Minggu, 27 Desember 2020

First Experience Mudik with PO Haryanto

Blog edisi kali ini merupakan catatan saya saat mudik ke Turen Malang dengan menggunakan Bus PO Haryanto. Mudik dengan bus kali ini merupakan yang pertama kali untuk saya dengan rute Jakarta-Turen.

"James Bond" PO Haryanto No Lambung: 166

Saya memutuskan untuk menggunakan moda transportasi ini karena rekomendasi dari family yang sering menggunakan bus untuk mudik ke Malang. Harga tiketnya lebih murah jika dibanding dengan kereta eksekutif namun mendapat bonus makan malam dan snack serta air mineral. Selain itu saya memilih angkutan bus karena kelonggarannya terhadap protocol anti Covid. Dibandingkan dengan moda transportasi lain, moda ini tidak memerlukan hasil tes swab atau rapid. Asal cuss aja, yang penting pakai masker.

Saya berangkat mudik tanggal 26 November 2020 dari terminal Lebakbulus Jakarta. Saya membeli tiket secara go-show di loket yang berjajar. Setelah menunggu sekitar 30 menit, pada pukul 13.15 akhirnya bus PO Haryanto nomor lambung 166 tiba dan berhenti sebentar untuk menaikkan penumpang dan koordinasi dengan petugas loket karcis.

Sebelum Berangkat Dari Terminal Lebak Bulus

Saya sangat terkesan dengan eksterior dan terutama interior bus ini. Dari luar, bus ini terlihat gagah dan tinggi dengan jenis high deck. tampilannya juga berkilau dengan banyak sekali ornament atau aksesoris tambahan baik berupa fairing warna warni maupun atribus bus berupa siluet wayang berukuran besar serta berbagai macam tulisan yang berpadu dengan warna-warni ngejreng di sekujur bodi luar bus. Yang menjadikan saya semakin terkesan dengan bus ini adalah interiornya mulai dari jenis kursi penumpang yang eksklusif, sandaran lengan yang nyaman, foot rest yang sangat bermanfaat serta konfigursi kursinya yang hanya berisi 28 kursi penumpang dan 3 driver dan kru. Setiap penumpang juga mendapatkan fasilitas berupa selimut dan bantal yang cukup tebal. Dengan harga tiket Rp340.000, fasilitas yang diberikan melebihi ekspektasi saya.

Kursi Mewah Dengan Bantal dan Selimut

Kaca bus yang bersih menjadikan pemandangan di luar dapat dinikmati dengan leluasa. Selain hiburan pemandangan, penumpang juga disuguhi hiburan video dan music dangdut Pantura. Musiknya lumayan kencang namun tidak sampai masuk kategori mengganggu.

Pukul 13.15 bus Haryanto berangkat dari terminal Lebakbulus dan langsung mengambil jalur Tol. Tidak lama memasuki jalur tol, bus mengambil arah keluar tol di GT Cilandak untuk menaikkan satu tambahan penumpang dan menjadikan penumpang bus kali ini menjadi total 9 penumpang. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan mengambil jalur tol kembali melalui GT Ampera.

Merayap di Cikampek

Pukul 14.20 perjalanan bus memasuki tol Cikampek. Di jalur ini, perjalanan bus tersendat karena kondisi jalan yang padat oleh kendaraan berbagai jenis dan berbagai ukuran. Cukup lama perjalanan bus tersendat dalam kondisi merayap sampai akhirnya terlepas dari kepadatan kendaraan selepas GT CIkarang. Di moment inilah driver bus PO Haryanto menunjukkan eksistensinya sebagai driver yang tidak hanya jago ngebut namun alus caranya mengendalikan bus. Caranya mengemudi membuat saya sebagai penumpang merasa nyaman walopun dalam aplikasi kecepatan saya lihat kecepatan bus menyentuh angka 120KM/jam. Dengan kecepatan yang sangat tinggi tersebut, praktis saya tidak melihat bus ini didahului oleh bus dari PO lain.

Pemandangan Senja Dari Atas Bus
GT Palimanan
Pukul 17.14 perjalanan bus dilanjutkan dengan mengambil jalur keluar tol di GT Kanci untuk menuju ke RM Menara Kudus. Di RM ini, para penumpang tidak perlu membayar untuk menikmati hidangan makan malam. Fasilitas ini sudah include dalam harga tiket yang telah dibeli. Selain untuk makan malam, Di RM ini, penumpang masih berkesempatan untuk menunaikan sholat baik Ashar maupun Maghrib untuk dijama’ dengan Isya.
RM Menara Kudus dan Customer dari PO Hariyanto

Pukul 18.09 perjalanan dilanjutkan dari RM Menara Kudus melewati jalur pantura, tepatnya mulai dari wilayah kabupaten Cirebon hingga Kabupaten Brebes. Di sepanjang perjalanan di jalur pantura ini, banyak sekali restoran-restoran yang sepi pengunjung. Restoran berbagai macam tipe dan ukuran gedung ini terlihat melompong dan kebanyakan parkirannya kosong. Selain restoran, terlihat juga beberapa SPBU yang sepi dari kendaraan. Jika pemandangan ini dilihat pada pukul 22.00 ke atas, mungkin saya akan maklum, namun pada jam prime time semacam ini, pemandangan semacam ini cukup membuat saya miris. Semoga saja kondisinya menjadi lebih baik setelah pandemi ini berakhir.

Setelah beberapa lama melalui jalur pantura, perjalanan bus kemudian dilanjutkan melalui jalur tol tepatnya masuk di GT Pejagan. Start dari sini, kecepatan bus di jalur tol dipacu stabil di kisaran 115 hingga 120 KM/jam. Meski kecepatan sangat tinggi, namun kondisi bus yang prima dan gaya driving para driver yang excellent menjadikan perjalanan menjadi nyaman.

Pada malam hari, cahaya lampu di dalam bus di-stel dalam mode remang. Lampu yang dinyalakan tidak terlalu terang yang berasal dari perpaduan lampu variasi dari langit-langit bus. Penyetelan model lampu semacam ini menurut saya sangat baik karena penumpang yang ingin istirahat tidak akan terganggu dengan cahaya yang menyilaukan. Kalopun penumpang ingin membutuhkan cahaya lebih, ada fasilitas lampu yang terletak di bagian atap di atasnya.

Remang-Remang di Perjalanan Malam

Pukul 20.01, perjalanan bus diarahkan keluar tol lagi. Kali ini keluar di GT Weleri untuk mengisi BBM di SPBU Jenarsari. Total waktu yang dibutuhkan untuk isi BBM mulai dari keluar tol GT Weleri dan balik lagi ke GT ini adalah 47 menit. Waktu yang sebenarnya bisa dihemat jika pengisian BBM dilakukan di rest area Tol.

Jajaran Bus PO Haryanto Isi BBM Bareng

Selepas dari isi BBM, bus ini kembali melakukan tugasnya, mengejar durasi perjalanan namun juga menjaga kenyamanan penumpang. Bus-bus competitor dilibas dengan kecepatan yang konstan. Tak ayal, dengan kecepatan semacam ini interchange KM 420 di Semarang dapat dicapai pada pukul 21.10 WIB.

Bus sekali lagi keluar tol untuk mampir sejenak di garasi PO Hariyanto, tepatnya di daerah Colomadu. Setelah itu, bus dipacu kencang sampai kemudian tiba di terminal Purabaya Bungurasih pada pukul 00.48. di terminal ini, semua penumpang kecuali saya, turun. Dengan demikian, hanya saya yang menjadi penumpang bus ini dari terminal Surabaya hingga Turen.

Suasana Terminal Purabaya Dini Hari 27 November 2020

Perjalanan bus sampai di Pasar Turen pada Pukul 2.50 dini hari. Dengan demikian total perjalanan dari lebak bulus hingga Turen include isi BBM dan makan malam adalah 13 jam lebih 35 menit. Sangat cepat jika dibandingkan dengan kereta Gajayana yang membutuhkan waktu hingga 15 jam perjalanan. 

Selepas Hujan Di Jalur Tol Malang-Pandaan

Overall, saya sangat menikmati mudik akhir tahun dengan menggunakan moda transportasi bus. PO Haryanto sangat professional dalam memberikan layanan jasa transportasi antar kota antar provinsi ini. Bus yang digunakan kondisinya sangat prima. Selain itu, cara driver dalam memegang kemudi juga membuat saya salut, ditambah dengan attitude dan gesture driver dan kru PO ini yang sopan dan helpful. Good job PO Haryanto, semoga semakin meningkat kualitas layanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...