Sabtu, 27 Juli 2019
Nonton Konser Yanni Bonus Prambanan Jazz 2019
Jogja Selalu Istimewa (Rangkaian Catatan Pelesir Jogja-Prambanan)
Catatan
dalam blog ini merupakan rangkaian pengalamanku saat menyaksikan konser Yanni
di Candi Prambanan dan terdiri dari banyak segmen. Masing-masing segmen tersebut
dipisah dalam beberapa blog tersendiri yakni nonton Prambanan Jazz 2019,
wisata sejarah di Imogiri, Candi Prambanan dan suasana Malioboro yang selalu
istimewa. Adapun catatan dalam blog ini menjadi benang merah dari
segmen-segmen tersebut mulai dari keberangkatan menuju Jogja hingga saat
balik kembali ke Ibukota.
Singkat
cerita, perjalanan ke Jogja aku arrange setelah aku dapat info yang lumayan
mendadak tentang perubahan jadwal konser Yanni di Prambanan. Aku masih punya
tiket saat Yanni dijadwalkan akan show di Prambanan tahun lalu yang terpaksa
ditunda karena sang maestro cedera. Setelah memastikan tiketku masih berlaku
aku mulai memikirkan akomodasi dan transportasi yang akan aku gunakan. Karena
agendanya lumayan mendadak, aku ngga bisa dapat tiket kereta api dan harus
beralih ke moda transportasi lain yakni bus antar kota.
Hari
Jumat siang aku balik kantor lebih awal. Seusai Jumatan aku berangkat menuju
ke halte MRT Istora, halte MRT paling dekat dengan kosan. Setelah melakukan tap
ticket, aku menunggu sebentar untuk kemudian naik ke MRT menuju kearah Lebak
Bulus. Inilah pertama kalinya aku nyoba MRT Jakarta. Aku terkesan dengan
kondisi stasiun dan interior MRT yang rapi, dingin, bersih serta terasa mewah.
Pemandangan yang disajikan dalam perjalanan MRT ini juga luar biasa. Mulai
pemandangan bawah tanah hingga pemandangan kota Jakarta dari ketinggian, walo
ga tinggi-tinggi amat.
Sekitar
pukul 14.00 perjalanan MRT sampai di Lebak Bulus station. aku bergegas menuju
ke pool bus Sinar Jaya setelah sebelumnya nambah bekal di minimarket
setempat. Di pool bus ini, aku mendapatkan print tiket yang aku beli secara
online di situs penjualan tiket bus. Selain aku, banyak calon penumpang
berbagai tujuan yang menunggu jadwal keberangkatan busnya masing-masing. Ada
yang mudik rutin akhir pekan dan ada juga beberapa pecinta alam yang akan
berangkat berpetualang mendaki gunung.
Bus
yang akan mengangkut kami menuju terminal Giwangan Jogja baru tiba di pool
bus pukul 15.40 dari jadwal seharusnya pukul 3 sore. Syukurlah busnya masih
baru, bagus, nyaman, dingin dan desain yang modern walaupun tidak dilengkapi
toilet.
Pukul
16.00 bus diberangkatkan dan langsung disambut dengan kemacetan akhir pekan
Ibukota di ruas tol JORR. Karena macet, laju kendaraan tidak bisa dipacu
kencang. Untuk menghindari macet yang lebih parah, bus keluar tol JORR dan
melalui rute jalan non-tol di Jatiasih Bekasi. Laju bus masih tetap merayap
karena jalanan ini juga penuh dengan kendaraan yang melintas.
Bus
masuk tol lagi di daerah Bekasi dan macet yang lebih parah menyambut
perjalanan kami saat itu. Salah satu penyebab kemacetan parah di daerah
tersebut adalah adanya proyek tol elevated yang massif. Proyek ini dikerjakan
secara besar-besaran dengan banyak sektor yang dikerjakan secara bersamaan.
Lajur jalan tol yang ada terdampak adanya proyek ini sehingga ada lajur yang
ditutup dan berakibat pada kecepatan dan kerapatan kendaraan yang
melintasinya.
Pukul
10 malam, bus sampai di cek point dan lokasi istirahat pertama yakni di Rumah Makan Taman Selera Cikamurang. Parkiran restoran ini didominasi oleh armada bus Sinar
Jaya. Restoran ini cukup istimewa, selain karena ukurannya yang luas dan
ramai pengunjung, restoran ini juga dilengkapi dengan toilet dan musholla
yang cukup luas dan cukup untuk menampung para penumpang yang sedang rehat
sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Perjalanan
dilanjutkan dan mulai memasuki wilayah Songgom. Aku baru merasa ngeri di
daerah sini. Manuver bus saat mendahului atau saat belok sangat terasa dari
atas bus. Kondisi jalan di jalur ini relatif sempit dan berupa cor namun hal
ini justru menjadi semacam tantangan bagi sopir untuk balapan dengan armada
bus malam lainnya.
Sebelum
mencapai terminal tujuan, Bus beberapa kali berhenti untuk menurunkan
penumpang antara lain di Terminal Kebumen dan Purworejo. Setelah menempuh
perjalanan selama kurang lebih 15 jam, Pukul 8 pagi, bus Sinar Jaya sampai
dengan selamat di Terminal Giwangan. Dari terminal ini aku lanjut ke rumah seorang
sobat dengan menggunakan jasa ojek online, lumayan, ada sarapan pagi dan
segelas wedang uwuh untuk mengisi perut.
Karena
jadwal konser masih lama, dengan diantar menggunakan motor, aku mengunjungi
kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri (Catatan seputar Imogiri ada di
blog dengan judul Imogiri, Makam Raja-Raaja Mataram). Selepas wisata sejarah
di sini kami lanjut wisata kuliner dengan melahap sate kambing Klathak khas Jogja plus . Akibatnya adalah
kewaregan yang tiada tara.
Setelah
mampir lagi sebentar di rumah sobat, Pukul 14.00 aku diantar ke Kawasan
Prambanan dengan menggunakan motor. Cuaca saat itu panas luar biasa,
menyengat dan membikin gerah. Ditambah lagi dengan padatnya arus kendaraan
Jogja-Solo. Luar biasa. Sekira pukul 3 sore aku nyoba langsung ke salah satu
hotel dekat Candi Prambanan. Untunglah masih ada kamar kosong hingga esok
hari. Setelah melakukan proses cek ini, aku langsung istirahat, mengumpulkan
tenaga untuk menyaksikan konser nanti malam.
Pukul
17.45 aku bersiap menonton konser. Selepas sholat, aku menuju ke lokasi
konser di dalam Candi Prambanan. (Catatan seputar konser ada di blog dengan
judul Konser Yanni di Prambanan). Konser yang mengakhiri rasa penasaran untuk
melihat dan menikmati alunan musik dari Yanni and musisi pendukungnya.
Keesokan
harinya, selepas sholat subuh, aku kembali lagi ke komplek Candi Prambanan.
Kali ini untuk hunting foto di pagi hari. (Catatan dan foto-foto saat hunting
di kompleks Candi Prambanan ada di Blog dengan Judul Prambanan di Pagi Hari).
Setelah puas hunting aku kembali menuju hotel dengan berjalan kaki sambil
menikmati suasana kampung yang penuh dengan keramahan dan keguyuban khas
Jawa.
Agenda
berikutnya adalah kembali ke Jogja. Pilihan moda transportasi saat itu adalah
menggunakan bus Jogja Solo AC dari perempatan Prambanan karena alasan cuaca
yang panas menyengat. Kondisi dalam bus yang aku naiki saat itu penuh sesak
oleh penumpang. Bus AC terasa pengap dengan bau-bau menyengat khas campuran
adonan keringat dan peluh yang telah dipanaskan selama beberapa saat.
Pengalaman saat naik Bus ini tidak akan terlupakan karena aku harus berdiri
dengan bertumpu pada satu kaki sedang kaki yang lainnya harus menopang tas
agar tidak rubuh menimpa tuas persnelling sopir. Aku juga harus menjaga
peganganku supaya tidak lepas karena menahan desakan penumpang terutama saat
sopir mengerem kendaraan.
Yang
menjadikan aku semakin terkesan dengan kultur warga Jogja adalah
keramahannya. Ada banyak penumpang yang tidak saling kenal sebelumnya yang
kemudian terlibat percakapan panjang. Percakapan yang tidak terencana dan
tidak membahas hal-hal serius namun terlihat akrab dan tanpa sekat. Jogja
memang istimewa, begitu pula dengan warganya.
Perjalanan
bus berakhir di terminal Giwangan. Dari terminal ini aku lanjut menuju ke
Malioboro menggunakan Transjogja disambung dengan gojek. Di Malioboro aku
menghabiskan waktu sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta api Taksaka
Lebaran yang masih lama. Di Malioboro aku sempatkan untuk wisata kuliner dan
mencari oleh-oleh untuk dibawa ke Ibukota. Aku juga menyempatkan untuk
nongki-nongki di sebuah café di dekat stasiun. Suasana Trully Jogja sangat
terasa di café ini. Dari keramahan orang-orangnya, ramainya orang lalu
Lalang, santapan nikmat serta alunan musik yang dibawakan dengan apik oleh
musisi-musisi muda kota Jogja. Cukup lama aku menghabiskan waktu di café ini
sebelum kemudian menunggu jadwal keberangkatan kereta api di dalam stasiun.
Pukul
22.15 kereta api berangkat menuju ke tujuan akhir stasiun Gambir Jakarta.
Tidak banyak catatan perjalanan saat balik naik kereta ini yang bisa
diceritakan disini karena beberapa saat setelah kereta api diberangkatkan,
aku memilih untuk tidur.
Alhamdulillah
pada pukul 6.40 Senin pagi kereta api tiba di Gambir. Walaupun telat dari
jadwal seharusnya, aku masih sempat beberes di kosan kemudian lanjut mengejar
presensi di Kantor.
Pelesir
dalam rangka nonton konser di Jogja ini sangat istimewa buatku. Selain tujuan
utama tercapai, aku juga mendapatkan bonus tambahan yang membuatku merasa bahagia
dan bersyukur. Diantaranya adalah bertambahnya jumlah teman serta cerita/pengalaman
yang dibawanya. Petualangan baru tidak selalu membawa kesan baik namun dia
akan membawa pengalaman baru yang membuat kita selalu belajar.
|
Langganan:
Postingan (Atom)
Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial
Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...
-
Saya cukup gembira melihat bahwa kini masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan peluang bisnis di daerahnya sendiri. Salah satu model peluan...
-
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang d...
-
Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo...