Blog edisi kali ini merupakan catatan saya saat mudik ke Turen Malang dengan menggunakan Bus PO Haryanto. Mudik dengan bus kali ini merupakan yang pertama kali untuk saya dengan rute Jakarta-Turen.
Saya memutuskan untuk menggunakan moda transportasi ini karena rekomendasi
dari family yang sering menggunakan bus untuk mudik ke Malang. Harga tiketnya
lebih murah jika dibanding dengan kereta eksekutif namun mendapat bonus makan
malam dan snack serta air mineral. Selain itu saya memilih angkutan bus karena kelonggarannya
terhadap protocol anti Covid. Dibandingkan dengan moda transportasi lain,
moda ini tidak memerlukan hasil tes swab atau rapid. Asal cuss aja, yang
penting pakai masker. Saya berangkat mudik tanggal 26 November 2020 dari terminal Lebakbulus Jakarta. Saya membeli tiket secara go-show di loket yang berjajar. Setelah menunggu sekitar 30 menit, pada pukul 13.15 akhirnya bus PO Haryanto nomor lambung 166 tiba dan berhenti sebentar untuk menaikkan penumpang dan koordinasi dengan petugas loket karcis.
Saya sangat terkesan dengan eksterior dan terutama interior bus ini. Dari luar, bus ini terlihat gagah dan tinggi dengan jenis high deck. tampilannya juga berkilau dengan banyak sekali ornament atau aksesoris tambahan baik berupa fairing warna warni maupun atribus bus berupa siluet wayang berukuran besar serta berbagai macam tulisan yang berpadu dengan warna-warni ngejreng di sekujur bodi luar bus. Yang menjadikan saya semakin terkesan dengan bus ini adalah interiornya mulai dari jenis kursi penumpang yang eksklusif, sandaran lengan yang nyaman, foot rest yang sangat bermanfaat serta konfigursi kursinya yang hanya berisi 28 kursi penumpang dan 3 driver dan kru. Setiap penumpang juga mendapatkan fasilitas berupa selimut dan bantal yang cukup tebal. Dengan harga tiket Rp340.000, fasilitas yang diberikan melebihi ekspektasi saya.
Kaca bus yang bersih menjadikan pemandangan di luar dapat dinikmati
dengan leluasa. Selain hiburan pemandangan, penumpang juga disuguhi hiburan video
dan music dangdut Pantura. Musiknya lumayan kencang namun tidak sampai masuk
kategori mengganggu. Pukul 13.15 bus Haryanto berangkat dari terminal Lebakbulus dan langsung mengambil jalur Tol. Tidak lama memasuki jalur tol, bus mengambil arah keluar tol di GT Cilandak untuk menaikkan satu tambahan penumpang dan menjadikan penumpang bus kali ini menjadi total 9 penumpang. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan mengambil jalur tol kembali melalui GT Ampera.
Pukul 14.20 perjalanan bus memasuki tol Cikampek. Di jalur ini, perjalanan bus tersendat karena kondisi jalan yang padat oleh kendaraan berbagai jenis dan berbagai ukuran. Cukup lama perjalanan bus tersendat dalam kondisi merayap sampai akhirnya terlepas dari kepadatan kendaraan selepas GT CIkarang. Di moment inilah driver bus PO Haryanto menunjukkan eksistensinya sebagai driver yang tidak hanya jago ngebut namun alus caranya mengendalikan bus. Caranya mengemudi membuat saya sebagai penumpang merasa nyaman walopun dalam aplikasi kecepatan saya lihat kecepatan bus menyentuh angka 120KM/jam. Dengan kecepatan yang sangat tinggi tersebut, praktis saya tidak melihat bus ini didahului oleh bus dari PO lain.
Pukul 18.09 perjalanan dilanjutkan dari RM Menara Kudus melewati
jalur pantura, tepatnya mulai dari wilayah kabupaten Cirebon hingga Kabupaten
Brebes. Di sepanjang perjalanan di jalur pantura ini, banyak sekali
restoran-restoran yang sepi pengunjung. Restoran berbagai macam tipe dan
ukuran gedung ini terlihat melompong dan kebanyakan parkirannya kosong. Selain restoran, terlihat juga beberapa SPBU yang sepi dari
kendaraan. Jika pemandangan ini dilihat pada pukul 22.00 ke atas, mungkin
saya akan maklum, namun pada jam prime time semacam ini, pemandangan semacam
ini cukup membuat saya miris. Semoga saja kondisinya menjadi lebih baik
setelah pandemi ini berakhir. Setelah beberapa lama melalui jalur pantura, perjalanan bus kemudian
dilanjutkan melalui jalur tol tepatnya masuk di GT Pejagan. Start dari sini,
kecepatan bus di jalur tol dipacu stabil di kisaran 115 hingga 120 KM/jam. Meski
kecepatan sangat tinggi, namun kondisi bus yang prima dan gaya driving para
driver yang excellent menjadikan perjalanan menjadi nyaman. Pada malam hari, cahaya lampu di dalam bus di-stel dalam mode remang. Lampu yang dinyalakan tidak terlalu terang yang berasal dari perpaduan lampu variasi dari langit-langit bus. Penyetelan model lampu semacam ini menurut saya sangat baik karena penumpang yang ingin istirahat tidak akan terganggu dengan cahaya yang menyilaukan. Kalopun penumpang ingin membutuhkan cahaya lebih, ada fasilitas lampu yang terletak di bagian atap di atasnya.
Pukul 20.01, perjalanan bus diarahkan keluar tol lagi. Kali ini keluar di GT Weleri untuk mengisi BBM di SPBU Jenarsari. Total waktu yang dibutuhkan untuk isi BBM mulai dari keluar tol GT Weleri dan balik lagi ke GT ini adalah 47 menit. Waktu yang sebenarnya bisa dihemat jika pengisian BBM dilakukan di rest area Tol.
Selepas dari isi BBM, bus ini kembali melakukan tugasnya, mengejar
durasi perjalanan namun juga menjaga kenyamanan penumpang. Bus-bus competitor
dilibas dengan kecepatan yang konstan. Tak ayal, dengan kecepatan semacam ini
interchange KM 420 di Semarang dapat dicapai pada pukul 21.10 WIB. Bus sekali lagi keluar tol untuk mampir sejenak di garasi PO Hariyanto, tepatnya di daerah Colomadu. Setelah itu, bus dipacu kencang sampai kemudian tiba di terminal Purabaya Bungurasih pada pukul 00.48. di terminal ini, semua penumpang kecuali saya, turun. Dengan demikian, hanya saya yang menjadi penumpang bus ini dari terminal Surabaya hingga Turen.
Perjalanan bus sampai di Pasar Turen pada Pukul 2.50 dini hari. Dengan demikian total perjalanan dari lebak bulus hingga Turen include isi BBM dan makan malam adalah 13 jam lebih 35 menit. Sangat cepat jika dibandingkan dengan kereta Gajayana yang membutuhkan waktu hingga 15 jam perjalanan.
Overall, saya sangat menikmati mudik akhir tahun dengan menggunakan moda transportasi bus. PO Haryanto sangat professional dalam memberikan layanan jasa transportasi antar kota antar provinsi ini. Bus yang digunakan kondisinya sangat prima. Selain itu, cara driver dalam memegang kemudi juga membuat saya salut, ditambah dengan attitude dan gesture driver dan kru PO ini yang sopan dan helpful. Good job PO Haryanto, semoga semakin meningkat kualitas layanannya. |
Minggu, 27 Desember 2020
First Experience Mudik with PO Haryanto
Sabtu, 26 Desember 2020
Sajian Es Campur Favorit di Depot Es Campur Sederhana Gondanglegi
Adventure Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap Malang
Preferensi seseorang dalam berwisata bisa berbeda-beda. Ada yang
ingin beramai-ramai supaya seru dan ada yang memilih menjadi lone adventurer untuk menikmati alam dan suasana dengan leluasa. Blog kali ini merupakan
catatan saya ketika berpetualang di dua pantai yang sangat sepi karena hanya
saya sendiri yang berada di pantai ini saat itu. Petualangan
ini merupakan satu momen dengan wisata saya ke pantai Balekambang. Karena saya
ingin explore lebih jauh kawasan ini, saya memutuskan untuk sekalian ke kawasan
pantai sebelah, tepatnya di pantai jembatan panjang. Kawasan ini dinamakan
demikian karena memang ada sebuah jembatan yang berukuran panjang untuk
memudahkan pengunjung mencapai sebuah pulau yakni pulau Hanoman.
Untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung dari Pantai Balekambang harus
membayar lagi tiket masuk sebesar Rp10.000. Tiket ini sangat murah dibanding dengan
suasana dan panorama yang akan didapat oleh para pengunjung. Suasana di
pantai ini lengang karena tidak banyak pengunjung yang terlihat. Dengan
demikian pengunjung bisa leluasa menikmati dan memilih spot pantai baik untuk
bermain maupun bersantai. Ombak di kawasan pantai ini juga landai,
menjadikannya cukup aman untuk berendam maupun berenang. Terkait dengan
fasilitas pendukung, di pantai ini sudah ada beberapa warung makanan dan
kamar mandi serta gazebo dan tempat bersantai yang dibangun pada beberapa
titik strategis. Sajian utama dari pantai ini adalah Jembatan Hanoman untuk menuju ke pulau Hanoman. Panjang jembatan ini kira-kira 100 meter dan diresmikan pemugarannya pada tahun 2017 oleh bupati Malang saat itu. Jembatan ini masih terlihat bagus setelah dipugar dengan tampilan yang rapi dan terlihat kokoh. Dari atas jembatan ini pengunjung bisa leluasa memilih spot untuk berfoto maupun bersantai. Selain itu dari atas jembatan ini kita bisa melihat jernihnya air laut serta gugusan karang yang ada di bawah jembatan.
Di ujung jembatan ini, pengunjung akan sampai di pulau Hanoman. Untuk memudahkan wisatawan mengelilingi pulau ini, sudah disediakan jalur pejalan kaki yang bagus. Rutenya memutari pulau ini dengan satu spot yang sangat strategis di ujung pulau. Dari tempat ini view pantai selatan terlihat sangat indah. Ada sebuah pulau kecil di sebelah selatan pulau Hanoman dan hamparan luas samudera Hindia di belakangnya.
Puas explore pulau Hanoman saya melanjutkan petualangan saya ke sebuah pantai yang masih sangat jarang dikunjungi wisatawan. Pantai ini berada di antara Pantai Kondang Merak dan Pantai Balekambang. Untuk menuju ke lokasi ini, saya berjalan kaki melewati jalan setapak berkubang lumpur di dalam rimbunan belantara sejauh kurang lebih 1,5 km. Medan ini cukup berat karena membuat alas kaki kita menjadi tidak nyaman digunakan. Selain itu banyak sekali nyamuk nekat haus darah yang berusaha menggigit. Hal lain yang bikin saya agak ragu saat melintasi trek ini adalah suara-suara dari balik rerimbunan yang kemungkinan ditimbulkan oleh hewan liar.
Perjuangan ekstra tersebut akhirnya terbayar dengan pemandangan pantai yang sangat bersih dan cukup luas serta suasana yang sepi. Praktis hanya saya yang berada di pantai ini. Perasaan saya sungguh lega sekaligus bahagia karena bisa menikmati pantai seindah ini tanpa ada orang lain yang ngeriwuki. Pantai ini di batasi oleh dua sisi tebing karang yang terlihat megah. Di sisi belakang pantai, terdapat rimbunan pepohonan yang cukup lebat yang bebeapa dianataranya bisa dipakai untuk berteduh. Di tengah-tengah pantai terdapat konfigurasi batu karang yang landai yang bisa dimanfaatkan untuk tempat duduk atau spot foto.
Meski pantai ini sangat indah dan garis pantainya cukup panjang. Namun saya sama sekali tidak mempunyai niat dan keberanian untuk mencoba berenang di lautnya. Ombaknya cukup besar dan saya melihat bahwa di balik ombak tersebut lautnya cukup dalam. Saya sudah cukup puas duduk sendiri di pantai ini sambil menikmati hembusan angin dan bunyi deburan ombak serta riuhnya dedaunan yang tertiup angin.
Di pantai ini hembusan anginnya cukup kencang. Ditambah dengan deburan
ombak yang cukup kuat ke arah pantai, hal ini menjadikan partikel kecil yang
mengandung garam menjadi bertebaran di udara. Akibatnya, kacamata saya terlihat
menguap. Pengunjung yang membawa gawai dan kamera perlu mewaspadai hal ini
supaya peralatan elektronik tersebut tidak terpapar terlalu banyak partikel
asin ini. Dilihat dari map, nama pantai ini adalah pantai Rowo Gebang. Dan kemungkinan karena aksesnya cukup susah, makanya jarang ada pengunjung yang explore lokasi ini. Selain pantai Rowo Gebang, ada lagi sebuah pantai yang masih sepi pengunjung. Nama pantai ini adalah pantai Wedi Ciut. Lokasinya berada di sebelah kiri pantai Rowo Gebang. Kedua pantai ini dipisahkan oleh sebuah tanjung berbukit dengan rimbunan pepohonan di atasnya.
Dari segi ukuran, pantai Wedi Ciut tidak terlalu luas. Garis pantainya tidak terlalu panjang namun ada konfigurasi tebing karang pada salah satu sisinya yang sangat bagus untuk spot foto. Selain itu di pantai ini terdapat hamparan batu karang pada berbagai sisi. Hamparan batu karang ini cukup mencolok sehingga jika dilihat hanya melalui foto pemandangan di pantai ini tidak istimewa. Meski demikian, dalam pendapat saya, jika dibandingkan dengan pantai Rowo Gebang, pantai ini terlihat lebih rimbun oleh pepohonan serta suasananya lebih tenang.
Sebagai penutup, saya sangat puas akhirnya bisa keturutan untuk menikmati
pantai seorang diri. Sensasi menjadi “penguasa” pantai ini cukup menantang
karena dibutuhkan keberanian untuk menembus belantara dan medan jalan yang
cukup berat. So untuk anda yang pengen merasakan sensasi yang saya rasakan,
segera kunjungi lokasi-lokasi ini sebelum nantinya menjadi ramai oleh
pengunjung. |
Kembali Lagi ke Balekambang: Pantai Paling Populer di Malang Selatan
Salah satu pantai utama di kawasan Malang selatan adalah Pantai Balekambang. Pantai ini sangat populer untuk wisatawan karena pantai yang luas dengan satu scene ikonik berupa pura di atas sebuah pulau kecil. Selain itu, fasilitas pendukung di pantai ini adalah yang paling lengkap jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di sekitarnya. Mulai dari fasilitas penginapan, tempat makan, lokasi belanja dan jajanan, parkiran yang luas, tempat sholat serta toilet dan kamar mandi umum.
Karena saya ingin menikmati pantai dalam keadaan masih sepi, saya berangkat dari rumah pukul 5.30 pagi. Dari rumah saya di Turen, jarak ke pantai ini adalah 32 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam lebih 10 menit dengan menggunakan sepeda motor. Kualitas jalan menuju ke pantai ini cukup mulus sampai kota Bantur. Setelah kota ini ada beberapa lokasi dimana banyak jalan yang ambles serta berlubang. Selain itu ada beberapa titik dimana jalan berukuran sempit dan curam. Salah satunya adalah jurang mayit yang kini namanya diubah menjadi jurang klampok.
Tiket masuk ke pantai ini adalah tiket masuk motor sebesar Rp5.000, tiket masuk pantai Balekambang sebesar Rp7.500 dan tiket masuk Pantai Regent Balekambang Rp7.500. Total Rp20.000. Masih ada biaya lagi yang harus dikeluarkan yakni Rp5.000 untuk biaya parkir.
Awalnya saya memperkirakan bahwa dengan berangkat pagi, kondisi pantai akan masih sepi ketika saya tiba. Namun perkiraan saya salah, ternyata sudah sangat banyak pengunjung yang berada di pantai ini pada sekitar pukul 6.40. Banyak dari pengunjung ini merupakan wisatawan dari luar daerah yang menginap di pantai ini sejak hari sebelumnya. Mereka menginap baik di camp atau tenda bawaan sendiri maupun di penginapan yang sudah mulai banyak tersedia di pantai ini.
Walaupun kondisinya ramai, namun saya tetap senang bisa kembali ke pantai ini. Garis pantainya cukup panjang dan jarak surut dan pasang pantai juga lumayan lebar. Dengan kondisi demikian, pengunjung tidak perlu takut kehabisan spot baik untuk parkir, nge-camp maupun bermain di garis pantai. Ukuran pasir di pantai ini tidak bisa dikatakan sebagai yang paling lembut, namun demikian pasirnya masih sangat nyaman dipakai untuk bermain.
Pantai ini sangat indah dengan view ikonik berupa pura di atas pulau. Dengan spot yang tepat, maka akan didapat view pantai yang khas berupa hamparan pantai yang luas dengan latar belakang pura tersebut. Selain pura, view yang menjadi favorit pengunjung adalah jembatan menuju ke arah pura ini. Di sini cukup sulit mendapatkan view dengan leluasa karena pengunjung yang berada di sisi kanan dan kiri serta melewati jembatan ini. Kebanyakan dari pengunjung ini saling menantikan untuk mendapatkan spot dan angle foto yang bagus. Karena jumlah pengunjung yang cukup ramai pada pagi itu, saya kurang bisa menikmati pantai dengan leluasa. Terlalu ramai untuk ukuran saya.
Berenang di pantai ini memang tidak dianjurkan,
namun ada spot yang bisa digunakan untuk berendam dengan aman diantaranya di
sekitar pulau Wisanggeni tepatnya di bawah jembatan akses menuju ke Pura.
Berendam dan berenang di sini aman dari gelombang dan ombak pantai selatan yang
terkenal ganas. Pengunjung Pantai Balekambang tidak perlu takut kelaparan ketika melancong ke tempat ini. Ada banyak sekali warung makan dengan berbagai macam menu. Mulai dari soto, rames, dan bakso. Ada juga warung es kelapa muda yang akan sangat menyegarkan ketika cuaca pantai terasa panas dan terik. Tidak perlu takut dipalak oleh penjual makanan di sini, karena menu dan daftar harga tertera dengan jelas di bagian depan warung. Ada juga warung-warung model kaki lima yang menjual snack dan makanan cepat saji semacam kebab, burger, dan cilok. Karena saya belum sarapan sejak berangkat, saya mencoba burger di salah satu PKL yang rasanya lumayan.
Selain makanan dan minuman, ada banyak stand penjual yang menjual berbagai macam aksesoris seperti kaca mata, topi, gelang, kalung, dan kerajinan laut. Yang paling banyak adalah penjual kaos dengan motif dan gambar pantai Balekambang. Para penjual ini berdagang di sisi jalan yang menghadap ke pantai. Menurut saya, penataan pantai ini sudah bagus karena para pedagang ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan.
Yang perlu diperhatikan oleh pengelola pantai ini
adalah kedisiplinan para pengunjung agar membuang sampah pada tempatnya. Hal
ini perlu dilakukan karena masih banyak sampah yang berserakan di beberapa
lokasi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menambah dan menaruh
tempat sampah pada titik-titik yang mudah dijangkau pengunjung. Selain itu
perlu ditambah papan peringatan agar pengunjung membuang sampah pada tempat
yang telah disediakan. |
Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial
Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...
-
Saya cukup gembira melihat bahwa kini masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan peluang bisnis di daerahnya sendiri. Salah satu model peluan...
-
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang d...
-
Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo...