalam pendapat saya, suara pianonya sangat jauh dari suara asli piano, kesan elektroniknya sangat terasa. Berikutnya yang menjadikan saya lumayan kecewa adalah suara string. Dari sekian banyak suara string yang tersedia, tidak ada yang benar-benar menjadi favorit saya. Selain itu, tipikal tutsnya juga tidak selembut model Yamaha PSR yang sudah saya kenal, lebih keras dan saya tidak nyaman dengan tuts model seperti ini.

Tuts yang Tangguh

Selama beberapa tahun saya sempat menyesal membeli keyboard ini sampai akhirnya saya berkesempatan menggunakan ampli keyboard Roland KC 550. Perpaduan sesama produk Roland ini membuat karakter dan keunggulan Roland Juno Di muncul. Sebagai informasi, Roland Juno Di tidak dilengkapi dengan speaker bawaan. Saya baru menyadari bahwa keyboard ini tangguh dan istimewa. Jenis suara yang ada didalamnya mempunyai karakteristik tersendiri yang sangat Roland. Saya semakin kagum dengan Roland Juno Di ini saat mendengarkan suaranya dengan menggunakan Audio Technica ATH M-40X. Saya selama ini memang salah memadukan keyboard ini dengan perangkat suara yang tidak layak sanding. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai memilih ampli yang tepat dan layak untuk mendengarkan mantapnya keyboard ini.

Suara-Suara yang Khas dan Jernih

Sampai saat ini keyboard ini masih menjadi andalan saya ketika manggung atau melatih skill, karena tutsnya tahan pukul. Saya juga menggunakan keyboard ini untuk explore suara-suara unik, karena ciri khas dan kekuatan synthesizer memang ada pada segi tersebut.

Ketika Laptop Incaran Saya Raib dari Pasaran

Bulan ini saya sedang hunting laptop untuk menggantikan laptop saya yang sudah mulai bermasalah baterai dan keyboardnya. Selain dua masalah tersebut, laptop saya memang sudah waktunya di-regenerasi karena saya membutuhkan prosesor yang lebih kuat dan tahan lama.

Setelah melalui survey dan browsing, saya telah menemukan merk dan spek yang saya inginkan. Secara kemampuan dan penampilan serta dari sisi harga, laptop ini sudah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan saya. Namun yang menjadi kendala, ketika saya memesan barang dimaksud, ternyata barang tersebut sedang kosong alias out of market. Saya beralih ke toko-toko online lain dan menanyakan stock laptop dimaksud. Sebagaimana respon pada penjual online pertama, barang yang saya cari ini sedang out of stock juga. Karena penasaran, saya pun menanyakan perihal stock barang yang kosong ini ke situs resmi produk ini melalui email. Tidak lama setelah saya kirim email, saya pun mendapatkan respon yang menegaskan bahwa produk yang saya cari masih ada di pasar dan tidak sedang dis-continued alias stop produksi. Selanjutnya dalam respon tersebut ditambahkan pula link pembelian produk yang terhubung ke situs penjualan online terkemuka. Dari respon tersebut, sayapun searching ke link pembelian produk. Hasilnya, podo wae, karena penjual online pada gak punya stock. Karena laptop saya masih sanggup bertugas, saya pun mengurungkan niat untuk buru-buru beli produk ini.

Yang bikin saya sebel adalah, sudah tau barangnya kosong kenapa etalase barang toko-toko onlinenya gak diilangin aja. Bikin calon pembeli jadi kecewa. Mungkin biar karena kelihatan kalo tokonya laris dan menambah pamor tokonya? Entahlah. Yang jelas hal ini bikin saya jadi nyinyir ke beberapa toko online dengan menulis komen semacam ini, “kalo harganya sudah naik jadi sekian juta, tolong hubungi saya ya gan”.

Dalam pengamatan dan analisa saya yang hanya berdasarkan kira-kira, saya mereka-reka kenapa barang/produk incaran saya lenyap di pasaran.

  1. Permainan harga: Karena spek dan performa barangnya sangat bagus serta harga yang kompetitif, tentunya banyak calon pembeli yang kepincut. Rumusnyaadalah, jika permintaan cukup tinggi sedangkan stock tinggal sedikit, maka harga akan melambung. Calon pembeli yang mengetahui kualitas barang tentunya tidak akan merasa rugi jika ada kenaikan harga asalkan barang yang diincar bisa diperoleh.
  2. Harga ditahan supaya harga melambung: Asumsi ini masih berkaitan dengan poin di atas. Dengan motif mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, maka barang incaran tersebut ditahan sampai pada titik paling menguntungkan. Semakin penasaran calon pembeli maka akan semakin tidak sabar menunggu barang tersebut didapatkan. Dan pada saatnya harganya sudah melambung, baru barang tersebut dirilis. Memang ada resiko besar jika strategi ini dilakukan, yakni ketika ada produk baru yang lebih baru dan lebih baik yang dirilis.
  3. Menjual stok lama yang masih tersedia: Poin ini berkaitan dengan poin ke-2. Ini adalah jalan keluar jika ada produk baru yang muncul. Caranya, menahan stock produk baru dan mengeluarkan promo untuk produk-produk lama yang masih tersedia. Saya melihat strategi ini dilakukan oleh salah satu toko online. Dengan alasan stock barang yang saya cari sedang kosong, toko ini menawarkan produk lama yang tak kalah bagus dengan harga yang tidak jauh berbeda. Katanya. Ketika saya perdalam lagi, barang lama ini kalah spesifikasi serta tampilannya.
  4. Menjual barang yang lebih mahal: Ketika suatu pabrikan merilis suatu produk unggulan, utamanya produk elektronik, aka nada beberapa varian yang dirilis yang berbeda dari sisi spek maupun kualitas. Produk yang secara spek lebih tinggi tentu saja harganya lebih mahal. Dan karena lebih mahal, bias jadi keuntunngannya lebih tinggi bagi dealer atau seller. Untuk para peminat produk tersebut yang tidak terlalu memerlukan spesifikasi mumpuni akan menjatuhkan pilihan ke varian yang murah. Namun karena varian yang dimaksud tidak ada di pasaran, peminat seakan dipaksa untuk memilih varian yang lebih tinggi yang melebihi kebutuhan yang diperlukan.

Kembali ke beberapa tahun lalu, yakni ketika ada perang produk handphone antara Asus Max Pro M1 vs Xiaomi Redmi Note 5, saya yang saat itu sedang hunting HP baru tentu saja senang. Saya berasumsi bahwa perang produk ini akan berlanjut pada perang harga. Namun harapan saya tidak terwujud. Yang terjadi kemudian adalah raibnya barang ini dari pasaran atau justru adanya lonjakan harga yang cukup signifikan dari harga jual resmi yang direkomendasikan oleh vendor. Karena saya butuh segera ganti handphone dan saya tidak mau mengeluarkan dana untuk barang yang harganya dilambungkan, maka saya membeli seri lain yang secara spek tidak kalah dengan barang yang saya incar namun dengan harga yang wajar.

Selain beberapa poin di atas, saya melihat ada beberapa sebab kenapa barang-barang elektronik yang sedang booming ini tiba-tiba raib. Pertama: karena jasa Reviewer produk. Para reviewer ini, entah bekerja sama atau tidak dengan vendor atau tidak, dapat menjadi alasan pendorong seseorang untuk membeli barang yang direview. Apalagi jika dalam reviewnya dibumbui kalimat promosi “produk ini luar biasa”, “lebih murah dari seharusnya”, dan “cepat beli sebelum ghoib”. Kalo banyak peminatnya, dikeep aja dulu barangnya, siapa tahu bias dinaikkan harganya dan semakin tinggi keuntungannya. Kedua: Diborong instansi yang kebingungan merealisasikan anggaran. Dalam masa pandemik seperti ini, realisasi anggaran terutama untuk perjalanan tugas luar daerah dan agenda-agenda lain akan tersendat. Agar anggaran dapat direalisasikan, salah satu jalan keluarnya adalah dengan pengalihan anggaran untuk membeli barang pendukung produksi atau kegiatan. Kalau instansi memborong barang/produk, ya dijamin segera ilang produknya di pasaran.

Demikian catatan uneg-uneg saya yang batal beli laptop baru karena barangnya ghoib. Semoga tahun depan sudah ready lagi.

 

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...