Selasa, 24 Agustus 2021

Siswa Sekolah di Masa Pandemi

Ketika beberapa kali keluar kosan dalam masa pandemi ini, saya sering melihat anak-anak kecil usia sekolah SD yang sedang bergerombol bermain bersama. Mereka bermain bersama pada jam-jam dimana mereka (jika tidak ada pandemi) seharusnya sedang berada di dalam kelas untuk menerima pelajaran dari para pengajar.

Dalam masa pandemi, model pembelajaran secara tatap muka diliburkan dan diganti dengan proses belajar daring dari rumah masing-masing. Sekolah dengan memanfaatkan gadget baik handphone maupun laptop ini merupakan langkah keluar yang harus diambil karena pertemuan fisik di sekolah masih dianggap rawan penyebaran covid. Ada beberapa sisi positif yang menjadi dampak penerapan sekolah model daring ini. Pertama, siswa lebih banyak waktu dengan keluarga. Kedua, tidak banyak biaya yang dikeluarkan oleh para orang tua untuk membayar ongkos transportasi dan uang jajan. Berikutnya, siswa jadi lebih mahir menggunakan teknologi informasi yang semakin maju.

Di sisi lain, model pembelajaran daring juga membawa dampak negatif antara lain: Siswa menjadi terkungkung di dalam rumah. Kedua, interaksi langsung antar siswa menjadi berkurang. Interaksi langsung ini sangat penting bagi kemampuan siswa dalam bersosialisasi. Selanjutnya, pembelajaran secara daring akan berlangsung monoton karena siswa hanya berfokus pada gawai yang menjadi peralatan utama dalam sesi belajar-mengajar. Berikutnya, pengawasan langsung guru terhadap muridnya akan relatif berkurang karena suasana pembelajaran yang berbeda dan keterbatasan peralatan untuk digunakan dalam mengawasi murid satu persatu.

 Masa pandemi yang cukup lama ini membawa konsekuensi bagi kehidupan sosial tidak hanya untuk orang dewasa namun juga terhadap anak-anak usia sekolah. Mereka tidak lagi bisa bertatap muka secara langsung dengan para guru dan teman-teman sekelasnya. Interaksi dengan teman-teman yang bervariasi dari berbagai kalangan dan latar belakang sedikit banyak akan mengajarkan mereka pentingnya bersosialisasi dan bertoleransi. Disamping itu, dalam masa pandemi ini, energi besar anak-anak dalam bermain dan belajar harus tetap tersalurkan dengan baik agar mereka tidak merasa tertekan berada dalam satu lingkungan untuk waktu yang relatif lama. Salah satu cara untuk menyalurkan energi bermain mereka adalah dengan mengijinkan mereka bermain dengan teman sebayanya yang berada di satu lingkungan yang sama. Hal ini bisa menjaga mereka tetap ceria karena menemukan kawan seusia dan semasa. Yang harus menjadi perhatian adalah ketaatan mereka dalam menjalankan prokes, karena seperti sering saya lihat, banyak anak-anak bergerombol yang tidak memakai masker atau memakai masker namun tidak sesuai himbauan.

Jika prokes tidak dijalankan sedangkan anak-anak ini dibiarkan tetap bersosialisasi dengan bergerombol, saya khawatir penyebaran virus ini akan terus berlanjut. Maka dari itu, saya berharap para orang tua dan guru selalu mengajarkan dan menekankan pentingnya kedisiplinan dan ketaatan terhadap prokes kepada para muridnya agar pandemi ini segera berakhir dan kita semua dapat beraktifitas seperti sebelum adanya wabah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...