Sebagai pelengkap rangkaian catatan saat nonton
konser Prambanan Jazz 2019 di Prambanan, kali ini saya tuliskan catatan lanjutan
saat saya berada di Yogyakarta. Kali ini topik catatan adalah sendiri menikmati
suasana keramaian di Malioboro.
|
Malioboro Dan Keramaian |
Malioboro merupakan salah satu tujuan wisata yang
paling utama dan terpopuler di Yogyakarta. Hal ini terbukti dengan banyaknya wisatawan
yang mengunjungi lokasi ini setiap hari. Tak terkecuali dengan hari itu, saat
saya menghabiskan waktu menunggu jadwal kereta larut malam untuk kembali menuju
ke Jakarta.
|
Satu Arah di Malioboro |
Menyusuri trotoar Malioboro selalu istimewa. Ada
berbagai macam aktivitas di sana yang membuatnya seperti itu. Sebenarnya saya
kurang tertarik berada di keramaian atau harus menerobos lalu lalang pengunjung
yang padat. Saya lebih suka menikmati ketenangan suasana seperti yang
ditawarkan di Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri atau Candi Sewu. Namun demikian
Malioboro menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Keriuhan pengunjung yang berbaur
dengan penjaja dagangan dan penyedia jasa transportasi lokal tidak lantas
menjadikan Malioboro ruwet dan semrawut. Justru keramaian ini menjadi terlihat
seperti sesuatu yang unik dimana di sepanjang jalur Malioboro wisatawan bebas
melakukan aktivitas yang ia inginkan seperti berbelanja souvenir, berbelanja
oleh-oleh, menikmati wisata kuliner, berselfi ria atau sekedar menyusuri
jalan sambil berbaur dengan pengunjung lainnya. Sepanjang yang saya lihat,
raut muka wisatawan menyiratkan kebebasan, semacam kondisi tanpa tekanan. Dan
hal itu yang menurut saya unik dari tempat ini.
|
Titik 0 Kilometer |
Tidak ada aktifitas khusus yang saya lakukan.
saya menyusuri jalanan Malioboro menuju ke titik nol kilometer. Di tengah
keramaian pengunjung pada masa akhir liburan, saya sendiri menikmati serunya keramaian
itu. Bebas menentukan arah langkah kaki tanpa harus konsentrasi memikirkan
sesuatu. Sesampai di titik nol kilometer, tepatnya di seberang gedung BNI,
saya mengambil lokasi duduk yang strategis sambil memperhatikan aktifitas
pegunjung di sekitar tempat tersebut. Seru juga aktifitas mengamati aktifitas
orang ini.
|
Salah Satu Spot Terfavorit di Yogyakarta |
Jika aktifitas memperhatikan aktifitas orang lain
dianggap suatu hal yang sia-sia, maka pandangan tersebut tentu saja sangat
mendiskreditkan para sosiolog. Tapi bukan berarti pula bahwa saya merupakan
seorang sosiolog, saat itu saya benar-benar hanya sedang tertarik mengamati
perilaku pengunjung yang kebetulan ada di sekitar saya. Dari aktifitas
seorang pria yang bolak-balik minta foto diulang karena hasilnya tidak sesuai
dengan keinginannya, hingga seorang ayah yang sibuk mengawasi putrinya agar
tidak hilang dari jangkauan pandangannya.
|
Menjelang Senja di Malioboro |
Saat malam mulai menjelang, perut terasa lapar,
menandakan perlunya asupan makanan ke dalam tubuh. Saya mellipir ke sebuah
gang dan menemukan restoran ayam geprek yang memajang harga makanan dengan
jelas. Bagi saya, resto ini merupakan pilihan yang masuk akal karena harganya
sudah tertera dan rasanya tidak akan jauh dari ekspektasi saya.
|
Murah, Kenyang, Enak, Banyak. |
Semakin malam, kawasan Malioboro semakin ramai.
Pengunjung yang datang semakin banyak, menjadikan malam itu semakin seru.
Sekali lagi saya melewati jalan menyusuri Malioboro untuk menuju ujung lain
dimana Stasiun Tugu Yogyakarta berada. Dalam perjalanan balik ini, saya merangkum
beberapa hal sebagai berikut:
- Malioboro menerapkan sistem satu arah, dengan
demikian, arus lalu lintas diharapkan menjadi tidak tersendat. Disiplin para
pengguna jalan sudah cukup baik, karena pengendara sudah mematuhi aturan
tersebut, termasuk para pengemudi delman dan becak motor.
- Atraksi musisi jalanan. Bagi saya atraksi ini
sangat khas sebagai keunikan Malioboro. Selalu menyenangkan melihat dan
mendengar atraksi grup musik para seniman jalanan ini berlangsung. Sayangnya
saat itu pengunjung terlalu banyak sehingga saya hanya bisa mendengarnya
tanpa bias melihatnya dengan leluasa.
|
Ra Kethok Artise |
- Pihak berwenang di Malioboro menerapkan larangan
berjualan di trotoar. Dengan larangan ini, mobilisasi pengunjung menjadi semakin
lancar karena tidak terhambat oleh adanya penjaja makanan. Satu hal yang saya
salut dari petugas yang menegakkan aturan ini, mereka menggunakan pendekatan persuasif
yang sopan kepada para penjaja makanan yang masih membandel yang menjual
dagangannya di lokasi yang dilarang.
|
Pendekatan Persuasif Kepada Padagang yang Bandel |
- Kekurangan toilet. Sebagai salah satu tujuan
wisata yang paling populer, jumlah toilet yang tersedia di kawasan Malioboro menurut saya sangat tidak representatif. Selain jumlahnya minim, kualitas toilet yang tersedia
juga kurang layak. Hal ini perlu menjadi concern dari pemerintah setempat
demi kenyamanan wisatawan yang berkunjung.
- Semakin banyak tenant popular. Dibandingkan
dengan saat pertama kali saya mengunjungi kawasan ini sekitar 7 tahun yang
lalu, saat ini semakin banyak tenant popular yang membuka gerai di kawasan
ini. Gerai brand-brand ternama tersebut bersanding beradu dengan
tenant-tenant lokal yang secara kekuatan modal lebih lemah. Jika tidak
diantisipasi, kedepannya Malioboro bisa jadi akan berubah menjadi kawasan pedestrian dimana mayoritas pengunjung
hanya memandangi gerai-gerai brand ternama dengan pengunjung-pengunjung necis
di dalamnya.
- Kesadaran wisatawan akan pentingnya kebersihan
sudah mulai menunjukkan perkembangan positif. Hal ini didukung pula dengan langkah
pemerintah setempat yang menyediakan tempat sampah pada beberapa titik
strategis. Namun demikian, masih dengan sangat mudah dapat dijumpai adanya
sampah yang dibuang dilokasi yang tidak semestinya. Semoga kedepannya,
kesadaran pengunjung akan semakin meningkat.
|
Mempercantik Kota Membuat Syahdu Suasana |
|
Semakin Peduli Kebersihan |
|
Sendiri Di Tengah Keramaian Malioboro |
Pada akhirnya, saya sangat menikmati saat saya melangkah
sendiri menembus keramaian Malioboro. Ada sensasi tersendiri dimana saya bisa
mendiskusikan apa yang saya amati dengan diri saya sendiri. Meninggalkan
semua yang telah dilewati tanpa perlu menoleh kembali.
Malioboro, 7 Juli 2019
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar