Tulisan ini merupakan rangkaian catatan saat
mengunjungi Yogyakarta untuk nonton konser Yanni dalam bungkus Prambanan Jazz
2019 di Prambanan. Kali ini topiknya tentang Museum Benteng
Vredeburg.
|
Patung Jenderal Soedirman Koleksi Museum Benteng Vredeburg |
Waktu sudah sangat sore ketika saya masuk ke
museum ini. Saya agak menyesal kenapa tidak sedari awal memasuki museum yang saat
itu waktu kunjungnya akan segera habis. Karena waktunya tidak terlalu lama,
segera saya eksplore lokasi wisata sejarah yang berada di kawasan Malioboro
ini.
|
Pintu Masuk Sekaligus Pintu Keluar Museum |
Untuk masuk ke museum ini, pengunjung hanya perlu
mengeluarkan uang sebesar Rp3000. Tiket masuk sebesar Rp3000 menurut saya sangat
murah dan hanya merupakan formalitas, karena saya yakin biaya perawatan
museum ini tidak akan cukup jika hanya bergantung dari retribusi masuk
pengunjung. Meski sangat murah, pengunjung museum saat itu sangat sedikit
jika dibandingkan dengan pengunjung Malioboro yang membludak mendekati masa
akhir musim liburan. Entahlah, mungkin kunjungan museum dirasa membosankan,
karena melihat koleksi-koleksi dan hal-hal yang sudah berlalu.
Sebagai informasi, berdasarkan kronologi
pemanfaatan benteng Vredeburg yang dipajang di salah satu sisi dinding
museum, museum ini awalnya merupakan sebuah benteng yang dibangun oleh
pemerintah Belanda (VOC) pada Tahun 1760. Pada tahun 1765 hingga 1788
bangunan benteng disempurnakan dan kemudian dimanfaatkan sebagai benteng
pertahanan hingga 1799.
|
Salah Satu Sudu Museum |
Pada tahun 1799, pemanfaatan benteng diambil alih
oleh Kerajaan Belanda yang saat itu dibawah kendali Gubernur Jenderal
Daendels. Benteng ini sempat dikelola oleh Pemerintah Kolonial Inggris tepatnya
antara 1811 hingga 1816. Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945, benteng
ini turut dikuasai oleh tentara kekaisaran Jepang.
Sebelum akhirnya dikuasai kembali oleh Pemerintah
Indonesia pada 1949, Belanda melalui Agresi Militer II sempat menguasai
kembali benteng ini pada tahun 1948. Sejarah yang sangat panjang bagi sebuah
benteng yang kini semakin terawat dan memuat banyak informasi ini.
|
Bangunan Museum Yang Masih Terawat |
Menurut saya, museum Vredeburg terawat dengan
baik. Warna cat bangunan tidak terlihat kusam dan lahan terbuka museum ini
terlihat bersih dari sampah. Selain itu museum ini juga dilengkapi dengan
banyak fasilitas untuk menunjang kenyamanan pengunjung.Fasilitas tersebut diantaranya, toilet yang
bersih dan nyaman digunakan, dengan jumlah yang memadai; Touchscreen untuk membantu pangunjung agar lebih
memahami sejarah khususnya sejarah benteng Vredeburg; Petunjuk arah yang
jelas dan strategis; Kafetaria; ruang pameran; ruang game dan taman bermain
yang dipadu dengan taman bunga yang segar dan mempercantik pemandangan.
Benar-benar museum yang nyaman dan layak untuk dikunjungi.
|
Suasana Halaman Utama Museum |
|
Gedung Tempat Diorama Dipamerkan |
Di dalam museum ini terdapat barang bersejarah
yang menjadi koleksi diantaranya Meriam peninggalan Penjajah Belanda, miniatur
tugu Yogyakarta, dan barang-barang bersejarah lainnya. Selain itu di dalam
museum ini juga ditampilkan diorama-diorama yang menggambarkan sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Tak lupa, ada juga patung Jenderal Soedirman yang berdiri kokoh menghadap ke
pintu gerbang masuk museum benteng Vredeburg ini.
|
Kembaran Tugu Yogya |
|
Siap Digunakan Jika Muncul Ancaman |
Selain melihat koleksi yang dipamerkan di dalam
ruang pameran, pengunjung bisa menikmati pemandangan sisi luar museum
tepatnya pemandangan titik nol kilometer Yogyakarta. Pemandangan ini cukup
strategis karena lokasinya berada di lantai 2 benteng dan tidak ada bangunan
lain yang menghalangi.
|
Lentera Museum |
Karena waktu kunjung yang tidak terlalu lama,
saya tidak bisa melihat semua koleksi yang dipamerkan di museum ini. Itu
artinya saya juga tidak bisa menyelami sejarah dengan lebih mendalam di tempat
ini.
|
Iklan Genset |
Sejarah, baik yang tertulis ataupun tidak
merupakan salah satu panduan untuk kita bertindak. Pengalaman masa lalu bisa
menjadi guru yang sangat efektif bagi kita untuk mengambil langkah ke depan. Ada
yang bilang bahwa sejarah akan berulang, itu artinya kita berkesempatan untuk
melihat hal yang pernah terjadi, kembali menimpa kita. Dengan guru yang
efektif a.k.a pengalaman utawi sejarah, kita berkesempatan besar untuk
menghindari hal buruk terjadi kepada kita dan menjadikannya kesempatan untuk
belajar dari kesalahan serta menjadikannya peluang yang menguntungkan.
Malioboro, 7 Juli 2019
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar