Senin, 03 Agustus 2020

Covid 19 dan Ketaatan Terhadap Arahan Pencegahan Penyebarannya

Dalam masa pandemi covid-19 ini ada banyak sisi yang bisa diambil sebagai bahan perenungan. Sebagai contoh, kenapa pemerintah mengambil kebijakan ini, kenapa para ahli menyarankan hal itu, kenapa masyarakat melakukan hal yang lain lagi dan kenapa serta mengapa yang lain.

Pandemi covid ini masih berlangsung pada saat bulan Ramadhan tiba dan hari raya Idul Fitri dirayakan oleh umat muslim di seluruh dunia. Begitu juga umat muslim di Indonesia. Dalam suasana pembatasan dan keterbatasan interaksi langsung antar personal, masih banyak warga dan saudara kita yang tetap melakukan tradisi mudik sebelum Ramadhan berakhir dan silaturahmi antar family dan tetangga serta kolega ketika bulan Syawal tiba. Kenapa pelaku mudik tersebut masih nekat? dan kenapa arahan pemerintah tidak dihiraukan.

Narasi pilihan saat itu memang dibuat agak mengerikan, nekat menjalankan tradisi namun bisa jadi untuk kali terakhir atau menahan diri khusus untuk tahun ini agar tradisi ini tetap lestari? Upaya sosialisasi “ancaman” ini nyatanya tidak sepenuhnya manjur membendung arus mudik rantau-ers. Segala upaya dilakukan termasuk menyiasati larangan mudik dengan berbagai cara. Berkaca pada fenomena tersebut, pengabaian himbauan dan larangan mudik pastilah dilandasi oleh dorongan kuat untuk bisa bertemu keluarga pada momen istimewa. Sebuah dorongan yang mampu mengalahkan ketakutan pada ancaman penyebaran virus. Di sisi lain pemerintah telah mengerahkan jajarannya dan segenap usahanya untuk membendung arus mudik ini. Namun sebagaimana dapat kita saksikan dalam pemberitaan media massa, masih terdapat arus mudik secara bergelombang dari kota-kota besar ke daerah dengan memanfaatkan celah penyekatan dan longgarnya pemeriksaan oleh petugas.   

Resiko yang menyertai gelombang arus mudik ini memang merupakan sebuah ancaman yang membuat banyak pihak semakin khawatir dengan pertambahan jumlah kasus positif covid di tanah air. Namun untungnya, kekhawatiran tersebut tidak sepenuhnya terjadi. Memang terjadi kenaikan kasus di beberapa daerah, namun setidaknya kasus tersebut masih bisa dikendalikan.

Semoga saja kekhawatiran yang tidak sepenuhnya terjadi tersebut tidak dijadikan bahan untuk menyepelekan arahan-arahan lain dari pemerintah tentang penanggulangan covid. Saat ini sudah banyak warga masyarakat yang tidak lagi memakai masker, tidak seperti satu bulan lalu ketika berita pandemi terasa mengerikan. Saat itu masyarakat terutama di daerah perkotaan lebih taat arahan dan manjalankan protokol pencegahan. Warga masyarakat nampaknya kini mulai berdamai bahkan bersahabat dengan wabah ini. Semoga saja perdamaian dan persahabatan ini tidak kebablasan menjadi pertalian, pertalian dengan penyakit dan kematian.


1 komentar:

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...