Sabtu, 27 Juli 2019

Merasakan Kesakralan Makam Imogiri dan Cerita Tentang Sebuah Pengkhianatan

Makam Raja-Raja Imogiri merupakan salah satu tempat bersejarah yang sudah lama sekali ingin saya kunjungi. Di tempat ini bersemayam jenazah raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah Mataram. Kompleks pemakaman Imogiri terbagi menjadi tiga areal. Pertama Astana Kasultan Agung. Di areal ini terdapat makam Sultan Agung selaku pendiri Kesultanan Mataram. Areal berikutnya adalah wilayah makam raja-raja Surakarta yang merupakan tempat peristirahatan terakhir khusus penguasa kesultanan Surakarta. Yang ketiga adalah areal makam raja-raja Ngayogyakarta yang merupakan kompleks makam raja-raja yang menjadi penguasa Kesultanan Yogyakarta. 
Gapura Supit Urang
Saya mengunjungi Kompleks pemakaman Imogiri pada hari Sabtu dimana pada hari tersebut kompleks pemakaman sedang tutup dan tidak melayani pengunjung. Namun demikian pengunjung masih bisa memasuki areal luar pemakaman dan beristirahat di beberapa pendopo yang tersedia. Pengunjung yang hadir itupun ada yang membacakan doa-doa di pendopo luar bangunan utama.
Sebelum ke areal makam, pengunjung harus menaiki anak tangga yang jumlahnya ratusan. Dibutuhkan kekuatan fisik ekstra untuk menaikinya. Namun bagi yang ingin segera sampai atau tidak terlalu kuat fisiknya, dapat menggunakan jasa ojek untuk bisa segera sampai ke bagian utama kompleks makam. 
Undakan Menuju Areal Kompleks Makam Imogiri
Hari itu cuaca di makam Imogiri lumayan panas. Namun udara cukup sejuk karena banyak pepohonan yang merindangi. Kesan saya, Areal Pemakaman Imogiri cukup terawat dan bersih. Ada banyak tempat sampah yang disediakan sehingga pengunjung dapat memanfaatkannya agar kebersihan tetap terjaga. Selain itu, banyak juga petugas yang merawat dan membersihkan kompleks makam. Di beberapa titik, terlihat ada bangunan atau pintu yang baru dicat. 
Asri dan Menenangkan


Pendopo di Makam Imogiri
Di Makam Imogiri ini ada banyak gapura dan makam serta pendopo yang dibangun. Bangunan-bangunan tersebut kental bernuansa Jawa yang terlihat dari susunan bata dan bentuk atapnya. Walaupun tidak sama persis di antara masing-masing bangunan namun ada kesamaan secara umum yakni kontur bangunan tersebut terlihat kokoh. Selain areal pemakaman, pagar dan gapura, ada juga benda-benda yang dikeramatkan seperti tempayan air yang berukuran besar. Air dari tempayan ini dipercaya mempunyai khasiat dan kelebihan tersendiri. 
Tempayan yang Disakralkan
Di kompleks makam Imogiri terdapat satu kisah tentang pengkhianatan seorang tumenggung bernama Endranata saat Sultan Agung akan mengusir penjajah dari Jayakarta. Karena pengkhianatan sang tumenggung, upaya pengusiran penjajah tersebut gagal dan Kesultanan Mataram menderita kerugian yang besar. Untuk memberikan hukuman yang setimpal sekaligus peringatan yang tegas kepada rakyat yang akan berkhianat, sang tumenggung di hukum mati dan jenazahnya di kubur di tiga tempat terpisah yakni kepalanya di bawah sebuah gapura, badannya di antara anak tangga dan kakinya di kolam. Jejak makam tersebut masih terlihat hingga kini, berupa gundukan yang tidak rata di antara anak tangga menuju ke kompleks pemakaman Imogiri. 
Makam Tubuh Tumenggung Endranata (@suara.com)
Di bagian lain areal Makam Imogiri terlihat ada longsoran yang meruntuhkan dan memisahkan jalur menuju ke sisi kiri makam Imogiri. Kondisi tanah dan bangunan disekitar lokasi longsor cukup membahayakan. Pengunjung makam disarankan untuk tidak melewati batas aman berupa larangan melintas yang telah dipasang oleh pengelola makam. 
Longsor di Salah Satu Sisi Areal Makam Imogiri
Pengunjung tidak perlu kuatir lapar atau haus jika mengunjungi Makam Imogiri, karena ada banyak penjual makanan dan minuman ringan yang menjajakan dagangannya di makam ini. Selain makanan dan minuman ringan, ada juga yang menjual ramuan wedang uwuh khas Jogja dan sejarah makam raja Imogiri. 
Gerbang Menuju Ke Arah makam Imogiri
Mengunjungi langsung areal Makam Imogiri dan mendengar kisah-kisah tentang suksesi kepemimpinan Raja-Raja Jawa akan membawa kita pada nostalgia tentang kisah lestarinya sebuah kekuasaan di tanah Jawa yang penuh dengan intrik, perjuangan, peerpecahan, pengkhianatan, kesetiaan dan pengorbanan. Kisah-kisah tersebut serta situasi terkini di dua Kesultanan turunan Mataram menjadikan Makam Imogiri semakin sakral untuk dikunjungi, dan sekaligus untuk menggali lebih dalam sejarah yang mungkin masih tersembunyi.

1 komentar:

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...