Sabtu, 27 Juli 2019
Nonton Konser Yanni Bonus Prambanan Jazz 2019
Jogja Selalu Istimewa (Rangkaian Catatan Pelesir Jogja-Prambanan)
Catatan
dalam blog ini merupakan rangkaian pengalamanku saat menyaksikan konser Yanni
di Candi Prambanan dan terdiri dari banyak segmen. Masing-masing segmen tersebut
dipisah dalam beberapa blog tersendiri yakni nonton Prambanan Jazz 2019,
wisata sejarah di Imogiri, Candi Prambanan dan suasana Malioboro yang selalu
istimewa. Adapun catatan dalam blog ini menjadi benang merah dari
segmen-segmen tersebut mulai dari keberangkatan menuju Jogja hingga saat
balik kembali ke Ibukota.
Singkat
cerita, perjalanan ke Jogja aku arrange setelah aku dapat info yang lumayan
mendadak tentang perubahan jadwal konser Yanni di Prambanan. Aku masih punya
tiket saat Yanni dijadwalkan akan show di Prambanan tahun lalu yang terpaksa
ditunda karena sang maestro cedera. Setelah memastikan tiketku masih berlaku
aku mulai memikirkan akomodasi dan transportasi yang akan aku gunakan. Karena
agendanya lumayan mendadak, aku ngga bisa dapat tiket kereta api dan harus
beralih ke moda transportasi lain yakni bus antar kota.
Hari
Jumat siang aku balik kantor lebih awal. Seusai Jumatan aku berangkat menuju
ke halte MRT Istora, halte MRT paling dekat dengan kosan. Setelah melakukan tap
ticket, aku menunggu sebentar untuk kemudian naik ke MRT menuju kearah Lebak
Bulus. Inilah pertama kalinya aku nyoba MRT Jakarta. Aku terkesan dengan
kondisi stasiun dan interior MRT yang rapi, dingin, bersih serta terasa mewah.
Pemandangan yang disajikan dalam perjalanan MRT ini juga luar biasa. Mulai
pemandangan bawah tanah hingga pemandangan kota Jakarta dari ketinggian, walo
ga tinggi-tinggi amat.
Sekitar
pukul 14.00 perjalanan MRT sampai di Lebak Bulus station. aku bergegas menuju
ke pool bus Sinar Jaya setelah sebelumnya nambah bekal di minimarket
setempat. Di pool bus ini, aku mendapatkan print tiket yang aku beli secara
online di situs penjualan tiket bus. Selain aku, banyak calon penumpang
berbagai tujuan yang menunggu jadwal keberangkatan busnya masing-masing. Ada
yang mudik rutin akhir pekan dan ada juga beberapa pecinta alam yang akan
berangkat berpetualang mendaki gunung.
Bus
yang akan mengangkut kami menuju terminal Giwangan Jogja baru tiba di pool
bus pukul 15.40 dari jadwal seharusnya pukul 3 sore. Syukurlah busnya masih
baru, bagus, nyaman, dingin dan desain yang modern walaupun tidak dilengkapi
toilet.
Pukul
16.00 bus diberangkatkan dan langsung disambut dengan kemacetan akhir pekan
Ibukota di ruas tol JORR. Karena macet, laju kendaraan tidak bisa dipacu
kencang. Untuk menghindari macet yang lebih parah, bus keluar tol JORR dan
melalui rute jalan non-tol di Jatiasih Bekasi. Laju bus masih tetap merayap
karena jalanan ini juga penuh dengan kendaraan yang melintas.
Bus
masuk tol lagi di daerah Bekasi dan macet yang lebih parah menyambut
perjalanan kami saat itu. Salah satu penyebab kemacetan parah di daerah
tersebut adalah adanya proyek tol elevated yang massif. Proyek ini dikerjakan
secara besar-besaran dengan banyak sektor yang dikerjakan secara bersamaan.
Lajur jalan tol yang ada terdampak adanya proyek ini sehingga ada lajur yang
ditutup dan berakibat pada kecepatan dan kerapatan kendaraan yang
melintasinya.
Pukul
10 malam, bus sampai di cek point dan lokasi istirahat pertama yakni di Rumah Makan Taman Selera Cikamurang. Parkiran restoran ini didominasi oleh armada bus Sinar
Jaya. Restoran ini cukup istimewa, selain karena ukurannya yang luas dan
ramai pengunjung, restoran ini juga dilengkapi dengan toilet dan musholla
yang cukup luas dan cukup untuk menampung para penumpang yang sedang rehat
sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Perjalanan
dilanjutkan dan mulai memasuki wilayah Songgom. Aku baru merasa ngeri di
daerah sini. Manuver bus saat mendahului atau saat belok sangat terasa dari
atas bus. Kondisi jalan di jalur ini relatif sempit dan berupa cor namun hal
ini justru menjadi semacam tantangan bagi sopir untuk balapan dengan armada
bus malam lainnya.
Sebelum
mencapai terminal tujuan, Bus beberapa kali berhenti untuk menurunkan
penumpang antara lain di Terminal Kebumen dan Purworejo. Setelah menempuh
perjalanan selama kurang lebih 15 jam, Pukul 8 pagi, bus Sinar Jaya sampai
dengan selamat di Terminal Giwangan. Dari terminal ini aku lanjut ke rumah seorang
sobat dengan menggunakan jasa ojek online, lumayan, ada sarapan pagi dan
segelas wedang uwuh untuk mengisi perut.
Karena
jadwal konser masih lama, dengan diantar menggunakan motor, aku mengunjungi
kompleks makam raja-raja Mataram di Imogiri (Catatan seputar Imogiri ada di
blog dengan judul Imogiri, Makam Raja-Raaja Mataram). Selepas wisata sejarah
di sini kami lanjut wisata kuliner dengan melahap sate kambing Klathak khas Jogja plus . Akibatnya adalah
kewaregan yang tiada tara.
Setelah
mampir lagi sebentar di rumah sobat, Pukul 14.00 aku diantar ke Kawasan
Prambanan dengan menggunakan motor. Cuaca saat itu panas luar biasa,
menyengat dan membikin gerah. Ditambah lagi dengan padatnya arus kendaraan
Jogja-Solo. Luar biasa. Sekira pukul 3 sore aku nyoba langsung ke salah satu
hotel dekat Candi Prambanan. Untunglah masih ada kamar kosong hingga esok
hari. Setelah melakukan proses cek ini, aku langsung istirahat, mengumpulkan
tenaga untuk menyaksikan konser nanti malam.
Pukul
17.45 aku bersiap menonton konser. Selepas sholat, aku menuju ke lokasi
konser di dalam Candi Prambanan. (Catatan seputar konser ada di blog dengan
judul Konser Yanni di Prambanan). Konser yang mengakhiri rasa penasaran untuk
melihat dan menikmati alunan musik dari Yanni and musisi pendukungnya.
Keesokan
harinya, selepas sholat subuh, aku kembali lagi ke komplek Candi Prambanan.
Kali ini untuk hunting foto di pagi hari. (Catatan dan foto-foto saat hunting
di kompleks Candi Prambanan ada di Blog dengan Judul Prambanan di Pagi Hari).
Setelah puas hunting aku kembali menuju hotel dengan berjalan kaki sambil
menikmati suasana kampung yang penuh dengan keramahan dan keguyuban khas
Jawa.
Agenda
berikutnya adalah kembali ke Jogja. Pilihan moda transportasi saat itu adalah
menggunakan bus Jogja Solo AC dari perempatan Prambanan karena alasan cuaca
yang panas menyengat. Kondisi dalam bus yang aku naiki saat itu penuh sesak
oleh penumpang. Bus AC terasa pengap dengan bau-bau menyengat khas campuran
adonan keringat dan peluh yang telah dipanaskan selama beberapa saat.
Pengalaman saat naik Bus ini tidak akan terlupakan karena aku harus berdiri
dengan bertumpu pada satu kaki sedang kaki yang lainnya harus menopang tas
agar tidak rubuh menimpa tuas persnelling sopir. Aku juga harus menjaga
peganganku supaya tidak lepas karena menahan desakan penumpang terutama saat
sopir mengerem kendaraan.
Yang
menjadikan aku semakin terkesan dengan kultur warga Jogja adalah
keramahannya. Ada banyak penumpang yang tidak saling kenal sebelumnya yang
kemudian terlibat percakapan panjang. Percakapan yang tidak terencana dan
tidak membahas hal-hal serius namun terlihat akrab dan tanpa sekat. Jogja
memang istimewa, begitu pula dengan warganya.
