Senin, 23 Agustus 2021

Kena Covid Juga

Sejak pandemi covid masuk ke Indonesia, saya sudah mulai mencari informasi mengenai apa yang harus dilakukan supaya tidak tertular covid. Selain itu, saya juga berusaha untuk selalu bisa mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pihak yang berwenang. Tak lupa, saya juga memanfaatkan fasiilitas vaksinasi yang diselenggarakan oleh kantor tempat saya bekerja.

Obat-Obatan dan Vitamin Buat Pasien Covid

Kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan pemberian vaksin dalam rangka pencegahan covid inipun masih belum benar-benar menjamin bahwa kita akan aman dari virus ini. Setidaknya ini yang saya alami pada bulan Mei 2021 lalu ketika mengalami sendiri penyakit yang diakibatkan oleh penyebaran virus ini.

Saya tidak bisa memastikan kapan dan di mana saya terpapar dan kemudian tertular covid. Tapi saya meyakini bahwa saya kemungkinan besar terpapar virus ini saat berada di Yogyakarta saat menghadiri acara pernikahan kolega. Di kota Gudeg ini saya memang beberapa kali hang out dan hunting foto di sekitaran Malioboro dan stasiun Yogyakarta. Selain itu setelah mengikuti resepsi pernikahan kolega, saya juga sempat menunggu teman menyelesaikan pekerjaan terkait pemeriksaan di sebuah kafe dalam waktu yang sangat lama, mulai jam 4 sore sampai jam 10 malam. Kondisi badan saya pada hari kedua di Yogyakarta memang tidak fit. Pun demikian saat kembali ke Jakarta, saya sempat kehujanan di depan kosan sesaat sebelum masuk gerbang.

Keesokan harinya setelah saya tiba di Jakarta, badan saya semakin tidak terasa baik-baik saja. Hingga pada hari rabu malam, saya mulai kehilangan kemampuan membau. Awalnya saya tidak yakin bahwa saya terkena covid, namun setelah mendapatkan informasi dari teman yang telah negatif covid, saya mulai mempersiapkan segala kemungkinan jika saya memang terjangkit virus covid. 

Untuk memastikan kondisi dan keadaan saya, saya memutuskan untuk melakukan test swab antigen di sebuah RS. Dalam waktu singkat hasilnya keluar dan saya dinyatakan Reaktif. Segera saya hubungi PIC Covid kantor saya dan diarahkan untuk segera melakukan Swab PCR. Saya pun segera mendaftar dan melakukan test Swab PCR di tempat yang sama. Setelahnya, saya kembali ke kosan sambil menunggu hasil uji swab.

Pada malam hari setelah uji Swab, saya diberitahu oleh dokter kantor bahwa hasil test PCR saya adalah positif Covid dengan CT 15 koma sekian. Saya diberikan alternatif karantina yakni di kediaman sendiri, di hotel Budget atau di wisma atlet. Melihat situasi dan kondisi saya, dokter menyarankan untuk diisolasi di Hotel Budget agar bisa dikontrol dengan baik.

Kamar 701 Tempat Isolasi

Keesokan harinya, saya memulai lembaran baru sebagai pasien covid yang diisolasi di sebuah hotel. Saya ditempatkan di kamar 701 lantai 7 hotel budget daan mogot Jakbar. Selayaknya hotel budget, saya merasa kamar hotel ini kurang cocok bagi saya yang suka menulis artikel atau bermain keyboard. Interior ruangannya tidak pernah bisa membuat mood saya tergerak untuk mulai menulis atau mengarang lagu. Iya, saya membawa sebuah keyboard untuk menemani masa isolasi. Justru saya tidak membawa banyak pakaian.

Pemandangan Pada Suatu Senja di Masa Karantina

Gejala covid yang saya rasakan selain badan lemas dan hilangnya indra membau adalah sesak nafas. Sesak nafas yang saya rasakan cukup berat karena saya tidak bisa menahan nafas dalam waktu normal. Saya juga kesulitan untuk berbicara dalam waktu yang lama tanpa nafas tersenggal. Yang sempat membuat saya khawatir adalah ketika saya sering terbangun pada dini hari dan kesulitan bernafas dengan normal. Dan ini berlangsung selama beberapa hari di awal-awal saya isolasi.

Pada minggu kedua saya mulai merasakan kondisi badan saya sudah lebih baik. Saya bisa melakukan jalan kaki mengitari areal parkir hotel dalam durasi yang cukup lama. Namun demikian, saya masih belum mampu melakukan jogging. Benar-benar payah kondisi saya saat itu.

Ikhtiar Supaya Sehat Kembali

Agar segera negatif, saya mengikuti semua anjuran yang saya terima, utamanaya dari para nakes yang baik hati. Saya selalu menyempatkan berolah raga dan berjemur setiap hari, semprot hidung minimal 3 kali sehari, berkumur-kumur seusai makan, menggunakan masker saat di luar kamar, makan makanan bergizi serta minum obat sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa saya juga makan banyak sekali buah-buahan yang dikirimkan oleh sahabat-sahabat saya.

Dapat Kiriman Asupan Gizi dari Kolega

Walaupun semua prosedur untuk segera negatif covid telah saya lakukan, namun hasil yang saya peroleh justru tidak sesuai dengan harapan. Sampai hari ke 25 saya Isolasi, saya masih tetap positif. Satu hal penting yang ternyata sangat mempengaruhi kecepatan seseorang untuk negatif covid adalah faktor mental. Semakin bagus mental dan mindset seseorang yang terkena covid, akan semakin cepat dan mudah dia sembuh dari covid. Saya akui bahwa saat saya didiagnosa positif covid, pikiran saya tidak tenang, memikirkan pekerjaan, biaya perawatan dan obat-obatan, kondisi jika ibu saya tau saya sedang isolasi, serta stigma positif covid karena melanggar prokes pencegahan. Pikiran itu cukup lama ada di benak saya meskipun saya sudah berusaha untuk selalu positif thinking.

Dalam masa isolasi di hotel budget ini, saya tiga kali melakukan Swab PCR. Hasil pertama positif dengan CT 29,15, berikutnya positif dengan CT 29,45 dan hasil test teerakhir positif dengan CT 35,54. Karena CT di atas 35 sudah dianggap aman dan saya tidak merasakan ada keluhan berarti sejak sepuluh hari terkahir, saya meminta ijin untuk lanjut isolasi di luar. Pertimbangan saya karena biaya yang dikeluarkan akan semakin besar jika saya lanjut isolasi di hotel ini. Kedua karena hotel budget saat itu penuh dengan isolator-isolator baru yang banyak bergejala mulai batuk, demam, pusing kepala dan badan lemah. Selain memberikan kesempatan untuk pasien-pasien baru saya juga tidak ingin terpapar virus baru dari varian yang berbeda.

Pengecekan Rutin

Di bagian awal tulisan ini saya menulis bahwa interior hotel ini tidak bisa membangkitkan mood saya untuk menulis maupun menciptakan karya musik. Meskipun demikian, saya masih merasa sangat beruntung bisa mendapatkan tempat isolasi yang sangat layak dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Di hotel ini, para isolator masih bisa melakukan olah raga di luar ruangan, berjemur, jatah makan tiga kali sehari, memesan makanan secara online, fasilitas laundry dan yang paling penting, pengecekan kondisi kesehatan secara rutin setiap hari.

Arena Berjemur

Olah raga di luar ruangan merupakan salah satu hal yang sangat saya syukuri, karena saya tidak harus merasa terkungkung sendiri di dalam ruangan kamar tanpa interaksi dengan isolator yang lain. Saya pun bisa nimbrung dengan isolator lain misalnya pada jam-jam selepas olah raga atau setelah waktu maghrib. Dengan adanya interaksi ini, sesama Isolator bisa saling support dan saling berbagi.

Batas Pasien

Fasilitas berikutnya adalah jatah makan 3 kali sehari. Bagi saya, menu makanan saat isolator sudah cukup baik. Saya hampir selalu menyukai setiap menu makanan yang dibagikan, kecuali pada saat lauk sayur pare. Kalaupun menu makanan dianggap kurang, saya bisa memesan makanan melalui aplikasi online.

Pesanan Online dan Paket Obat

Untuk fasilitas laundry, manajemen hotel budget ini hanya membatasi layanan pada hari senin, rabu dan jumat. Itupun terbatas hanya 3 potong pakaian. Meski demikian, isolator masih bisa mencuci sendiri pakaiannya. Ada Isolator yang beruntung karena jendela kamarnya dapat dibuka. Kamar yang dapat dibuka ini memungkinkan untuk bisa menjemur pakaian di luar kamar, selain bisa juga mendapatkan udara segar dari luar.

Diantara Sekian Senja
Fasilitas berikutnya adalah fasilitas pengecekan kesehatan. Pengecekan ini rutin dilakukan setiap hari kecuali hari minggu. Pada saat pengecekan kesehatan ini, kondisi tubuh diperiksa untuk mengetahui perkembangan dan keluhan para isolator. Beberapa kondisi yang pasti diperiksa adalah, denyut jantung, suhu tubuh dan saturasi oksigen. Para nakes yang bertugas melakukan pemeriksaan juga sangat informatif serta care kepada para isolator. Mereka tidak menggunakan APD berat yang bagi sebagian pasien justru membuat mental down. Para nakes ini juga merupakan motivator yang baik, karena selalu memberikan semangat agar isolator bisa lekas negatif. Tak jarang mereka membesarkan hati jika hasil test belum sesuai harapan.
Bye-Bye 701

Sebagai penutup, saya hanya bisa berharap dan mendoakan agar pandemi ini segera berakhir dan kembali ke keadaan normal seperti sebelum pandemi. Untuk itu, tetap jaga prokes hingga pihak yang berkompeten dan berwenang mencabut himbauan pelaksanaan prokes ini. Jikalaupun tidak bisa berkontribusi nyata untuk membantu mencegah penyebaran, setidaknya janganlah memperparah keadaan yang sedang susah seperti saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...