Ketika beberapa
kali keluar kosan dalam masa pandemi ini, saya sering melihat anak-anak kecil
usia sekolah SD yang sedang bergerombol bermain bersama. Mereka bermain
bersama pada jam-jam dimana mereka (jika tidak ada pandemi) seharusnya sedang
berada di dalam kelas untuk menerima pelajaran dari para pengajar. Dalam masa pandemi,
model pembelajaran secara tatap muka diliburkan dan diganti dengan proses
belajar daring dari rumah masing-masing. Sekolah dengan memanfaatkan gadget
baik handphone maupun laptop ini merupakan langkah keluar yang harus diambil
karena pertemuan fisik di sekolah masih dianggap rawan penyebaran covid. Ada beberapa
sisi positif yang menjadi dampak penerapan sekolah model daring ini. Pertama,
siswa lebih banyak waktu dengan keluarga. Kedua, tidak banyak biaya yang
dikeluarkan oleh para orang tua untuk membayar ongkos transportasi dan uang
jajan. Berikutnya, siswa jadi lebih mahir menggunakan teknologi informasi yang semakin
maju. Di sisi
lain, model pembelajaran daring juga membawa dampak negatif antara lain:
Siswa menjadi terkungkung di dalam rumah. Kedua, interaksi langsung antar
siswa menjadi berkurang. Interaksi langsung ini sangat penting bagi kemampuan
siswa dalam bersosialisasi. Selanjutnya, pembelajaran secara daring akan
berlangsung monoton karena siswa hanya berfokus pada gawai yang menjadi peralatan
utama dalam sesi belajar-mengajar. Berikutnya, pengawasan langsung guru
terhadap muridnya akan relatif berkurang karena suasana pembelajaran yang
berbeda dan keterbatasan peralatan untuk digunakan dalam mengawasi murid satu
persatu. Jika prokes
tidak dijalankan sedangkan anak-anak ini dibiarkan tetap bersosialisasi
dengan bergerombol, saya khawatir penyebaran virus ini akan terus berlanjut.
Maka dari itu, saya berharap para orang tua dan guru selalu mengajarkan dan
menekankan pentingnya kedisiplinan dan ketaatan terhadap prokes kepada para
muridnya agar pandemi ini segera berakhir dan kita semua dapat beraktifitas
seperti sebelum adanya wabah ini. |
Selasa, 24 Agustus 2021
Siswa Sekolah di Masa Pandemi
Pesona Keindahan Sore yang Istimewa di Engelberg
Puncak Titlis Swiss, Sebuah Cerita dari 3.000 Meter di Atas Permukaan Laut
Swiss bagi saya merupakan negara yang sangat menakjubkan, utamanya pemandangan alamnya yang sangat indah. Di antara keindahan alam Swiss yang benar-benar saya kagumi adalah puncak Titlis.
Titlis merupakan salah satu puncak pada pegunungan Alpen yang berjarak sekitar 35 KM dari kota Luzern. Adapun ketinggian puncak Titlis mencapai 3.238m. Atraksi utama di lokasi wisata ini adalah puncak-puncak bersalju yang sungguh sangat indah. Suasananya bagi saya bagaikan berada di dunia lain dengan pegunungan tajam yang puncaknya didominasi oleh warna putih salju.
Perjalanan menuju ke puncak Titlis menggunakan kereta gantung dengan biaya sebesar 92 franc per orang. Biaya ini memang cukup besar jika dirupiahkan. Namun biaya sebanyak ini akan terbayar dengan sensasi naik kereta gantung dengan view yang luar biasa indah dengan cuaca yang cerah. Di sepanjang perjalanan dengan kereta gantung, bisa dilihat gugusan pegunungan yang menjulang tinggi serta lembah yang menghijau berupa padang rumput luas dengan sapi yang berkeliaran bebas. Semakin tinggi perjalanan cable car, pemandangan semakin menakjubkan. Semakin banyak juga terlihat tumpukan salju, saling berganti dengan sisi-sisi gunung yang berbatu keras dan tajam serta beberapa kali menembus awan. Benar-benar sensasi yang sangat luar biasa.
Perjalanan menuju ke puncak Titlis terbagi
menjadi dua bagian, yang pertama menggunakan cable car kecil yang dapat
memuat 4 penumpang. Para pengunjung Titlis tidak perlu berjejal atau berebutan di cable car ini, karena ada banyak sekali jumlahnya. Setiap cable car mempunyai
satu stiker bendera berbagai negara di seluruh dunia yang lumayan seru dipakai buat tebak-tebakan.
Di tengah-tengah perjalanan ke puncak, pengunjung
akan transit di salah satu stasiun untuk berganti kereta gantung ke ukuran
yang jauh lebih besar yang mampu menampung puluhan pengunjung. Kereta gantung
kedua ini bisa berputar 360 derajat yang memungkinkan pengunjung melihat dari
berbagai sisi. Agak ngeri-ngeri sedap saat saya menaiki kereta gantung kedua
ini karena jumlah yang naik sangat banyak sedangkan saya melihat kabel yang
menjadi titian berupa rangkaian tiga kabel yang tidak begitu besar.
Setelah total perjalanan selama lebih dari 30 menit, perjalanan cable car sampai di stasiun terakhir puncak Titlis. Di stasiun ini terdapat restoran, toko souvenir, toilet, hingga studio foto. Lantai atas stasiun ini terhubung dengan ruang terbuka yang dilengkapi dengan beberapa deret kursi. Di sini kami sempatkan untuk menikmati perbekalan kami. Makan siang di atas puncak Titlis ini merupakan pertama kalinya kami berkesempatan makan di atas ketinggian 3000m. Selepas makan, kami lanjut ke areal salju yang terhampar luas. Kami tunda dulu main saljunya untuk menuju ke anjungan pandang. Lokasi anjungan di puncak Titlis merupakan lokasi yang sangat strategis untuk menikmati pemandangan. Anjungan ini merupakan titik tertinggi yang bisa diakses oleh pengunjung. Dari sini pengunjung bisa melihat ke semua sudut, semua puncak bersalju dan bahkan jurang-jurang curam di di bawah puncak gunung.
Puncak Titlis saat itu diselimuti salju tebal. Kami pun bisa puas bermain-main dengan salju. Untuk mengabadikan momen ini, tak lupa kami pun berfoto dengan background salju. Sebagai informasi, salju ini licin dan membuat basah pakaian. Untuk dapat berjalan di atas salju, Sepatu yang dikenakan harus proper, jika tidak akan seperti sepatu saya yang akhirnya basah dan bau.
Setelah melewati hamparan salju, pengunjung akan
mendapati Jembatan gantung yang cukup panjang untuk akses ke dalam perut
gunung. Jembatan ini adalah jembatan yang akan menguji adrenalin kita, karena
lantai jembatan merupakan besi berrongga yang memunginkan kita untuk melihat
pemandangan jauh di bawah jembatan. Pemandangan di bawah jembatan besi
gantung ini bukanlah hamparan salju, melainkan jurang curam dengan formasi
bebatuan tajam. Sensasi melewati jembatan ini cukup mendebarkan karena saat berada di atas jembatan akan terasa adanya goncangan.
Setelah melewati jembatan gantung, pengunjung
bisa menikmati atraksi selanjutnya dari Puncak Titlis yakni sebuah terowongan yang menghubungkan salah satu sisi puncak Titlis dengan
stasiun kereta gantung. Terowongan ini memudahkan pengunjung untuk balik ke stasiun
tanpa melewati timbunan salju yang licin. Suhu dalam gua ini tidak kalah
dingin dingin dengan suhu di luar ruangan. Bahkan menurut saya jauh lebih
dingin di dalam gua ini karena dinding-dindingnya berupa es. Gua ini cukup
panjang dengan penerangan yang terbatas. Walaupun tidak mendapat pemandangan
puncak gunung, perjalanan melewati gua ini lebih aman untuk menuju kembali ke
stasiun, karena tidak harus melewati hamparan salju yang licin dan basah.
Setelah sampai di stasiun, kami kembali ke titik
areal terbuka untuk sekali lagi menikmati suasana dan pemandangan puncak Titlis.
Di areal ini kami bertemu, walaupun tidak berkomunikasi, dengan rombongn wisatawan
keluarga asal Indonesia. Melihat bekalnya yang berupa nasi goreng, ingin sekali
rasanya meminta sedikit porsi. Hahaha. Karena saya lihat makanan tersebut
tidak habis dimakan dan dimasukan kembali ke dalam wadah penyimpanan.
Sebenarnya tidak ada kata puas untuk menikmati view
yang luar biasa dramatis seperti di Puncak Titlis ini. Gugusan puncak pegunungan
Alpen yang berselimut salju, lembah hijau serta danau di kaki gunung
merupakan atraksi luar biasa yang ditawarkan oleh puncak Titlis. Paket wisata
lengkap semacam ini membuat Puncak Titlis menjadi salah satu lokasi wisata
yang paling berkesan bagi saya. |
Menikmati Keindahan Swiss dari Balik Jendela Kereta (Wisata)
Swiss merupakan salah satu tujuan utama wisatawan dari berbagai belahan dunia untuk menikmati keindahan alamnya yang luar biasa. Untuk memudahkan turis dalam menikmati keindahan alam tersebut, berbagai macam sarana dan prasarana pendukung terlihat digarap dengan sangat serius.
Salah satu sarana yang sangat mendukung turisme di Swiss adalah moda transportasi berupa kereta. Ada dua jenis kereta yang sempat saya jajal, yakni kereta antar kota dan kereta wisata. Jika kereta antar kota melayani perjalanan jarak jauh, maka kereta wisata ini merupakan moda transportasi penghubung antar kota dalam jarak yang relatif dekat yang konsern utamanya adalah wisata. Dalam kesempatan kali ini, akan membahas moda transportasi kereta wisata.
Pada saat saya berkesempatan berkunjung ke Swiss, moda transportasi kereta wisata ini membuat saya kagum. Dari sisi tampilan, eksterior kereta ini sangat elegan, bersih dan menarik. Kereta ini juga mempunyai ukuran jendela kaca yang sangat besar sehingga penumpang dapat menikmati pemandangan luar biasa pada saat melakukan perjalanan. Yang unik dari kereta di daerah wisata ini adalah bagian atas kereta yang dilengkapi jendela kaca tambahan. Dengan adanya jendela ini, penumpang bisa melihat pemandangan di atas kereta, contohnya pada saat kereta melewati pinggiran gunung atau memasuki terowongan. Tidak kalah dengan eksteriornya, interior kereta ini juga sangat memanjakan penumpang. Kebersihannya sangat terjaga, tidak terlihat bagian yang kusam di berbagai sudutnya. Bentuk kursinya juga sangat nyaman. Tidak hanya memanjakan penumpang, kereta ini juga dilengkapi dengan petunjuk dan peralatan keselamatan penumpang yang terpampang dengan jelas. Jelas sudah jika kereta ini tidak hanya mengunggulkan sisi atraksinya, namun juga faktor keselamatan penumpangnya.
Sebagian besar kereta di Swiss menggunakan listrik sebagai tenaga penggeraknya. Dengan demikian, laju kereta menjadi sangat halus dan tidak terdengar bunyi mesin yang nyaring. Deru mesin masih terdengar halus walaupun kereta memasuki jalur ekstrim pendakian ke ketinggian.
Pemandangan favorit saya saat menaiki kereta wisata di Swiss adalah pada jalur Luzern menuju ke Engelberg dan sebaliknya. Dalam perjalanan ini saya sungguh kagum atas keindahan alam Swiss yakni perpaduan antara pegunungan, danau yang jernih dan luas serta kawasan pemukiman yang tertata rapi dan terlihat permai. Pemandangan ini juga ditambah dengan rimbunnya pepohonan di pegunungan serta langit yang sangat cerah saat itu.
Kebetulan
saat itu penumpang kereta tidak terlalu banyak. Dengan demikian banyak kursi
kosong di gerbong saya. Saya bisa leluasa berpindah dari satu sisi ke sisi
yang lain untuk dapat menikmati pemandangan dari ke dua sisi kereta. Saya
sungguh merasa beruntung dapat kesempatan menjajal kereta ini.
Durasi perjalanan kereta Luzern - Engelberg ini berlangsung cukup lama dengan laju kecepatan sedang. Laju kecepatan ini memungkinkan penumpang untuk menikmati pemandangan hingga puas. Karena apabila laju kereta terlalu cepat, maka durasi pemandangan pada suatu tempat akan menjadi lebih singkat. Dalam perjalanannya, kereta ini berhenti di beberapa stasiun kecil. Ada satu stasiun yang bagi saya mempunyai pemandangan yang luar biasa yakni Stasiun Sachseln. Istimewanya stasiun ini adalah lokasinya yang berada di tepi danau yang luas dan bersih dengan latar belakang pemandangan pegunungan menghijau.
Selain interior,
eksterior serta jalur relnya, kereta di Swiss juga unggul dari sisi ketepatan
waktu dan pengaturan jadwal. Jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta terpampang
dengan jelas di papan pengumuman. Dengan adanya papan informasi ini calon
penumpang dapat dengan mudah menemukan kereta dan platform atau jalur keberangkatan
keretanya. Selanjutnya, kereta ini sangat tepat waktu, baik jadwal
keberangkatan dan kedatangannya. Dengan jadwal yang tepat, penumpang dapat
mengandalkannya dalam menyusun rencana perjalanan. Selain itu, interval atau
jarak keberangkatan kereta juga cukup baik. Tidak terlalu lama maupun tidak
terlalu singkat. Dengan demikian calon penumpang yang akan melakukan perjalan
bisa memilih jadwal kereta sesuai dengan keinginannya. |
Kena Covid Juga
Sejak pandemi covid masuk ke Indonesia, saya sudah mulai mencari informasi mengenai apa yang harus dilakukan supaya tidak tertular covid. Selain itu, saya juga berusaha untuk selalu bisa mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pihak yang berwenang. Tak lupa, saya juga memanfaatkan fasiilitas vaksinasi yang diselenggarakan oleh kantor tempat saya bekerja.
Kepatuhan
terhadap protokol kesehatan dan pemberian vaksin dalam rangka pencegahan
covid inipun masih belum benar-benar menjamin bahwa kita akan aman dari virus
ini. Setidaknya ini yang saya alami pada bulan Mei 2021 lalu ketika mengalami
sendiri penyakit yang diakibatkan oleh penyebaran virus ini. Saya tidak
bisa memastikan kapan dan di mana saya terpapar dan kemudian tertular covid.
Tapi saya meyakini bahwa saya kemungkinan besar terpapar virus ini saat
berada di Yogyakarta saat menghadiri acara pernikahan kolega. Di kota Gudeg
ini saya memang beberapa kali hang out dan hunting foto di sekitaran
Malioboro dan stasiun Yogyakarta. Selain itu setelah mengikuti resepsi
pernikahan kolega, saya juga sempat menunggu teman menyelesaikan pekerjaan
terkait pemeriksaan di sebuah kafe dalam waktu yang sangat lama, mulai jam 4
sore sampai jam 10 malam. Kondisi badan saya pada hari kedua di Yogyakarta
memang tidak fit. Pun demikian saat kembali ke Jakarta, saya sempat kehujanan
di depan kosan sesaat sebelum masuk gerbang. Keesokan harinya setelah saya tiba di Jakarta, badan saya semakin tidak terasa baik-baik saja. Hingga pada hari rabu malam, saya mulai kehilangan kemampuan membau. Awalnya saya tidak yakin bahwa saya terkena covid, namun setelah mendapatkan informasi dari teman yang telah negatif covid, saya mulai mempersiapkan segala kemungkinan jika saya memang terjangkit virus covid. Untuk memastikan
kondisi dan keadaan saya, saya memutuskan untuk melakukan test swab antigen
di sebuah RS. Dalam waktu singkat hasilnya keluar dan saya dinyatakan
Reaktif. Segera saya hubungi PIC Covid kantor saya dan diarahkan untuk segera
melakukan Swab PCR. Saya pun segera mendaftar dan melakukan test Swab PCR di
tempat yang sama. Setelahnya, saya kembali ke kosan sambil menunggu hasil uji
swab. Pada malam hari setelah uji Swab, saya diberitahu oleh dokter kantor bahwa hasil test PCR saya adalah positif Covid dengan CT 15 koma sekian. Saya diberikan alternatif karantina yakni di kediaman sendiri, di hotel Budget atau di wisma atlet. Melihat situasi dan kondisi saya, dokter menyarankan untuk diisolasi di Hotel Budget agar bisa dikontrol dengan baik.