Perjalanan
bus berakhir di terminal Giwangan. Dari terminal ini aku lanjut menuju ke
Malioboro menggunakan Transjogja disambung dengan gojek. Di Malioboro aku
menghabiskan waktu sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta api Taksaka
Lebaran yang masih lama. Di Malioboro aku sempatkan untuk wisata kuliner dan
mencari oleh-oleh untuk dibawa ke Ibukota. Aku juga menyempatkan untuk
nongki-nongki di sebuah café di dekat stasiun. Suasana Trully Jogja sangat
terasa di café ini. Dari keramahan orang-orangnya, ramainya orang lalu
Lalang, santapan nikmat serta alunan musik yang dibawakan dengan apik oleh
musisi-musisi muda kota Jogja. Cukup lama aku menghabiskan waktu di café ini
sebelum kemudian menunggu jadwal keberangkatan kereta api di dalam stasiun.
Pukul
22.15 kereta api berangkat menuju ke tujuan akhir stasiun Gambir Jakarta.
Tidak banyak catatan perjalanan saat balik naik kereta ini yang bisa
diceritakan disini karena beberapa saat setelah kereta api diberangkatkan,
aku memilih untuk tidur.
Alhamdulillah
pada pukul 6.40 Senin pagi kereta api tiba di Gambir. Walaupun telat dari
jadwal seharusnya, aku masih sempat beberes di kosan kemudian lanjut mengejar
presensi di Kantor.
Pelesir
dalam rangka nonton konser di Jogja ini sangat istimewa buatku. Selain tujuan
utama tercapai, aku juga mendapatkan bonus tambahan yang membuatku merasa bahagia
dan bersyukur. Diantaranya adalah bertambahnya jumlah teman serta cerita/pengalaman
yang dibawanya. Petualangan baru tidak selalu membawa kesan baik namun dia
akan membawa pengalaman baru yang membuat kita selalu belajar.
|
Minggu, 16 Juni 2019
Pengalaman Konser di Istana
Istana Merdeka merupakan salah satu istana yang menjadi tempat yang sangat bersejarah di
Indonesia. Istana ini juga merupakan salah satu tempat kerja presiden dalam
mengelola pemerintahan dan negara. Tidak semua orang bisa berkesempatan masuk ke
dalam istana ini dan aku cukup beruntung mendapat pengalaman memasuki Istana serta melihat langsung presiden Indonesia dari jarak yang dekat.
Pengalaman masuk Istana Merdeka ini masuk dalam
rangkaian penyerahan LHP BPK atas LKPP. Penyerahan ini diagendakan dilakukan
setiap tahun dari Ketua BPK kepada Presiden RI selaku kepala Pemerintahan.
Dalam susunan acara penyerahan ini ada agenda menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, dan disinilah kesempatan masuk istana ini bermula.
Aku dapat tawaran untuk mengiringi paduan suara di
Istana pada h-1 acara, namun karena aku kurang pede, aku hanya berani
bergabung menjadi tim paduan suara. Tidak lama setelah itu kami berlatih
lagu-lagu nasional yang akan kami bawakan keeseokan harinya. Karena acaranya sangat
mendadak, praktis kami tidak cukup punya waktu untuk berlatih bersama.
Disamping itu, aku sempat khawatir tidak bisa ikut dalam tim padus karena
tekanan darah sedang turun dan berpotensi pingsan bila dipaksakan berteriak
saat menyanyikan lagu. Syukurlah atas saran seorang kolega, aku bisa mengatasinya, dengan beristirahat dan memperbanyak duduk.
Pukul 11.00 rombongan paduan suara dan personel dari
Biro Humas serta Biro Setpim BPK berangkat menuju istana. Memasuki area Sekretariat
Negara, seluruh personel harus melalui screening yang ketat sebanyak dua
kali. Seluruh personel dilarang membawa alat komunikasi dan peralatan
elektronik lainnya kecuali untuk kepentingan acara. Karena dilarang bawa
kamera dan handphone, kami tidak mempunyai alat untuk mengabadikan kegiatan
kami di dalam istana.
Pukul 12.00 kami sudah mulai cek sound dan pemanasan
dengan cara menyanyikan lagu-lagu nasional. Pemanasan ini untuk mendapatkan
setelan suara dan akustik yang pas dalam acara nanti. Pada saat pemanasan
ini, tamu-tamu undangan sudah mulai berdatangan. Banyak sekali wajah-wajah
pejabat yang familier yang sering muncul di layar kaca yang hadir dan bisa aku lihat secara langsung di istana ini.
Pukul 12.20, 40 menit sebelum acara dimulai, kami
mulai menyanyikan lagu-lagu nasional yang sudah kami persiapkan sebelumnya.
Tim paduan suara BPK yang berjumlah 10 personel plus satu pemain keyboard membawakan lagu-lagu
nasional dengan khidmat dan penuh semangat seakan lupa bahwa sebagian besar
peserta paduan suara sedang berpuasa. Sepanjang kami menyanyikan lagu,
semakin banyak menteri dan para pejabat yang hadir, hingga akhirnya
kursi-kursi undangan terpenuhi.
Kami
menyanyikan lagu-lagu nasional tersebut sampai pada pukul 12.55, protokol
istana member tanda kepada kami bahwa Presiden akan segera hadir di lokasi acara.
Tepat pukul 13.00 WIB, Presiden didampingi Ketua BPK dan Wakil Ketua BPK
memasuki lokasi acara. Setelah itu agenda acara adalah meyanyikan lagu
Indonesia Raya. Aku masih ingat bahwa saat itu tim paduan suara BPK menyanyi
dengan penuh semangat dan sangat khidmat. Aku juga merasa sangat bangga bisa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Istana Merdeka, tempat dimana para pemimpin dan
pimpinan di Negara ini melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki kehidupan
bangsa. Aku bersyukur karena kami bisa menampilkan penampilan terbaik kami
dan kemudian menyaksikan prosesi penyerahan LHP BPK kepada Presiden RI dari
jarak yang sangat dekat.
Sebagaimana disebutkan di bagian awal blog ini, Tim
paduan suara dan personel dari Biro Humas dan Biro Setpim dilarang membawa
alat komunikasi dan kamera. Namun
demikian kami bersyukur ada seorang ibu-ibu pejabat yang mau mengabadikan
kegiatan kami di dalam Istana karena kebetulan beliau bisa membawa hp ke
dalam istana. Dari HP beliau kami akhirnya bisa mempunyai dokumentasi saat
menjadi penggembira dalam acara penyerahan LHP BPK di Istana Merdeka. Dan,
foto-foto ini, akan menjadi dokumentasi berharga, penanda bahwa aku pernah
konser di Istana. Hahahha.
|
Catatan Mudik Lebaran 2019 @gajayanalebaran
Untuk perantau yang berdomisili jauh dari keluarga, perjalanan
mudik ke kampung halaman merupakan sesuatu yang spesial. Spesialnya perjalanan
mudik adalah perasaan bahagia karena akan segera berkumpul
dengan keluarga tercinta. Selain itu, perjalanan mudik juga merupakan sebuah perjuangan, mulai dari perjuangan untuk mendapatkan tiket hingga perjuangan untuk sampai dengan
selamat di tempat tujuan. Perjuangan yang terbayarkan dengan perjumpaan dengan
keluarga tercinta di kampung halaman.
Edisi mudik kali ini merupakan edisi mudik saya pada
Lebaran tahun 2019 dari Jakarta menuju Kepanjen dengan menggunakan kereta api, dan berikut ini sekelumit
catatan saat perjalanan mudik sebagai dokumentasi pribadi yang mungkin
berguna untuk dibaca kembali suatu saat nanti.
Saya beruntung mendapatkan tiket KA lebaran tanpa
harus "berdarah-darah" begadang sepanjang malam untuk memperoleh tiket KA.
Dengan bantuan seorang teman yang iseng mengecek keberadaan tiket, saya
akhirnya mendapatkan tiket KA untuk mudik lebaran dengan posisi yang strategis, di
bagian tengah kereta dan di samping jendela. Terkait harga, saya tidak terlalu ambil pusing karena saya kira semua sudah
mafhum jika saat mudik lebaran
2019, harga tiket pesawat jauh lebih mahal dari pada tiket kereta api.
Singkat cerita, saya cek in di Stasiun Gambir pada
pukul 21.45. Saya sengaja berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan
lalu lintas di Ibu kota. Dengan tiba lebih awal di stasiun gambir, saya bisa bersantai
sejenak untuk berbelanja kebutuhan sahur dan menikmati pemandangan tugu Monas
di malam hari.
