Sejak
pandemi covid masuk ke Indonesia, saya sudah mulai mencari informasi mengenai
apa yang harus dilakukan supaya tidak tertular covid. Selain itu, saya juga berusaha untuk
selalu bisa mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pihak yang
berwenang. Tak lupa, saya juga memanfaatkan fasiilitas vaksinasi yang diselenggarakan oleh kantor tempat saya bekerja. | Obat-Obatan dan Vitamin Buat Pasien Covid |
Kepatuhan
terhadap protokol kesehatan dan pemberian vaksin dalam rangka pencegahan
covid inipun masih belum benar-benar menjamin bahwa kita akan aman dari virus
ini. Setidaknya ini yang saya alami pada bulan Mei 2021 lalu ketika mengalami
sendiri penyakit yang diakibatkan oleh penyebaran virus ini. Saya tidak
bisa memastikan kapan dan di mana saya terpapar dan kemudian tertular covid.
Tapi saya meyakini bahwa saya kemungkinan besar terpapar virus ini saat
berada di Yogyakarta saat menghadiri acara pernikahan kolega. Di kota Gudeg
ini saya memang beberapa kali hang out dan hunting foto di sekitaran
Malioboro dan stasiun Yogyakarta. Selain itu setelah mengikuti resepsi
pernikahan kolega, saya juga sempat menunggu teman menyelesaikan pekerjaan
terkait pemeriksaan di sebuah kafe dalam waktu yang sangat lama, mulai jam 4
sore sampai jam 10 malam. Kondisi badan saya pada hari kedua di Yogyakarta
memang tidak fit. Pun demikian saat kembali ke Jakarta, saya sempat kehujanan
di depan kosan sesaat sebelum masuk gerbang. Keesokan
harinya setelah saya tiba di Jakarta, badan saya semakin tidak terasa
baik-baik saja. Hingga pada hari rabu malam, saya mulai kehilangan kemampuan
membau. Awalnya saya tidak yakin bahwa saya terkena covid, namun setelah
mendapatkan informasi dari teman yang telah negatif covid, saya mulai mempersiapkan
segala kemungkinan jika saya memang terjangkit virus covid. Untuk memastikan
kondisi dan keadaan saya, saya memutuskan untuk melakukan test swab antigen
di sebuah RS. Dalam waktu singkat hasilnya keluar dan saya dinyatakan
Reaktif. Segera saya hubungi PIC Covid kantor saya dan diarahkan untuk segera
melakukan Swab PCR. Saya pun segera mendaftar dan melakukan test Swab PCR di
tempat yang sama. Setelahnya, saya kembali ke kosan sambil menunggu hasil uji
swab. Pada malam
hari setelah uji Swab, saya diberitahu oleh dokter kantor bahwa hasil test
PCR saya adalah positif Covid dengan CT 15 koma sekian. Saya diberikan
alternatif karantina yakni di kediaman sendiri, di hotel Budget atau di wisma
atlet. Melihat situasi dan kondisi saya, dokter menyarankan untuk diisolasi di
Hotel Budget agar bisa dikontrol dengan baik. | Kamar 701 Tempat Isolasi |
Keesokan
harinya, saya memulai lembaran baru sebagai pasien covid yang diisolasi di
sebuah hotel. Saya ditempatkan di kamar 701 lantai 7 hotel budget daan mogot
Jakbar. Selayaknya hotel budget, saya merasa kamar hotel ini kurang cocok
bagi saya yang suka menulis artikel atau bermain keyboard. Interior
ruangannya tidak pernah bisa membuat mood saya tergerak untuk mulai menulis
atau mengarang lagu. Iya, saya membawa sebuah keyboard untuk menemani masa
isolasi. Justru saya tidak membawa banyak pakaian. | Pemandangan Pada Suatu Senja di Masa Karantina |
Gejala
covid yang saya rasakan selain badan lemas dan hilangnya indra membau adalah
sesak nafas. Sesak nafas yang saya rasakan cukup berat karena saya tidak bisa
menahan nafas dalam waktu normal. Saya juga kesulitan untuk berbicara dalam
waktu yang lama tanpa nafas tersenggal. Yang sempat membuat saya khawatir
adalah ketika saya sering terbangun pada dini hari dan kesulitan bernafas
dengan normal. Dan ini berlangsung selama beberapa hari di awal-awal saya
isolasi. Pada minggu
kedua saya mulai merasakan kondisi badan saya sudah lebih baik. Saya bisa
melakukan jalan kaki mengitari areal parkir hotel dalam durasi yang cukup
lama. Namun demikian, saya masih belum mampu melakukan jogging. Benar-benar
payah kondisi saya saat itu. | Ikhtiar Supaya Sehat Kembali |
Agar segera
negatif, saya mengikuti semua anjuran yang saya terima, utamanaya dari para
nakes yang baik hati. Saya selalu menyempatkan berolah raga dan berjemur
setiap hari, semprot hidung minimal 3 kali sehari, berkumur-kumur seusai
makan, menggunakan masker saat di luar kamar, makan makanan bergizi serta
minum obat sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa saya juga
makan banyak sekali buah-buahan yang dikirimkan oleh sahabat-sahabat saya. | Dapat Kiriman Asupan Gizi dari Kolega |
Walaupun
semua prosedur untuk segera negatif covid telah saya lakukan, namun hasil
yang saya peroleh justru tidak sesuai dengan harapan. Sampai hari ke 25 saya
Isolasi, saya masih tetap positif. Satu hal penting yang ternyata sangat
mempengaruhi kecepatan seseorang untuk negatif covid adalah faktor mental.
Semakin bagus mental dan mindset seseorang yang terkena covid, akan semakin
cepat dan mudah dia sembuh dari covid. Saya akui bahwa saat saya didiagnosa
positif covid, pikiran saya tidak tenang, memikirkan pekerjaan, biaya
perawatan dan obat-obatan, kondisi jika ibu saya tau saya sedang isolasi, serta
stigma positif covid karena melanggar prokes pencegahan. Pikiran itu cukup
lama ada di benak saya meskipun saya sudah berusaha untuk selalu positif
thinking. Dalam masa
isolasi di hotel budget ini, saya tiga kali melakukan Swab PCR. Hasil pertama
positif dengan CT 29,15, berikutnya positif dengan CT 29,45 dan hasil test
teerakhir positif dengan CT 35,54. Karena CT di atas 35 sudah dianggap aman
dan saya tidak merasakan ada keluhan berarti sejak sepuluh hari terkahir,
saya meminta ijin untuk lanjut isolasi di luar. Pertimbangan saya karena
biaya yang dikeluarkan akan semakin besar jika saya lanjut isolasi di hotel
ini. Kedua karena hotel budget saat itu penuh dengan isolator-isolator baru
yang banyak bergejala mulai batuk, demam, pusing kepala dan badan lemah.
Selain memberikan kesempatan untuk pasien-pasien baru saya juga tidak ingin
terpapar virus baru dari varian yang berbeda. | Pengecekan Rutin |
Di bagian
awal tulisan ini saya menulis bahwa interior hotel ini tidak bisa
membangkitkan mood saya untuk menulis maupun menciptakan karya musik. Meskipun
demikian, saya masih merasa sangat beruntung bisa mendapatkan tempat isolasi
yang sangat layak dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Di hotel ini, para
isolator masih bisa melakukan olah raga di luar ruangan, berjemur, jatah
makan tiga kali sehari, memesan makanan secara online, fasilitas laundry dan
yang paling penting, pengecekan kondisi kesehatan secara rutin setiap hari. | Arena Berjemur |
Olah raga di
luar ruangan merupakan salah satu hal yang sangat saya syukuri, karena saya
tidak harus merasa terkungkung sendiri di dalam ruangan kamar tanpa interaksi
dengan isolator yang lain. Saya pun bisa nimbrung dengan isolator lain
misalnya pada jam-jam selepas olah raga atau setelah waktu maghrib. Dengan
adanya interaksi ini, sesama Isolator bisa saling support dan saling berbagi. | Batas Pasien |
Fasilitas
berikutnya adalah jatah makan 3 kali sehari. Bagi saya, menu makanan saat
isolator sudah cukup baik. Saya hampir selalu menyukai setiap menu makanan
yang dibagikan, kecuali pada saat lauk sayur pare. Kalaupun menu makanan
dianggap kurang, saya bisa memesan makanan melalui aplikasi online. | Pesanan Online dan Paket Obat |
Untuk
fasilitas laundry, manajemen hotel budget ini hanya membatasi layanan pada
hari senin, rabu dan jumat. Itupun terbatas hanya 3 potong pakaian. Meski
demikian, isolator masih bisa mencuci sendiri pakaiannya. Ada Isolator yang
beruntung karena jendela kamarnya dapat dibuka. Kamar yang dapat dibuka ini
memungkinkan untuk bisa menjemur pakaian di luar kamar, selain bisa juga
mendapatkan udara segar dari luar.
| Diantara Sekian Senja |
Fasilitas
berikutnya adalah fasilitas pengecekan kesehatan. Pengecekan ini rutin
dilakukan setiap hari kecuali hari minggu. Pada saat pengecekan kesehatan
ini, kondisi tubuh diperiksa untuk mengetahui perkembangan dan keluhan para
isolator. Beberapa kondisi yang pasti diperiksa adalah, denyut jantung, suhu
tubuh dan saturasi oksigen. Para nakes yang bertugas melakukan pemeriksaan
juga sangat informatif serta care kepada para isolator. Mereka tidak
menggunakan APD berat yang bagi sebagian pasien justru membuat mental down.
Para nakes ini juga merupakan motivator yang baik, karena selalu memberikan
semangat agar isolator bisa lekas negatif. Tak jarang mereka membesarkan hati
jika hasil test belum sesuai harapan. | Bye-Bye 701 |
Sebagai
penutup, saya hanya bisa berharap dan mendoakan agar pandemi ini segera
berakhir dan kembali ke keadaan normal seperti sebelum pandemi. Untuk itu,
tetap jaga prokes hingga pihak yang berkompeten dan berwenang mencabut
himbauan pelaksanaan prokes ini. Jikalaupun tidak bisa berkontribusi nyata
untuk membantu mencegah penyebaran, setidaknya janganlah memperparah keadaan
yang sedang susah seperti saat ini. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar