Makam
Raja-Raja Imogiri merupakan salah satu tempat bersejarah yang sudah lama
sekali ingin saya kunjungi. Di tempat ini bersemayam
jenazah raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah Mataram. Kompleks pemakaman
Imogiri terbagi menjadi tiga areal. Pertama Astana Kasultan Agung. Di areal
ini terdapat makam Sultan Agung selaku pendiri Kesultanan Mataram. Areal
berikutnya adalah wilayah makam raja-raja Surakarta yang merupakan tempat
peristirahatan terakhir khusus penguasa kesultanan Surakarta. Yang ketiga
adalah areal makam raja-raja Ngayogyakarta yang merupakan kompleks makam
raja-raja yang menjadi penguasa Kesultanan Yogyakarta.
|
Gapura Supit Urang |
Saya
mengunjungi Kompleks pemakaman Imogiri pada hari Sabtu dimana pada hari
tersebut kompleks pemakaman sedang tutup dan tidak melayani pengunjung. Namun
demikian pengunjung masih bisa memasuki areal luar pemakaman dan beristirahat
di beberapa pendopo yang tersedia. Pengunjung yang hadir itupun ada yang
membacakan doa-doa di pendopo luar bangunan utama.
Sebelum
ke areal makam, pengunjung harus menaiki anak tangga yang jumlahnya ratusan.
Dibutuhkan kekuatan fisik ekstra untuk menaikinya. Namun bagi yang ingin
segera sampai atau tidak terlalu kuat fisiknya, dapat menggunakan jasa ojek
untuk bisa segera sampai ke bagian utama kompleks makam.
|
Undakan Menuju Areal Kompleks Makam Imogiri |
Hari
itu cuaca di makam Imogiri lumayan panas. Namun udara cukup sejuk karena
banyak pepohonan yang merindangi. Kesan saya, Areal Pemakaman Imogiri cukup terawat
dan bersih. Ada banyak tempat sampah yang disediakan sehingga pengunjung
dapat memanfaatkannya agar kebersihan tetap terjaga. Selain itu, banyak juga
petugas yang merawat dan membersihkan kompleks makam. Di beberapa titik,
terlihat ada bangunan atau pintu yang baru dicat.
|
Asri dan Menenangkan |
|
Pendopo di Makam Imogiri |
Di
Makam Imogiri ini ada banyak gapura dan makam serta pendopo yang dibangun. Bangunan-bangunan
tersebut kental bernuansa Jawa yang terlihat dari susunan bata dan bentuk atapnya.
Walaupun tidak sama persis di antara masing-masing bangunan namun ada
kesamaan secara umum yakni kontur bangunan tersebut terlihat kokoh. Selain areal
pemakaman, pagar dan gapura, ada juga benda-benda yang dikeramatkan seperti tempayan
air yang berukuran besar. Air dari tempayan ini dipercaya mempunyai khasiat dan
kelebihan tersendiri.
|
Tempayan yang Disakralkan |
Di
kompleks makam Imogiri terdapat satu kisah tentang pengkhianatan seorang
tumenggung bernama Endranata saat Sultan Agung akan mengusir penjajah dari
Jayakarta. Karena pengkhianatan sang tumenggung, upaya pengusiran penjajah
tersebut gagal dan Kesultanan Mataram menderita kerugian yang besar. Untuk memberikan
hukuman yang setimpal sekaligus peringatan yang tegas kepada rakyat yang akan
berkhianat, sang tumenggung di hukum mati dan jenazahnya di kubur di tiga tempat
terpisah yakni kepalanya di bawah sebuah gapura, badannya di antara anak
tangga dan kakinya di kolam. Jejak makam tersebut masih terlihat hingga kini,
berupa gundukan yang tidak rata di antara anak tangga menuju ke kompleks
pemakaman Imogiri.
|
Makam Tubuh Tumenggung Endranata (@suara.com) |
Di
bagian lain areal Makam Imogiri terlihat ada longsoran yang meruntuhkan dan
memisahkan jalur menuju ke sisi kiri makam Imogiri. Kondisi tanah dan
bangunan disekitar lokasi longsor cukup membahayakan. Pengunjung makam
disarankan untuk tidak melewati batas aman berupa larangan melintas yang
telah dipasang oleh pengelola makam.
|
Longsor di Salah Satu Sisi Areal Makam Imogiri |
Pengunjung
tidak perlu kuatir lapar atau haus jika mengunjungi Makam Imogiri, karena ada
banyak penjual makanan dan minuman ringan yang menjajakan dagangannya di makam
ini. Selain makanan dan minuman ringan, ada juga yang menjual ramuan wedang
uwuh khas Jogja dan sejarah makam raja Imogiri.
|
Gerbang Menuju Ke Arah makam Imogiri |
Mengunjungi
langsung areal Makam Imogiri dan mendengar kisah-kisah tentang suksesi
kepemimpinan Raja-Raja Jawa akan membawa kita pada nostalgia tentang kisah lestarinya
sebuah kekuasaan di tanah Jawa yang penuh dengan intrik, perjuangan, peerpecahan,
pengkhianatan, kesetiaan dan pengorbanan. Kisah-kisah tersebut serta situasi
terkini di dua Kesultanan turunan Mataram menjadikan Makam Imogiri semakin sakral
untuk dikunjungi, dan sekaligus untuk menggali lebih dalam sejarah yang mungkin masih tersembunyi.
|
Wuuzzz
BalasHapus