Kamis, 22 Maret 2018

Tujuan Utama yang Tercapai dan Ekspektasi yang Tak (Sepenuhnya) Terwujud


Mendapat kesempatan belajar di luar negeri merupakan anugerah luar biasa buatku. Ekspektasiku sangat tinggi pada saat sebelum berangkat melaksanakan tugas belajar. Pada awalnya aku bertekad bahwa aku tidak boleh menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk menuntut ilmu dan mendapatkan sebanyak mungkin pengalaman.  Namun kenyataannya, ada banyak hal atau faktor yang menyebabkan ekspektasi tersebut tidak tercapai.
Self Study
Pada awalnya aku sudah mensetting jadwal harian selama masa kuliah tersebut. Dalam jadwal yang aku susun, setiap hari aku harus baca minimal satu artikel berbahasa Inggris. Selain itu aku harus menulis resume atau artikel singkat tentang apa yang telah aku baca atau pelajari. Selain itu aku juga menjadwalkan diri untuk belajar berbicara dalam bahasa inggris di depan cermin. Semua jadwal itu aku rencanakan sedemikian rupa dengan memperhitungkan alokasi waktu untuk menggunakan media sosial, bersosialisasi, memasak, olah raga, dan nonton youtube. Aku semakin termotivasi untuk melakukan jadwal-jadwal tersebut setelah menonton video tentang tips belajar ala mahasiswa Oxford. Di video itu, si mahasiswa merincikan jadwal hariannya untuk menjadi seorang mahasiswa super.
Jangan Ditiru. Efektif Sih, Cuman Bikin Sakit
Dalam perjalanannya, harapan tinggal harapan. Rasa malas dan godaan internet kenceng justru membuat aku perlahan melupakan semua ekspektasi dan jadwal yang sudah aku buat sendiri. Setiap malam lebih banyak aku habiskan untuk nonton video youtube. Dari pertarungan UFC, video klip, hingga prank menjadi santapan setiap kali menatap laptop. Hal ini diperparah dengan slogan "masih ada hari esok", slogan yang aku terapkan namun untuk menjustifikasi hal yang salah.
Sebagai akibat dari rasa malas, aku terpaksa harus beberapa kali lembur keras untuk menyelesaikan tugas kuliah. Lembur yang beberapa kali membuat badanku meriang, karena deadline yang semakin dekat dan tugas yang belum selesai sehingga badan harus diforsir untuk menyelesaikannya.
Di semester II aku merubah pola belajarku. Karena aku sadar bahwa bekerja mendekati deadline tidak akan efektif, aku mulai mempersiapkan diri jauh-jauh hari dalam mengerjakan tugas kuliah. Aku memenej waktu sesuai dengan kemampuanku dan membuat deadline pribadi. Alhamdulillah semester II dapat aku lalui dengan lebih baik.
Jangan Lupa Peregangan
Semester II merupakan semester yang sangat berat, karena untuk memulai berkonsentrasi lagi setelah adanya liburan panjang butuh tekad yang luar biasa. Mindset liburan yang penuh dengan suka-suka dan jalan-jalan harus segera diganti dengan situasi belajar yang penuh dengan konsentrasi.
Di semester II aku membagi saat-saat untuk belajar dan saat-saat untuk liburan. Pada saat belajar atau mengerjakan tugas, aku berusaha untuk konsentrasi full pada materi yang aku pelajari. Dan sebaliknya, pada saat liburan, aku berusaha untuk menikmati liburanku dengan sepenuhnya. Alhamdulillah, pada akhirnya tugas dapat dikerjakan, kuliah dapat diselesaikan dan liburan dapat dinikmati dengan puas.
Tujuan Utama Tercapai, Ekspektasi Tidak (Sepenuhnya) Terwujud
Sebagai penutup, kita seringkali berangan-angan terlalu tinggi. Akan melakukan ini dan itu namun segera menyerah dikala menemui kendala. Satu hal yang perlu ditegaskan disini, peneguhan diri pada komitmen memerlukan kesungguhan dan keseriusan dalam usaha untuk mewujudkannya. Kendala pasti akan muncul, namun disitulah seharusnya kita berusaha mencari jalan keluarnya, bukan justru menghindarinya dengan cara meninggalkannya sama sekali.

Royal Air Force Museum London


Negeri sang Ratu, Britania Raya, menawarkan banyak sekali museum untuk dikunjungi. Kebanyakan museum ini free admission alias gratis. Salah satu museum yang aku kunjungi saat menempuh Pendidikan di UK adalah Royal Air Force Museum London. Museum ini adalah salah satu museum yang menyimpan koleksi pesawat udara yang digunakan di medan perang maupun operasi militer. Museum ini juga menyimpan koleksi piagam, medali, mesin hingga amunisi yang bernilai historis tinggi. Selain di London, ada beberapa museum sejenis yang tersebar di beberapa lokasi.

the Museum Main Gate
Supermarine Spitfire F24
P-47D Thunderbolt II
Hawker Hurricane 1 dan Messersscmitt Bf 109E-3
Avro Lancaster


BAC Jet Provost T5A dan Avro Bristol
Lokasi RAF Museum London terletak di sisi utara London. Untuk menjangkau museum ini dari pusat kota London, kita bisa menggunakan tube atau kereta bawaj tanah. Stasiun tube paling dekat dari sini adalah Collindale. Dari stasiun ini lokasi museum dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Museum ini didirikan oleh Ratu Elizabeth II pada 15 November 1972. Saat ini koleksinya mencapai lebih dari 100 pesawat berbagai ukuran.

Museum ini menyediakan berbagai macam fasilitas diantaranya, ruang pameran, galeri sejarah, foodcourt, toilet gratis, dan 4D Theater. Di museum ini juga terdapat beberapa hangar untuk menampung sebagian besar koleksinya. Di hangar utama, aku langsung dibuat takjub dengan ukurannya yang luas dan banyaknya koleksi yang dipamerkan.
Di depan Avro Lancaster
Royal Aircraft Factory R.E.8

Di dalam museum ini, pesawat dengan berbagai macam jenis, ukuran dan tahun pembuatan diatur sedemikian rupa membuat setiap pengunjung merasa betah berada didalamnya. Setiap koleksi pesawat selalu dilengkapi dengan papan informasi yang menjelaskan sejarah pesawat yang dipamerkan. Namun karena koleksi yang sangat banyak dan waktu yang sedikit menjadikan aku tidak bisa membaca semua papan informasi tersebut. Namun demikian, ada beberapa koleksi yang membuat aku terkesima, pertama pesawat jenis spitfire. Pesawat berukuran ramping ini menjadi pesawat legendaris yang terlibat pertempuran melawan armada tempur lawan. Pesawat kedua adalah Avro Lancaster B.I. Melihat dari dekat pesawat ini sungguh membuatku terbayang dengan nyata bagaimana perang berlangsung pada masa perang dahulu. Pesawat ini dibuat sedemikian rupa untuk dapat memuat banyak penembak dan amunisi.

Lebih lanjut, museum ini juga menyimpan koleksi pesawat tempur jenis terbaru yakni pesawat jet canggih. Pengunjung juga dapat mengamati kokpit pesawat jet ini, karena disediakan tangga khusus untuk pengunjung.
McDonnel Douglas Phantom FGR2
Di bagian lain museum ini terdapat koleksi helicopter berbagai ukuran. Satu koleksi yang membuat aku penasaran adalah helicopter yang awalnya aku kira jenis Chinook. Helicopter ini berukuran besar dan panjang. Bentuknya unik karena mempunyai dua rotor di masing-masing  ujungnya. Baling-balingnya juga sangat panjang. Ternyata helicopter ini adalah Westland Belvedere HC1. Untungnya rasa penasaranku terhadap Chinook terbayarkan dengan adanya diorama interior Chinook, baik dari kokpit hingga bagian dalamnya. 
Westland Belvedere HC1

Aku juga berkesempatan mencoba simulator 4D theatre. Dengan membayar £5, aku menguji adrenalin dengan mencoba wahana canggih ini. Disini pengunjung akan merasakan serunya menjadi pilot pesawat tempur. Setiap pengunjung memakai kacamata khusus sehingga tampilan layar monitor terlihat nyata. Selain tampilan canggih dari layar monitor, kursi dalam teater ini akan bergerak mengikuti tampilan layar. Aksi di dalam simulator ini memakan waktu kurang lebih 12 menit dan berakhir dengan kemenangan kita dalam peperangan.
Diorama


Pada saat aku mengunjungi museum ini, kebetulan ada kunjungan siswa sebuah primary school ke museum ini. Wajah mereka terlihat antusias dengan rasa penasaran mereka akan berbagai jenis pesawat yang ada. Selain melihat dari dekat barang-barang bersejarah, mereka juga mencatat informasi yang mereka dapat di buku catatan mereka. Aktivitas mengunjungi museum ini sangat baik untuk para siswa agar mereka dapat mengenal dan belajar dari sejarah. Melihat langsung dengan melihat dari gambar tentu saja suasananya berbeda. Dengan melihat langsung benda-benda bersejarah mereka dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap bagaimana ukuran, jenis dan bentuk pesawat yang telah membebaskan mereka dari ancaman musuh di masa lalu. Mereka juga terlihat tertib dengan tidak melewati garis batas yang diberikan oleh pihak museum. Siswa-siswa ini juga berlaku sopan selama di museum, tidak berlarian atau teriak-teriak sebagaimana umumnya kebiasaan anak seusia mereka. Hal ini yang menurutku perlu diajarkan kepada siswa-siswa di negeri kita. Generasi muda perlu dididik agar menjadi pribadi yang menghormati dan menghargai jasa pendahulu, karakter menghargai orang lain dan karakter-karakter membangun lainnya. Dengan pendidikan karakter sejak dini, diharapkan di masa depan, generasi muda ini dapat membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...