Suasana stasiun Gambir malam itu cukup padat. Banyak
calon pemudik yang akan berangkat menuju ke berbagai tujuan di luar Ibukota
yang beredar di berbagai sudut Stasiun khususnya di dekat lokasi cek in
tiket. Hal ini dikarenakan pihak stasiun Gambir hanya memperbolehkan calon
pemudik yang akan segera berangkat untuk bisa masuk ke area peron stasiun.
Pukul 23.20 KA Gajayana Lebaran tiba di stasiun
Gambir dan para penumpung segera masuk ke gerbong sesuai dengan nomor kursi
yang tertera di tiket masing-masing. Saya kebetulan dapat kursi nomor 7D di
gerbong nomor 2, lokasi yang strategis karena berada di bagian tengah
gerbong. KA ini sangat bersih dan terasa nyaman dengan tingkat suhu dalam
gerbong yang tidak terlalu dingin. Selain itu kaca jendela kereta juga
bersih, sehingga penumpang dapat menikmati pemandangan di luar kereta dengan
jelas.
Tepat pukul 23.30 kereta berangkat meninggalkan stasiun
Gambir untuk menuju stasiun terakhir Stasiun Kota Baru Malang dengan waktu
tempuh selama 15 jam 40 menit. Alhamdulillah, gerbong tempat saya menumpang
kereta terasa nyaman dan tidak terlalu berisik. Hanya sesekali terdengar
suara klakson kereta karena gerbong kedua berada tidak jauh dengan lokomotif
yang menarik rangkaian KA Gajayana Lebaran ini.
KA Gajayana Lebaran dipacu kencang agar bisa
mencapai tujuan dengan tepat waktu. Namun demikian tidak lama saya merasakan
kencangnya laju perjalanan kereta api ini karena saya memilih untuk tidur
sambil menunggu waktu sahur.
Sekitar pukul 3 pagi para penumpang KA dibangunkan oleh
petugas KA untuk makan sahur. Semua
penumpang mendapat satu porsi makan sahur yang sederhana namun cukup nikmat.
Salut untuk PT KAI karena menyediakan layanan makanan sahur on the train bagi
yang berpuasa. Di sisi lain, untuk musafir yang tidak berpuasa, PT KAI tetap
menyediakan makanan dan minuman di gerbong restorasi.
Menjelang pagi, perjalanan sudah memasuki wilayah
kabupaten Purwokerto. Tidak banyak kesan yang bisa saya tuangkan dalam blog
ini karena hampir sepanjang perjalanan KA Gajayana Lebaran di wilayah Jawa
Tengah dan Jogjakarta saya tertidur. Saya baru merasa mulai “penuh” saat
memasuki wilayah Jawa Timur dimana saya beberapa kali mengabadikan
pemandangan indah dan suasana di luar kereta api.
Mendekati stasiun tujuan saya dalam perjalanan mudik
ini, kereta beberapa kali harus berhenti agak lama di stasiun-stasiun kecil
karena adanya “kres” atau penggunaan jalur kereta secara bergantian. Sebagai
informasi, sebagian besar jalur rel kereta di Jawa Timur bagian selatan masih
menggunakan single track, dengan demikian, jalur tersebut hanya bisa
digunakan secara bergantian untuk kereta yang akan melewati jalur tersebut.
Adanya beberapa ‘kres’ tersebut menjadikan waktu tempuh perjalanan kereta
menjadi agak molor. Saya tiba di Stasiun Kepanjen pukul 15.45 dari jadwal
seharusnya pukul 15.02. Namun demikian keterlambatan tersebut bukanlah
sesuatu yang signifikan karena kenyamanan dan keamanan yang diberikan oleh PT
KAI sepanjang perjalanan mudik tahun ini.
Yang menjadi perhatian saya dalam perjalanan mudik
kali ini adalah banyaknya pihak yang terlibat dalam kelancaran dan keamanan
perjalanan KA namun jarang sekali disebut eksistensinya. Pertama adalah
direksi dan komisaris PT KAI yang mengorganisir dan melangsungkan perjalanan
seluruh kereta api di Indonesia. Di Stasiun Gambir, saya sempat melihat
seorang komisaris PT KAI melakukan inspeksi langsung ke bagian cek in dan
melihat kondisi pelayanan penumpang yang akan melakukan perjalanan dengan
menggunakan kereta api. Pengecekan tersebut tidak sampai mengganggu
kelancaran pelayanan penumpang yang akan melakukan cek in di Stasiun Gambir.
Kedua, petugas pembantu cek in. Bagi sebagian besar
calon penumpang yang belum pernah naik kereta api atau belum pernah
memanfaatkan fasilitas cek in mandiri, prosedur pelaporan diri ini mungkin
akan membingungkan. Calon penumpang harus menuju ke mesin cek in dan kemudian
mencetak boarding pass. Fasilitas yang sangat ringkas ini tentu saja
membutuhkan waktu untuk bisa digunakan secara mudah. Salut untuk PT KAI yang
menempatkan beberapa petugas untuk membantu calon penumpang yang kesulitan
atau menghadapi masalah dalam melakukan cek in atau mencetak boarding pass.
Berikutnya adalah petugas keamanan. Dengan seragamnya
yang terlihat jelas dan jumlahnya yang cukup banyak, keberadaan petugas keamanan
kereta api, baik di lingkungan stasiun maupun di dalam rangkaian kereta cukup
memberikan rasa aman bagi penumpang. Dalam beberapa kesempatan petugas
keamanan ini juga bisa menjadi pemberi informasi bagi calon penumpang, dan
sepanjang pengalaman saya, petugas kemanan ini selalu informatif dalam
memberikan informasi atau jawaban.
Keempat, para personel di dalam kereta api
diantaranya masinis, kondektur, waitress, dan cleaning service. Para onboard
staffs ini mempunyai peran sangat penting dalam keamanan dan kenyamanan
perjalanan kereta api. Saya melihat dan mengapresiasi kinerja para personel
perjalanan kereta api yang sangat baik dan semakin profesional.
Kelima, di luar personel onboard, ada juga jenis
kesibukan lain yang juga turut membantu keamanan dan kenyamanan perjalanan
kereta. Para pahlawan tanpa tanda jasa ini diantaranya adalah penjaga
perlintasan kereta api. Dikarenakan tingkat disiplin pengguna jalan raya di
Indonesia masih kurang menggembirakan, maka penjaga perlintasan kereta api,
baik yang resmi maupun perlintasan tanpa palang pintu, sangat dibutuhkan
keberadaannya. Dalam perjalanan mudik, saya sempat mengamati petugas pos di
beberapa pintu perlintasan kereta yang setia/stand by menjaga perlintasan
kereta agar selalu aman.
Personel lain yang masuk dalam kategori “off board” adalah
bagian cek kelaikan kereta dan rel. Di beberapa stasiun, petugas ini
mengamati dengan seksama bagian bawah kereta api untuk memastikan bahwa
bagian-bagian kereta api berfungsi dengan baik. Di stasiun-stasiun tertentu,
ada juga petugas pengisi air yang dengan cekatan me-refill air ke dalam
gerbong. Dengan cara ini, perjalanan menjadi semakin nyaman, karena penumpang
kereta tidak perlu khawatir kehabisan air saat menggunakan toilet di
sepanjang perjalanan.
Perjalanan yang nyaman dan lancar tentu saja
merupakan hasil dari pembangunan dan maintenance suprastruktur dan sarana
pendukung perjalanan kereta api. Dibalik adanya sarana utama dan pendukung
tersebut ada ribuan pekerja yang berperan besar mewujudkan terciptanya moda
transportasi masal semacam kereta api ini. Dalam perjalanan mudik kali ini,
saya mengamati di beberapa titik lokasi bahwa PT KAI melakukan pembangunan
infrastruktur yang massif dalam bentuk bangunan gedung stasiun, pembangunan
double track rail, pembangunan jembatan, dan pelebaran stasiun kereta.
Lebih jauh, agar infrastruktur berupa rel dapat terpelihara dan berfungsi dengan baik , PT KAI mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Saya yakin masih banyak pihak/personel lain yang
belum disebut dalam blog ini. Namun saya percaya bahwa seluruh unsur
pelaksana dan pimpinan PT KAI telah dan akan selalu memberikan yang terbaik kepada
kami para pengguna setia Kereta Api. Bravo untuk PT KAI yang semakin baik dan
profesional dalam melayani konsumen.
|
Langganan:
Postingan (Atom)
Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial
Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...
-
Saya cukup gembira melihat bahwa kini masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan peluang bisnis di daerahnya sendiri. Salah satu model peluan...
-
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang d...
-
Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo...