Kamis, 20 Februari 2020

Once Upon a Time in Cirebon

Beginilah hidup, ada suka dan ada duka. Kadang bergantian dan seringnya berkombinasi. Namun, hidup kadang ada garingnya juga. Ngga seru namun ngga juga membosankan, just so so. Blog ini aku tulis buat kenang-kenangan bahwa aku pernah menjalani hari yang begitu random. Ambyar, ga bersemangat, merasa “sendiri", ketemu teman baru, eksplore suatu tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya serta mencoba kuliner populer suatu daerah yang dinamai Cirebon. 
Stasiun Cirebon

Hari itu Sabtu di bulan November. Aku menuju ke Cirebon untuk menghadiri resepsi pernikahan seseorang yang aku kenal sejak dua tahun sebelumnya. Aku sudah berjanji untuk datang ke pernikahannya saat dia mengundangku. Janji yang harus aku tepati jika tidak ada udzur. Walaupun lumayan sering berkomunikasi, aku belum pernah sama sekalipun bertatap muka dengannya. Terus terang “dia” ini adalah sosok yang aku damba untuk bisa menyempurnakan separuh agamaku. Namun memang beginilah skenario dari-Nya yang Maha Agung, aku bertatap muka langsung justru di hari bahagianya yang sekaligus menjadi salah satu hari yang ingin segera aku lalui, tinggalkan, dan lupakan. 
Ada Spot Cantik di Stasiun Gambir
Perjalanan ini aku mulai dari kosanku sesaat setelah sholat subuh usai kutunaikan. Dari kosan aku menuju stasiun Gambir untuk bersiap melanjutkan perjalanan menggunakan kereta api. Tidak ada yang istimewa dari perjalanan kereta api ini. Semua berlangsung lancar tanpa kendala. Dalam perjalanan ini, aku sendiri, karena sohibku yang merupakan sahabat dari sang mempelai, yang seharusnya menemaniku, ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkannya. Untungnya dia memberikan CP temannya yang lain yang bisa diajak kondangan barengan.
Ambil Nafas Dalam-Dalam di Sini
Pukul 9.45, kereta api tiba di Stasiun Cirebon. Perjalanan aku lanjutkan dengan menggunakan transportasi online menuju ke lokasi resepsi yang tidak terlalu jauh jaraknya dari stasiun. Sesampai di lokasi, aku segera menghubungi CP yang diberikan temenku. Syukurlah akhirnya ada temen buat kondangan.
Saat resepsi berlangsung, praktis aku berada di sebuah acara pesta dimana aku belum pernah bertatap muka langsung dengan semua yang hadir di acara tersebut, bahkan dengan para mempelainya. Ada perasaan wah.. seru bin aneh juga ini moment..
Tidak ada momen spesial atau dramatis saat aku mengucapkan selamat secara langsung kepada mempelai berdua. Aku bersyukur Allah SWT menganugerahiku hati yang tabah dan ikhlas melihat wanita yang kudamba bersanding mesra dengan imamnya. Mereka memang merupakan pasangan yang sangat ideal dari bibit, bebet dan bobotnya. Aku turut bahagia dan berdoa semoga keberkahan melimpahi pernikahan mereka.
Pamer Bojo
Aku tidak sempat menikmati hidangan yang disajikan, karena jumlah tamu yang demikian banyak dan antrian yang cukup lama, kecuali segelas air minum kemasan yang sempat aku comot saat keluar gedung resepsi. Demikian buru-burunya teman-teman baru yang ingin segera berwisata kuliner di kota ini.
Bersama teman-teman baru, aku melanjutkan cerita hari itu. Lokasi pertama yang kami tuju adalah resto nasi jamblang Bu Nur, resto nasi jamblang paling popular di Cirebon. Sebagai informasi, nasi jamblang adalah hidangan nasi dengan lauk yang beraneka ragam yang disajikan di atas daun jati. Di warung Bu Nur ini, lauk yang disajikan sangat bervariasi dengan harga yang sangat murah. Pantas jika warung ini sangat popular karena antrean penikmat kuliner ini mengular dan butuh waktu cukup lama sebelum kita mendapat giliran memesan makanan yang kita inginkan.
Antrian di Nasi Jamblang Bu Nur
Tidak puas dengan Nasi Jamblang, kami lanjut ke makanan khas Cirebon berikutnya yakni Empal Gentong H Apud. Makanan yang paling direkomendasikan disini adalah empal gentong dan sate kambingnya yang maknyuss. Enak mantap. Sebagaimana kondisi di Nasi Jamblang Bu Nur, resto Empal Gentong H Apud juga penuh dengan para penikmat kuliner ini. Untungnya, walaupun banyak pengunjung, namun layanan di resto ini cukup cepat sehingga kami tidak perlu menunggu terlalu lama untuk dapat menikmati hidangan yang kami pesan.
Kuliner Berikutnya, Kedai H. Apud
Karena jadwal perjalanan kereta balik ke Jakarta masih lama, kami putuskan untuk eksplore tempat wisata yang ada di sekitaran Cirebon. Dengan menyewa mobil, kami putuskan untuk menuju ke Telaga Cicerem yang berada di kaki gunung Ciremai dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kuningan.
Perjalanan menuju ke lokasi ini ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam melewati jalanan yang cukup nyaman. Pemandangan yang tersaji dalam perjalanan ini didominasi oleh kawasan permukiman dan sesekali memasuki area persawahan menghijau dengan latar belakang kawasan perbukitan.
Selamat Sore dari Kaki Gunung Ciremai
Sesampai di lokasi, dengan membayar tiket masuk sebesar Rp5.000 per pengunjung, kami bisa menikmati udara segar dengan pemandangan telaga biru yang berukuran cukup luas. Pengunjung bisa mengitari telaga ini sambil menikmati sensasi berjalan di antara rimbun pepohonan yang ada. Pengunjung juga bisa menuju ke bagian atas dari komplek telaga ini untuk menikmati pemandangan telaga dari ketinggian dan sawah yang membentang di punggung bukit. Pihak pengelola juga menyediakan beberapa gazebo kecil yang berfungsi sebagai tempat berteduh para pengunjung.
Telaga Biru Cicerem Kuningan
Telaga ini mempunyai satu spot cantik yang instagramable yakni dermaga kecil dengan lambang love yang berlatar belakang telaga dan rimbunnya pepohonan. Selain itu, bagi pengunjung yang ingin relaksasi secara ekonomis, bisa duduk di pinggir telaga sambil merendam kaki ke dalam air. Airnya yang dingin menyejukkan cukup efektif menjadi obat penghilang penat. Setidaknya itu yang aku rasakan.
Spot Instagramable Telaga Cicerem
Pukul 4 sore kami balik ke Kota Cirebon untuk selanjutnya menuju ke Jakarta menggunakan Kereta Api. Namun karena jadwal keberangkatan kereta masih lumayan lama kami sempatkan untuk mencoba tempat makan yang populer di Cirebon yakni Bubur M Toha yang berlokasi tidak jauh dari Stasiun. Mungkin karena aku sudah cukup kenyang, makanya aku tidak menemukan sesuatu yang spesial dari hidangan yang aku pesan. Setidaknya sudah hilang rasa penasaranku.
Suasana Stasiun Cirebon di Kala Malam
Agenda berikutnya adalah menunggu jadwal keberangkatan kereta menuju Jakarta. Kereta tiba dan berangkat tepat waktu dari stasiun Cirebon, membawa kisah dan kesan yang membuatku beberapa kali tersenyum sendiri. Senyuman pait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...