Dalam masa pandemi covid-19 ini ada banyak sisi yang
bisa diambil sebagai bahan perenungan. Sebagai
contoh, kenapa pemerintah mengambil kebijakan ini, kenapa para ahli
menyarankan hal itu, kenapa masyarakat melakukan hal yang lain lagi dan
kenapa serta mengapa yang lain. Pandemi covid ini masih berlangsung pada saat
bulan Ramadhan tiba dan hari raya Idul Fitri dirayakan oleh umat muslim di
seluruh dunia. Begitu juga umat muslim di Indonesia. Dalam suasana pembatasan
dan keterbatasan interaksi langsung antar personal, masih banyak warga dan
saudara kita yang tetap melakukan tradisi mudik sebelum Ramadhan berakhir dan
silaturahmi antar family dan tetangga serta kolega ketika bulan Syawal tiba. Kenapa pelaku mudik tersebut masih nekat? dan kenapa arahan pemerintah tidak dihiraukan. Narasi pilihan saat itu memang dibuat agak
mengerikan, nekat menjalankan tradisi namun bisa jadi untuk kali terakhir
atau menahan diri khusus untuk tahun ini agar tradisi ini tetap
lestari? Upaya sosialisasi “ancaman” ini nyatanya
tidak sepenuhnya manjur membendung arus mudik rantau-ers. Segala upaya
dilakukan termasuk menyiasati larangan mudik dengan berbagai cara. Berkaca pada fenomena tersebut, pengabaian himbauan dan larangan mudik pastilah dilandasi oleh dorongan kuat untuk bisa bertemu keluarga pada momen istimewa. Sebuah dorongan yang mampu mengalahkan ketakutan pada ancaman penyebaran virus. Di sisi lain pemerintah telah mengerahkan jajarannya dan segenap usahanya untuk membendung arus mudik ini. Namun sebagaimana dapat kita saksikan dalam pemberitaan media massa, masih terdapat arus mudik secara bergelombang dari kota-kota besar ke daerah dengan memanfaatkan celah penyekatan dan longgarnya pemeriksaan oleh petugas. Resiko yang menyertai gelombang arus mudik ini
memang merupakan sebuah ancaman yang membuat banyak pihak semakin khawatir
dengan pertambahan jumlah kasus positif covid di tanah air. Namun untungnya,
kekhawatiran tersebut tidak sepenuhnya terjadi. Memang terjadi kenaikan
kasus di beberapa daerah, namun setidaknya kasus tersebut masih bisa
dikendalikan. Semoga saja kekhawatiran yang tidak sepenuhnya
terjadi tersebut tidak dijadikan bahan untuk menyepelekan arahan-arahan lain dari
pemerintah tentang penanggulangan covid. Saat ini sudah banyak warga
masyarakat yang tidak lagi memakai masker, tidak seperti satu bulan lalu
ketika berita pandemi terasa mengerikan. Saat itu masyarakat terutama di
daerah perkotaan lebih taat arahan dan manjalankan protokol pencegahan. Warga
masyarakat nampaknya kini mulai berdamai bahkan bersahabat dengan wabah ini.
Semoga saja perdamaian dan persahabatan ini tidak kebablasan menjadi
pertalian, pertalian dengan penyakit dan kematian. |
Senin, 03 Agustus 2020
Covid 19 dan Ketaatan Terhadap Arahan Pencegahan Penyebarannya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial
Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...
-
Saya cukup gembira melihat bahwa kini masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan peluang bisnis di daerahnya sendiri. Salah satu model peluan...
-
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang d...
-
Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo...
dapatkan jackpot yang besar hanya di IONQQ
BalasHapusWA: +855 1537 3217