Keesokan harinya, saya memulai lembaran baru sebagai pasien covid yang diisolasi di sebuah hotel. Saya ditempatkan di kamar 701 lantai 7 hotel budget daan mogot Jakbar. Selayaknya hotel budget, saya merasa kamar hotel ini kurang cocok bagi saya yang suka menulis artikel atau bermain keyboard. Interior ruangannya tidak pernah bisa membuat mood saya tergerak untuk mulai menulis atau mengarang lagu. Iya, saya membawa sebuah keyboard untuk menemani masa isolasi. Justru saya tidak membawa banyak pakaian.
Gejala
covid yang saya rasakan selain badan lemas dan hilangnya indra membau adalah
sesak nafas. Sesak nafas yang saya rasakan cukup berat karena saya tidak bisa
menahan nafas dalam waktu normal. Saya juga kesulitan untuk berbicara dalam
waktu yang lama tanpa nafas tersenggal. Yang sempat membuat saya khawatir
adalah ketika saya sering terbangun pada dini hari dan kesulitan bernafas
dengan normal. Dan ini berlangsung selama beberapa hari di awal-awal saya
isolasi. Pada minggu kedua saya mulai merasakan kondisi badan saya sudah lebih baik. Saya bisa melakukan jalan kaki mengitari areal parkir hotel dalam durasi yang cukup lama. Namun demikian, saya masih belum mampu melakukan jogging. Benar-benar payah kondisi saya saat itu.
Agar segera negatif, saya mengikuti semua anjuran yang saya terima, utamanaya dari para nakes yang baik hati. Saya selalu menyempatkan berolah raga dan berjemur setiap hari, semprot hidung minimal 3 kali sehari, berkumur-kumur seusai makan, menggunakan masker saat di luar kamar, makan makanan bergizi serta minum obat sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa saya juga makan banyak sekali buah-buahan yang dikirimkan oleh sahabat-sahabat saya.
Walaupun
semua prosedur untuk segera negatif covid telah saya lakukan, namun hasil
yang saya peroleh justru tidak sesuai dengan harapan. Sampai hari ke 25 saya
Isolasi, saya masih tetap positif. Satu hal penting yang ternyata sangat
mempengaruhi kecepatan seseorang untuk negatif covid adalah faktor mental.
Semakin bagus mental dan mindset seseorang yang terkena covid, akan semakin
cepat dan mudah dia sembuh dari covid. Saya akui bahwa saat saya didiagnosa
positif covid, pikiran saya tidak tenang, memikirkan pekerjaan, biaya
perawatan dan obat-obatan, kondisi jika ibu saya tau saya sedang isolasi, serta
stigma positif covid karena melanggar prokes pencegahan. Pikiran itu cukup
lama ada di benak saya meskipun saya sudah berusaha untuk selalu positif
thinking. Dalam masa isolasi di hotel budget ini, saya tiga kali melakukan Swab PCR. Hasil pertama positif dengan CT 29,15, berikutnya positif dengan CT 29,45 dan hasil test teerakhir positif dengan CT 35,54. Karena CT di atas 35 sudah dianggap aman dan saya tidak merasakan ada keluhan berarti sejak sepuluh hari terkahir, saya meminta ijin untuk lanjut isolasi di luar. Pertimbangan saya karena biaya yang dikeluarkan akan semakin besar jika saya lanjut isolasi di hotel ini. Kedua karena hotel budget saat itu penuh dengan isolator-isolator baru yang banyak bergejala mulai batuk, demam, pusing kepala dan badan lemah. Selain memberikan kesempatan untuk pasien-pasien baru saya juga tidak ingin terpapar virus baru dari varian yang berbeda.
Di bagian awal tulisan ini saya menulis bahwa interior hotel ini tidak bisa membangkitkan mood saya untuk menulis maupun menciptakan karya musik. Meskipun demikian, saya masih merasa sangat beruntung bisa mendapatkan tempat isolasi yang sangat layak dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Di hotel ini, para isolator masih bisa melakukan olah raga di luar ruangan, berjemur, jatah makan tiga kali sehari, memesan makanan secara online, fasilitas laundry dan yang paling penting, pengecekan kondisi kesehatan secara rutin setiap hari.
Olah raga di luar ruangan merupakan salah satu hal yang sangat saya syukuri, karena saya tidak harus merasa terkungkung sendiri di dalam ruangan kamar tanpa interaksi dengan isolator yang lain. Saya pun bisa nimbrung dengan isolator lain misalnya pada jam-jam selepas olah raga atau setelah waktu maghrib. Dengan adanya interaksi ini, sesama Isolator bisa saling support dan saling berbagi.
Fasilitas berikutnya adalah jatah makan 3 kali sehari. Bagi saya, menu makanan saat isolator sudah cukup baik. Saya hampir selalu menyukai setiap menu makanan yang dibagikan, kecuali pada saat lauk sayur pare. Kalaupun menu makanan dianggap kurang, saya bisa memesan makanan melalui aplikasi online.
Untuk
fasilitas laundry, manajemen hotel budget ini hanya membatasi layanan pada
hari senin, rabu dan jumat. Itupun terbatas hanya 3 potong pakaian. Meski
demikian, isolator masih bisa mencuci sendiri pakaiannya. Ada Isolator yang
beruntung karena jendela kamarnya dapat dibuka. Kamar yang dapat dibuka ini
memungkinkan untuk bisa menjemur pakaian di luar kamar, selain bisa juga
mendapatkan udara segar dari luar.
Fasilitas
berikutnya adalah fasilitas pengecekan kesehatan. Pengecekan ini rutin
dilakukan setiap hari kecuali hari minggu. Pada saat pengecekan kesehatan
ini, kondisi tubuh diperiksa untuk mengetahui perkembangan dan keluhan para
isolator. Beberapa kondisi yang pasti diperiksa adalah, denyut jantung, suhu
tubuh dan saturasi oksigen. Para nakes yang bertugas melakukan pemeriksaan
juga sangat informatif serta care kepada para isolator. Mereka tidak
menggunakan APD berat yang bagi sebagian pasien justru membuat mental down.
Para nakes ini juga merupakan motivator yang baik, karena selalu memberikan
semangat agar isolator bisa lekas negatif. Tak jarang mereka membesarkan hati
jika hasil test belum sesuai harapan.
Sebagai
penutup, saya hanya bisa berharap dan mendoakan agar pandemi ini segera
berakhir dan kembali ke keadaan normal seperti sebelum pandemi. Untuk itu,
tetap jaga prokes hingga pihak yang berkompeten dan berwenang mencabut
himbauan pelaksanaan prokes ini. Jikalaupun tidak bisa berkontribusi nyata
untuk membantu mencegah penyebaran, setidaknya janganlah memperparah keadaan
yang sedang susah seperti saat ini. |
Minggu, 22 Agustus 2021
Membahas Pandemi di Warung Burjo
Beberapa hari lalu karena sedang suntuk di kosan,
saya memutuskan untuk night ride keliling kota Jakarta dengan menggunakan sepeda motor. Pada night ride tanpa
tujuan jelas tersebut saya melewati arah Meruya Utara. Di daerah ini saya
pernah nge-kos selama beberapa bulan saat menempuh kursus Bahasa Inggris
sebagai persiapan pendidikan lanjutan. Kebetulan saat melewati daerah ini,
saya melihat warung bubur kacang ijo langganan saya. Saya putuskan untuk
mampir sejenak beristirahat sambil bersilaturahmi dengan si bapak penjual burjo. Percakapan diawali dengan basa-basi biasa tentang kabar dan kondisi terkini. Topik percakapan kemudian berganti membahas pandemi covid setelah beliau memperhatikan tampilan saya yang bermasker double dan mengambil jarak aman saat berdiskusi. Dalam pandangannya, tidak ada yang namanya pandemi covid karena penyakit dan gejalanya tidak terlihat sebagaimana contoh jika terdapat luka di bagian tubuh yang terlihat dengan mata. Ketika saya sampaikan bahwa saya adalah
survivor covid yang hampir satu bulan dirawat dan dikarantina dia menunjukkan ekspresi
yang menurut saya semacam tidak percaya. Karena melihat kondisi saya yang
terlihat bugar, dia meyakini bahwa virus ini tidaklah berbahaya. Justru
berita di media massa dan pemerintahlah yang membuat kondisi mencekam yang
pada gilirannya membuat orang menjadi panik dan memperburuk keadaan.
Menurutnya, apabila orang-orang santai dan menganggapnya tidak ada, maka
semua akan baik-baik saja. Menanggapi hal itu, saya sampaikan bahwa ada
beberapa rekan kerja saya yang meninggal pada saat dalam perawatan dengan
diagnosa covid. Saya juga menyampaikan bahwa hasil foto rontgen paru-paru
saya pada saat menjalani karantina menunjukkan adanya corakan bronchitis dan
adanya flek khas penderita covid. Saya ingin menyampaikan bahwa penyakit ini berbahaya bagi sebagian orang, utamanya yang mempunyai penyakit penyerta. Namun demikian, penyintas
covid pun tidak semuanya bebas masalah bawaan setelah dinyatakan negatif covid. Perbincangan masih berlangsung hingga beberapa saat kemudian, saya sampai pada kesimpulan bahwa saya harus mengalihkan topik pembahasan covid ke topik pembahasan yang lain. Kesimpulan itu saya ambil setelah mendengar opininya lebih lanjut tentang covid dan masa pandemik ini. Saya tidak berkompeten menjelaskan bagaimana penyebaran covid bisa menjadi hal yang membahayakan. Saya juga merasa tidak perlu dan tidak akan mampu menyampaikan argumentasi dibalik kebijakan-kebijakan terkait pencegahan covid. Diantaranya pemakaian masker, jaga jarak, menjaga kerumunan dan yang paling sensitif, penutupan sementara tempat ibadah. Baginya kebijakan-kebijakan tersebut hanya menyusahkan masyarakat. Padahal selalu ada alasan, studi serta opsi-opsi yang telah dikaji dibalik diambilnya kebijakan-kebijakan tersebut. Berkaca dari silaturahmi saya malam itu,
terbersit beberapa pertanyaan di benak saya. Pertanyaan yang paling mendasar
adalah, bagaimana proses atau metode seseorang berfikir hingga kemudian menyimpulkan
bahwa sesuatu itu benar dan sesuatu yang lain salah. Dikaitkan dengan masa
pandemi ini banyak sekali informasi yang beredar. Namun sayangnya tidak
semua informasi tersebut benar dan valid. Yang menjadi masalah adalah, informasi yang
tidak benar tersebut terkadang menjadi viral dan dijadikan patokan untuk
menentukan sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk. Apabila suatu
informasi yang salah diyakini benar dan dijadikan patokan, maka usaha untuk
mengcounter informasi dan pemahaman yang salah tersebut pastinya membutuhkan effort
yang besar. Metode dan proses berfikir seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor seperti lingkungan, pendidikan, tingkat ekonomi dan pengalaman pribadi menurut saya adalah diantara faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada seseorang hingga bermuara pada munculnya sebuah sikap dalam menghadapi permasalahan atau fenomena tertentu. Lebih lanjut, dalam pandangan saya, faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah kualitas pendidikan dan tingkat literasi seseorang. Semakin tinggi pendidikan dan tingkat literasi seseorang akan berimbas pada semakin baiknya pemahaman atas situasi yang terjadi. Selain itu, tingkat pendidikan yang tinggi dan literasi yang baik akan sangat berguna pada masa dimana banyak sekali informasi yang beredar. Informasi yang sekian banyak tersebut dapat dipilah dan dipisahkan antara informasi yang valid dan berguna dengan informasi yang menyesatkan. Jika seseorang hanya mencari informasi sesuai harapannya serta tidak membudayakan berfikir kritis atas informasi yang diperolehnya maka akan sulit untuk mengubah persepsinya atas suatu topik. Tugas berat pemerintah dan orang-orang yang aware terhadap bahayanya virus ini antara lain adalah tetap memberikan semangat kepada masyarakat yang sudah mulai lelah untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan. Semakin taat dan sabar masyarakat dalam mengikuti anjuran prokes, maka akan semakin cepat pandemic ini ditangani. Tugas berat lainnya adalah menumbuhkan awareness dari kelompok masyarakat yang sejak awal tidak mempercayai adanya virus ini termasuk mengcounter hoax-hoax yang sudah terlanjur dipercayai kebenarannya oleh sebagian masyarakat. |
Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial
Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...
-
Saya cukup gembira melihat bahwa kini masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan peluang bisnis di daerahnya sendiri. Salah satu model peluan...
-
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang d...
-
Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo...