Minggu, 10 November 2024

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang menjadi saksi sejarah dari masa kolonial. Lokasi Kerkhof Peucut Aceh ini bersebelahan dengan Museum Tsunami Aceh dan tidak jauh dari pusat kota Banda Aceh. Tentunya lokasi ini sangat strategis dan mudah untuk dicapai.

Gerbang Kerkhoff Peucut Aceh

Sekali lagi saya merasa beruntung bisa mengexplore lokasi-lokasi wisata di Aceh, terutama lokasi wisata sejarah. Awalnya saya tidak mempunyai rencana untuk mengexplore lokasi ini, namun ketika saya berada di museum Tsunami dan melihat ada jajaran nisan bergaya Belanda di sisi museum, saya mencoba mencari akses yang bisa dilalui untuk menuju ke pemakaman masal ini. Dan ternyata ada akses jalan yang bisa digunakan untuk mempersingkat perjalanan dari museum ke Kerkhof ini. 

Berdekatan dengan Museum Tsunami

Di bagian depan pemakaman ini terdapat gapura bergaya arsitektur Eropa yang megah dengan dinding-dindingnya bertuliskan nama-nama orang yang dikuburkan ditempat ini. Di sisi paling kiri gapura tertulis nama-nama warga Belanda yang meninggal pada tahun 1873. Berturut-turut di sisi kanannya terdapat nama-nama dari warga Belanda yang dikuburkan di tahun-tahun berikutnya.

Yang luar biasa dari area pemakaman ini adalah begitu rapinya catatan dan nama-nama warga atau prajurit Belanda yang dikuburkan di sini. Nama-nama tersebut dituliskan berdasarkan tahun pemakamannya. Tidak hanya nama-nama khas Belanda saja yang dimakamkan di tempat ini. Saya melihat ada banyak nama-nama khas nusantara tertulis dalam prasasti di tembok gerbang pemakaman ini. Dari literature yang saya baca, nama-nama londo ireng tersebut merupakan tentara bayaran yang menjadi kaki tangan tentara kolonial dalam memerangi perlawanan rakyat Aceh. Di gerbang ini juga terdapat tahun-tahun kejadian peristiwa penting diantaranya perang-perang yang terjadi selama masa kolonial seperti Missigit Rawa, Lemboek, Longbattam hingga peristiwa Tsunami tahun 2004.

Selepas dari gerbang utama Kerkhof Peucut, saya melihat hamparan nisan berbagai ukuran dan ornament berjajar rapi. Ada nisan yang berbentuk salib sederhana, dan ada juga nisan yang berukuran besar dilengkapi dengan patung-patung malaikat kecil bersayap. Pada nisan-nisan tersebut terdapat nama-nama yang dimakamkan beserta tahun meninggalnya.

Makam J.H.R Kohler

Salah satu tokoh penting dari kolonialis Belanda yang dimakamkan di area ini adalah Generaal Majoor J.H.R Kohler. Pemimpin pasukan Belanda ini tewas ditombak oleh pejuang Aceh di dekat Masjid Raya Baiturrahman. Makam J.H.R kohler terletak di dekat gapura/gerbang dengan berbentuk tugu segi empat yang masing-masing sisinya tertulis beberapa keterangan.

Tugu di Tengah-Tengah Area Kerkhoff

Pengunjung yang mau ke sisi-sisi ujung dari area pemakaman ini dapat menyusuri area pedestrian dari paving blok yang berukuran lebar. Berdasarkan pengamatan saya ada 2 lajur besar yang bertemu ditengah-tengah area pemakaman dan beberapa lajur kecil dalam area ini. Di tengah-tengah area pemakaman atau pertemuan diantara dua lajur besar terdapat sebuah tugu yang berukuran besar dengan beberapa tulisan berbahasa Belanda yang saya tidak tahu artinya. Tugu berukuran besar tidak hanya berjumlah satu, ada lagi sebuah tugu yang ukurannya kurang lebih sama besar yang terletak di ujung lokasi pemakaman. Semakin jauh ke arah bagian belakang pemakaman, semakin rimbun pepohonan yang merindangi.

Tugu di Bagian Belakang Kerkhoff


Saat saya meng-eksplore lokasi ini, cuaca sedang panas menyengat dan kebetulan tidak ada pelindung dari cahaya matahari. Untungnya di beberapa titik terdapat pohon berukuran besar yang dapat dipakai oleh pengunjung untuk berteduh sambil menikmati semilir angin.
Kerkhoff Peucut Bagian Rindang

Di antara nisan-nisan tersebut ada hiasan taman dengan bunga-bunga yang terawat cantik. Ketika itu ada pengelola pemakaman ini yang sedang merapikan bunga-bunga. Tampaknya memang taman ini dirawat secara rutin.

Sebenarnya ada satu situs cagar budaya di dalam komplek pemakaman Kherkhof ini yang bernilai sejarah tinggi. Sayangnya waktu itu karena saya tidak mempunyai rencana dan gambaran tentang pemakaman ini, sehingga saya melewatkannya. Situs ini adalah Makam Meurah Pupok. Di situs ini dimakamkan Putera Raja bernama Meurah Pupok atau dipanggil Peutjut yang merupakan putra kesayangan Sultan Iskandar Muda. Karena puteri kesayangan ini melakukan dosa besar, sang Raja menjatuhkan hukuman sesuai syariat Islam dengan melakukan rajam dan kemudian memakamkannya di tempat ini. 

Makam Meurah Pupok (dikutip dari https://media.suara.com/)

Berkunjung ke Kerkhof Peucut merupakan salah satu wisata sejarah yang dapat memperkaya wawasan kita tentang bagaimana sebuah bangsa mempertahankan kemerdekaannya dari para kolonial yang ingin menguasainya. Selain itu, berdasarkan nama-nama yang tertera pada catatan di dinding gerbang, kita juga dapat menyaksikan bahwa ada sesama anak bangsa di Nusantara yang bergabung dengan tentara kolonial untuk menaklukan saudaranya sendiri. 

Pemakaman Belanda Terbesar di Luar Belanda

Di sisi lain, berkunjung di tempat ini juga akan memberikan kesan yang mendalam kepada kita bagaimana seorang sultan dengan tegas menghukum putera kesayangannya untuk menegakkan marwah hukum dan syariat, tidak seperti yang bisa kita saksikan pada jaman ini, dimana konstitusi dengan mudah diubah untuk kepentingan (*sebagian teks hilang)

Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh: Sensasi Vertigo di Serambi Makkah

Dalam blog Masjid Raya Baiturrahman, saya telah menuliskan bagaimana kesan dan kekaguman saya terhadap masjid yang menjadi kebanggaan warga Aceh dan Indonesia ini. Di blog kali ini, saya ingin menceritakan kesan dan pengalaman saya pada saat mengexplore Menara Masjid Raya Baiturrahman. 

Menara Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh

Di blog sebelumnya, lebih banyak dibahas tentang tentang bangunan-bangunan utama Masjid seperti kubah, tiang dan ornamen serta kaligrafi di dalam masjid. Satu bangunan lagi yang belum saya bahas lebih panjang di area Masjid Raya Baiturrahman ini adalah menaranya yang menjulang tinggi. Menara ini sangat megah dan gagah serta menjadi lansekap yang dapat dilihat dari berbagai sudut kota karena ukuran ketinggiannya.

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Menara ini terdiri dari bangunan dasar dan tiga jenjang serta satu buah kubah di bagian paling atasnya. Pada masing-masing jenjang terdapat akses ke luar yang dibatasi dengan pagar. Ornamen luar dari menara ini adalah tatanan marmer berwarna krem dengan tiang-tiang penyangga berwarna putih.

Di dalam menara ini terdapat fasilitas lift untuk akses menuju ke lantai atas. Karena fasilitas lift hanya dibuka pada pagi dan siang hari, keesokan harinya saya kembali ke masjid ini khususnya untuk dapat melihat pemandangan masjid dari atas menara. Sebagai informasi, menara masjid raya Baiturrahman dapat diakses oleh masyarakat umum atau jamaah dengan membayar biaya sebesar Rp15.000. Setelah melakukan pembayaran kita dapat menggunakan lift yang akan mengangkut kita ke lantai 7 dimana terdapat tempat khusus bagi pengunjung untuk dapat menyaksikan pemandangan luar biasa kota Banda Aceh dan sekitarnya dari ketinggian. Tempat khusus ini berupa anjungan empat sisi yang bisa diakses oleh pengunjung. Anjungan pantau ini dilengkapi dengan pagar besi dan pelindung serupa kurungan yang menjaga agar tidak ada pengunjung yang terjatuh atau menjatuhkan diri dari atas menara. Selain itu ada juga beberapa kursi yang disediakan bagi pengunjung yang ingin beristirahat sejenak di atas menara.  

Pemandangan Kota Banda Aceh dari Ketinggian 

Yang saya rasakan ketika pertama kali keluar dari lift di lantai 7 menara ini adalah hembusan angin yang sangat kuat menerpa menara ini. Saking kuatnya hembusan angin, saya seperti merasa bahwa menara ini seperti bergoyang. Parahnya lagi, saya juga merasakan vertigo saya kambuh sehingga membuat saya seperti oleng ketika melihat ke bawah. Walaupun dalam kondisi yang kurang sehat, saya memaksakan diri untuk tetap mengabadikan pemandangan masjid Raya Baiturrahman dari ketinggian. Karena dari lokasi ini lansekap masji dapat diabadikan dengan sempurna. Hampir semua sisi dapat terekspose di dalam gambar. Gedung atau bangunan ikonik di Banda Aceh juga dapat dinotice dengan mudah. Contohnya, museum Tsunami, Gedung Kodam, dan Gedung DPRK Banda Aceh. Tidak hanya itu, pemandangan alam berupa pegunungan dan hamparan laut serta sisi pantai juga dapat dilihat dari titik ini. Karena lokasi menara yang cukup tinggi. Setelah sekitar 15 menit berada di lokasi pandang menara dan merasa cukup mengambil gambar lansekap Banda Aceh dan sekitarnya saya memutuskan untuk turun kembali ke lantai dasar. Alhamdulillah walau dalam kedaan vertigo saya bisa mewujudkan keinginan saya melihat Kota Banda Aceh dari ketinggian. 
Museum Tsunami Aceh
Pemandangan Perpaduan Kota dan Pegunungan di Aceh 

Demikian blog singkat ini menuliskan tentang menara Masjid Baiturrahman. Semoga lain kali kalau ada kesempatan ke Aceh lagi, saya berkesempatan untuk dapat menyaksikan pemandangan Masjid Raya Baiturrahman dan Kota Banda Aceh dengan kondisi lebih baik. Karena jarang-jarang ada puncak menara yang dapat diakses oleh pengunjung untuk menikmati suasana kota seperti di tempat ini.

Jumat, 08 November 2024

Naik Juragan 99, Bus Dengan Pelayanan Excellent

Jika anda warga Malang atau Surabaya yang bekerja di Jakarta dan sebaliknya, setidaknya anda harus menyempatkan mencoba naik Bus Juragan 99. PO ini menawarkan pelayanan kelas atas bagi penumpangnya.  Secara tarif memang perjalanan menggunakan bus ini lebih mahal, namun itu sangat sebanding dengan pelayanan dan kenyamanan yang diberikan. Berikut adalah pengalaman saya saat menggunakan jasa bis dari PO ini yang menjadikan saya berani merekomendasikan bus ini sebagai moda transportasi dari Malang atau Surabaya menuju Jakarta dan sebaliknya.

Elegant

Saya menggunakan jasa PO ini saat pulang ke Malang pada 6 November 2022. Harga tiket saat itu adalah Rp555.000 yang saya beli menggunakan aplikasi Redbus.id. Dibandingkan dengan harga tiket bus di PO lainnya, selisih harganya lumayan banyak. Sebagai perbandingan, harga tiket PO Haryanto tidak sampai Rp400.000. Namun demikian nampaknya ada layanan lebih yang menjadikan tiket PO bus ini seringkali ludes terutama pada saat weekend atau hari libur nasional.

Perjalanan saya dimulai dari terminal bayangan Pondok Pinang di Jakarta Selatan. Saya datang lebih awal dari jadwal keberangkatan untuk menghindari keterlambatan kedatangan. Tepat pukul 7.20 WIB, bus telah datang dan stand by di terminal dan siap untuk diberangkatkan sesuai jadwal yakni pukul 7.45 WIB. Tampilan dari bus ini sangat mewah dan terlihat menonjol dibandingkan dengan bus-bus lainnya di terminal pada pagi itu. Livery perpaduan antara hitam dan merahnya sangat elegan. Terlihat bahwa pemilik PO ini tidak main-main dengan tampilan dan kesan yang ingin dibawakan.

Pukul 7.44 WIB bus diberangkatkan. Dari Terminal Pondok Pinang, hanya sedikit penumpang yang diangkut. Saya pun bisa melihat-lihat dan memfoto interior bis ini dengan leluasa. Tidak hanya tampilan luarnya yang diperhatikan, interior dan penataan di dalam bus ini juga sangat tertata apik, bersih, rapi, fungsional dan mewah. Kursi penumpang kelas Dream Class berkonfigurasi 1 1 1. Artinya ada 3 kursi dalam satu baris namun masing-masing kursi dipisahkan oleh space untuk mobilitas penumpang. 

Mewaaah

Kursi penumpang dalam bus ini berwarna coklat gelap dengan berbagai macam aksesoris tambahan yang fungsional seperti, meja makan lipat, tombol leg rest dan sandaran kursi yang serba otomatis. Canggih sekali. Di tiap-tiap kursi disediakan selimut dan bantal serta satu paket handy bag berisi berbagai macam makanan ringan, air mineral, serta satu buah head set. 

Bisa Menjadi Hiburan Sepanjang Perjalanan

Selain itu ada pula hiburan AVOD (audio video on demand) yang bisa dipakai untuk menonton video, mendengarkan music, dan bermain game. Fasilitas lain adalah dispenser dengan berbagai macam minuman sachetan siap bikin. Selain itu sebagaimana layanan wajib bagi bis layanan premium jarak jauh, dalam bis ini tersedia toilet yang terletak di dek bawah. Berikutnya, untuk penumpang yang hobi merokok, disediakan tempat khusus di deck bawah tepatnya di dekat toilet.

Pukul 07.58 perjalanan sampai di terminal Pulogebang. Di terminal ini ada banyak sekali penumpang yang naik namun masih belum semua penumpang memenuhi kursi. Setelah berhenti sekitar 5 menit, perjalanan dilanjutkan kembali untuk menuju titik pengambilan penumpang berikutnya di Kota Bekasi. Setelah mengambil penumpang di Bekasi perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalan tol Jakarta Cikampek. Sampai dengan saat ini, perjalanan terasa sangat nyaman. Dari sisi maneuver, walau jenis busnya setara double decker, saya tidak merasakan limbung saat bus melakukan akselerasi kecepatan ganti haluan mendadak. Dari sisi kenyamanan di dalam bus, walau suhu di dalam sangat dingin, penumpang sudah mendapatkan selimut yang tebal dan lebar. Selain itu, karena saya mendapatkan kursi di samping jendela, saya mendapatkan view yang leluasa untuk mendapatkan pemandangan di sepanjang perjalanan. Saya benar-benar merasa beruntung dalam perjalanan ini. 

Sajian Nikmat di Sela Perjalanan

Pukul 07.10 adalah waktunya para penumpang mendapatkan servis makan yang berlokasi di Resto Rosin Subang. Resto ini merupakan milik PO Rosalia Indah. Di resto ini penumpang bus Juragan 99 mendapatkan layanan VIP berupa tempat duduk yang eksklusif dan dengan menu yang sudah siap saji. Sebagai informasi, sebelum perjalanan di mulai, para penumpang sudah dikonfirmasi mengenai pilihan menu makanan yang dapat dipilih. Adapun menu pilihan saya pada perjalanan ini adalah nasi rawon. Pilihan saya tidak salah, rawon dari resto ini rasanya sangat nikmat dan penuh dengan isian daging. Kira-kira 45 menit durasi yang dihabiskan untuk servis makan ini sebelum perjalanan dilanjutkan kembali.

Pemandangan Mahal

Perjalanan siang hari menawarkan sajian pemandangan sepanjang jalur Tol Trans Jawa yang tidak akan bisa didapatkan pada perjalanan malam hari. Hamparan sawah menghijau dan pepohonan serta sesekali melewati kawasan perbukitan bisa kita lihat dengan leluasa. Kebetulan saat itu cuaca mendung di sepanjang durasi perjalanan bahkan sempat menerobos hujan deras sebanyak dua kali yakni di daerah sekitar Pekalongan dan Salatiga. Perjalanan menjadi terasa sangat syahdu, walau sesekali saya merasa ngeri dengan gelegar petir yang saling menyahut.

Syahdu Cenderung Serem

Dalam perjalanan ini, selain servis makan di Rosin Resto Subang, ada juga servis snack dan istirahat sejenak di Resto Duta 3 yang terletak dekat dengan exit tol Ngawi. Dalam servis ini, penumpang diberikan snack berupa lumpia dan lontong serta minuman yang bisa dipilih, baik kopi atau teh.

Setelah servis ini, perjalanan langsung menuju ke lokasi penurunan penumpang yakni terminal Purabaya di Bungurasih Sidoarjo. Di lokasi penurunan pertama ini sangat banyak penumpang yang turun. Seingat saya lebih dari separuh penumpang turun di terminal ini. Selepas terminal Purabaya, penurunan penumpang berikutnya adalah Indomart di dekat exit tol Singosari pada pukul 19.45.  Saya termasuk penumpang yang turun di lokasi pemberhentian ini.

Jika dihitung total durasi perjalanan maka perjalanan ini ditempuh selama 12 jam. Wow.. cepat sekali bukan? Dengan durasi yang lebih cepat, pastinya penumpang bisa sampai tujuan lebih cepat. Namun demikian kecepatan tinggi tersebut membuat bus yang sangat tinggi tersebut terasa sekali goyangannya ketika ada akselerasi mendadak. Selain di jalan tol dengan kondisi sepi, pada saat kondisi padat pun bus tetap dipacu kencang bahkan seringkali seset kiri. Tentunya ini cukup berisiko karena kualitas bahu jalan tidak sebaik jalur utama jalan tol. Perjalanan dalam kecepatan tinggi membuat kepala sedikit pusing dan badan saya terasa tidak nyaman saat turun kendaaraan. Overall dari pelayanan super yang diberikan oleh PO Juragan 99, hanya itulah yang menjadi catatan minus menurut saya. Untuk perjalanan selanjutnya sebaiknya kenyamanan dan keselamatan lebih diutamakan dari pada kecepatan. 

Mendadak Bandung

 

Blog kali ini merupakan catatan mendadak pelesir ke Bandung tahun 2016 lalu. Mendadak Bandung diinisiasi oleh teman yang sedang liburan dari kuliahnya di Australia. Mumpung sedang di tanah air dia mengajak temannya dan saya untuk jalan-jalan ke Bandung. Ada banyak sekali tempat wisata dan lokasi wisata kuliner yang sempat saya kunjungi saat itu. Berikut ini timeline dan rinciannya. 

Terkadang Yang Mendadak Itu Yang Seru

Kami berangkat naik travel dari Jakarta pada pukul 05.10. Dengan durasi tempuh kira-kira 2jam 20 menit kami sampai di Shutter Cipaganti. Di sini kami menunggu kedatangan mobil rental yang kami sewa selama 3 hari ke depan. Setelah mobil rental sampai, kami langsung menuju ke lokasi pertama dalam itinerary kami yakni Armour Café.

Armour Café

Kafe ini menawarkan sensasi baru dalam memanjakan pengunjungnya. Penataan kursi-kursi di antara pepohonan tinggi dan suasana sejuk serta ornament warna-warni di berbagai titik membuat kafe ini menjadi tempat yang bikin betah untuk ngobrol, ngupi-ngupi cantik atau sekedar menikmati suasana. Selain itu kafe ini sangat fotogenik. Berbagai sudutnya bisa dipakai untuk mengambil gambar-gambar yang stands out. Namun karena sudah lumayan kondang, kafe ini sangat banyak pengunjungnya dan ini membuat pencarian angle yang sempurna dalam pengambilan foto menjadi lebih susah. 

Pepohonan Berkabut di Armour Cafe

Setelah dari Armour café kami menuju ke lokasi berikutnya yakni Tebing Karaton. Perjalanan menuju Tebing Karaton cukup menantang karena jalan aksesnya relatif sempit. Selain itu banyak sekali pesepeda yang gowes dan uji ketahanan fisik membuat pengendara mobil harus lebih waspada ketika akan mendahuluinya.

Tebing Keraton

Tebing keraton menurut saya menawarkan pemandangan yang cukup seru, terutama bagi penyuka kontur pegunungan yang memadukan tebing-tebing curam pegunungan dengan rimbunnya pepohonan. Dengan lansekap seperti itu, saya dapat mengambil banyak foto dari banyak angle di lokasi wisata ini

Tebing Keraton

Akses menuju ke lokasi ini cukup mudah. pengunjung dapat berjalan kaki dari parkiran hingga ke lokasi Tebing Keraton dalam waktu relatif singkat karena jaraknya dekat dan konturnya rata. Kondisi saat itu cukup banyak pengunjung sehingga membuat agak kurang nyaman untuk berlama-lama di tempat ini. Setelah selesai berfoto-foto dan sejenak menikmati suasana, kami pun beralih menuju ke lokasi wisata berikutnya.

Setelah dari Tebing Keraton, tujuan kami berikutnya adalah Tahura Ir. Djuanda. Berdasarkan hasil eksplore kami, ada air terjun yang berlokasi jauh di dalam Tahura ini. Namanya adalah Curug Ciomas. Karena lokasinya sangat jauh dari pintu masuk Tahura, kami menyewa motor untuk menyingkat waktu. Perjalanan dengan motor menuju ke arah curug Ciomas ini sangat menantang dan berisiko karena jalanan licin dan berbatu. Jika tidak konsentrasi penuh, pengendara motor bisa saja terjatuh atau terpeleset.

Curug Ciomas

Curug yang aksesnya lumayan jauh ini menawarkan suasana yang tenang di antara pepohonan tinggi dan rindang. Suara gemericik air cukup nyaring terdengar menjadikan suasana di sekitar curug ini terasa sangat alami. Bagi penyuka fotografi ada beberapa spot yang bisa dipakai diantaranya di depan air terjun. Namun sayangnya ada pagar kotak besi yang menjadikan proses pengambilan gambar menjadi kurang leluasa. Spot kedua adalah di atas jembatan yang terletak di atas air terjun. Di area Curug Ciomas terdapat banyak warung. Pengunjung dapat menikmati sajian yang dijual sambil menikmati suasana tenang dan sejuk khas pegunungan. 

Curug Ciomas Dengan Pagar Jeruji

Dari Curug Ciomas, kami lanjut mengeksplore Taman Hutan Raya Ir. Djuanda. Dari banyak spot yang bisa dikunjungi atau dijadikan latar belakang foto, saya menyempatkan untuk eksplore museum yang ada di tengah-tengah Tahura. Ada banyak koleksi yang disimpan di antaranya hewan-hewan yang diawetkan, penghargaan/medali dari berbagai negara, infografis sejarah Tahura Ir. Djuanda, dan peninggalan-peninggalan lainnya. Menurut pandangan saya Tahura ini dan museum di dalamnya dirawat dengan baik. Semoga saja kedepannya pengelolaannya semakin baik. 

Taman Ir. Djuanda

Setelah mengeksplore Tahura, kami mencari lokasi yang pas buat menikmati malam sambil memandang kota Bandung dari ketinggian. Setelah beberapa kali melihat reviu dan jarak, akhirnya kami memutuskan untuk menuju ke The Valley. Lokasinya cukup strategis karena berada di ketinggian yang cukup untuk bisa memandang gemerlap lampu-lampu malam. Selain menawarkan view night lights, resto ini sendiri tertata rapi dengan tenda-tenda bernuansa yurop. Lampu-lampu di kafe ini temaram dan sangat cocok untuk perbincangan akrab dan mendalam. Sayangnya harga makanan di sini cukup mahal sehingga kami tidak memesan terlalu banyak makanan atau minuman. Maklum, akhir perjalanan ini masih lama. Setelah cukup puas menyaksikan pemandangan dari tempat ini, kami pun balik ke kawasan kota untuk menuju penginapan. 

The Valley

Keesokan harinya pada sekira pukul 09.00, kami berangkat menuju ke Farm House Lembang. Lokasi wisata ini menjadi salah satu yang kami tuju karena saat itu Farm House Lembang termasuk lokasi wisata paling popular.

Farm House Lembang

Farm house Lembang merupakan lokasi wisata yang menurut saya menawarkan konsep terpadu dan lengkap. Di tempat ini hampir semua aktifitas rekreasi bisa di lakukan, mulai menyusuri bangunan-bangunan unik, berfoto-foto di miniatur rumah Hobbit, menjelajahi lintasan pedestrian yang menawarkan pemandangan cantik, atau cukup duduk santai sambil menikmati suasana. Selain itu pengunjung juga dapat bercengkerama dengan hewan-hewan lucu dan jinak seperti rusa, domba atau kelinci. Bagi pengunjung yang ingin berfoto dengan nuansa eropa jaman dulu, di tempat ini juga terdapat jasa sewa pakaian khas eropa. Jika dipadukan dengan latar belakang beberapa gedung yang bernuansa klasik, hasil foto dengan menggunakan pakaian eropa tadi akan menjadi sangat menarik. 

Sejenak Menjadi Noni dan Bocil Belanda

Farm House Lembang Bandung

Padet Combo di Akhir Libur Lebaran dan Libur Sekolah

Konsep tempat wisata seperti ini tentunya sangat fresh dan bisa menarik banyak pengunjung. Selain masih baru, di tempat ini wisatawan bisa melakukan banyak sekali aktifitas termasuk di antaranya wisata kuliner. Ada banyak sekali stand yang menjual berbagai macam jajanan yang bisa dinikmati baik secara langsung atau dibungkus untuk dinikmati kemudian. Karena masih baru dan booming plus hari terakhir libur lebaran Farm House Lembang pada saat itu menjadi sangat padet, crowded, sesak, dan membuat kita kurang leluasa bermobilisasi.

Sebagai lokasi wisata terpadu, tentunya Farm house juga merupakan arena belanja yang menawarkan berbagai jenis makanan, minuman dan oleh-oleh untuk buah tangan. Bagi saya farm house Lembang identik dengan produk olahan susu. Ada banyak gerai yang menawarkan produk-produk dimaksud. Bahkan tiket masuk pengunjung sudah include penukaran gratis dengan sebotol susu dengan berbagai pilihan rasa.

Puas menjelajahi dan berfoto-foto di Farm house Lembang, kami melanjutkan explore ke lokasi wisata berikutnya yakni Floating Market. Secara jarak lokasinya tidak terlalu jauh, namun hari itu jalanan Lembang macetnya luar biasa. Jadinya kami harus bersabar di jalan sebelum sampai di lokasi wisata ini.

Floating Market

Floating market mempunyai konsep wisata yang tak kalah unik dimana sajian utamanya adalah sebuah danau yang berukuran luas. Di sebagian besar sisi danau terdapat perahu kecil yang menawarkan jajanan berbagai macam, berbagai rasa dan berbagai selera. Ada makanan seperti bakso, lumpia, sate, tahu gejrot, bajigur, es cendol, dan lain-lain. Sepertinya semua jenis makanan khas nusantara ada dijual di tempat ini. Pengunjung dapat menikmatinya sambil menikmati pemandangan danau berlatar pegunungan dan menghirup udara sejuk segar kawasan Lembang.

Sejenak Menikmati Sore di Tempat Yang Menenangkan

Selain sajian makanan dan pemandangan danau, masih ada banyak sekali spot yang bisa diexplore pengunjung. Ada persawahan mini yang menjadi miniatur persawahan di pedesaan lengkap dengan bangunan-bangunan penopangnya. Ada juga miniatur tanaman batu, dimana bebatuan berbagai macam ukuran dan jenis ditata sedemikian rupa hingga menjadi perpaduan yang apik lengkap dengan tumbuhan-tumbuhan mengelilinginya. Spot lain yang bisa diexplore adalah jembatan-jembatan cantik dan anggun yang bisa digunakan menjadi latar foto.

Masih ada lagi atraksi-atraksi sebagai berikut: naik perahu mengelilingi danau, mengendarai sepeda air, memberi makan ikan, atau sekedar menyusuri jalur pedestrian yang ditata sedemikian rupa. Dan yang tidak boleh dilupakan, sebagaimana lumrahnya tempat wisata, di Floating Market juga terdapat toko oleh-oleh berbagai jenis buah tangan baik berupa makanan maupun kerajinan tangan.

Floating Market
Kami meninggalkan Floating Market ketika waktu sudah senja. Dengan pertimbangan hari itu merupakan hari terakhir liburan lebaran 2016, kami berinisiatif mengambil jalan alternatif untuk dapat mencapai kota Bandung. Perjalanan yang awalanya untuk menghindari kemacetan pada akhirnya menjadi perjalanan yang sangat lama dan stressing karena kami dua kali tersesat dan melewati jalur Punclut yang sangat berbahaya. Dalam satu moment, mobil kami sempat berhenti di tengah tanjakan tajam karena kurangnya akselerasi pada saat mulai menanjak. Untungnya ada pertolongan dari warga sekitar sehingga kami dapat melanjutkan perjalanan menuju Bandung dengan selamat.

Sebelum sampai di penginapan, kami sempatkan untuk menikmati makan malam murah meriah di Warung Upnormal. Asik juga suasana malam hari di Warung Upnormal di Bandung. Melihat pengunjung yang mayoritas masih muda, berenergi dan bersemangat besar, serta berpenampilan segar membuat saya bersyukur bisa merasakan suasana seperti ini. Bandung memang luar biasa.

Setelah cukup beristirahat, keesokan paginya kami menuju ke Alun-Alun Bandung, tepatnya di pelataran Masjid Raya Bandung Jawa Barat. Karena kami datang pagi-pagi sekali, suasana alun-alun masih relative sepi dan tidak banyak pengunjung.

Alun-Alun Bandung dan Sekitarnya

Pelataran masjid Raya Bandung ini mungkin merupakan pelataran masjid paling popular di Indonesia. Ada karpet rumput sintetis yang sangat luas yang bisa dipakai multi fungsi, mulai menampung jamaah sholat, tempat rekreasi keluarga, atau bisa jadi tempat mencari inspirasi dalam berbagai hal. Mulai menulis puisi, mengarang lagu, atau merancang perubahan haluan negara. Hahaha. 

Masjid Raya Bandung

Selain area luas di depan masjid, ada juga tatanan bunga-bunga berwarna-warni yang diatur dengan rapi di sisi kiri dan kanan karpet sintetis. Bunga-bunga ini menambah kesan cantik dari alun-alun ini. Jika dilihat dari titik terjauh alun-alun, pemandangan Masjid Raya dengan dua menara ikoniknya, karpet luas dan taman-taman cantik di sekelilingnya menjadikan view yang ditawarkan terasa lengkap.

Monumen Asia Afrika

Nuansa Jaman Kolonial

Tidak jauh dari area Masjid Raya ada gedung-gedung bersejarah seperti Museum Konferensi Asia Afrika dan Gedung Merdeka. Dari luar, gedung-gedung ini terlihat bersih dan terawat. Dengan tambahan aksen kursi-kursi dan bola-bola beton, pengunjung seperti diajak untuk menikmati nuansa dan suasana ketika perjuangan mempertahankan kemerdekaan sedang digalakkan. Setelah puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan terakhir, yakni Lodge Maribaya.

Lodge Maribaya

Sebelum menuju ke Lodge Maribaya, kami sempatkan untuk menjemput teman kami yang asli Bandung. Mayan bisa nambah rame perjalanan kami. Jadinya kami total berempat sekarang.

Syukurlah suasana jalan lumayan lengang, tidak seperti kemarin yang padet sekali. Dengan situasi jalan yang tidak terlalu ramai, kami bisa menikmati pemandangan dan perjalanan dengan nyaman. Asyik sekali. Karena lokasinya cukup jauh kami beberapa kali harus bertanya kepada warga yang kami temui untuk memastikan bahwa kami tidak salah tujuan. Hal ini karena kami tidak yakin bahwa maps menunjukkan dan mengarahkan kami ke lokasi yang tepat, mengingat 2 malam sebelumnya kami disasarkan oleh gmaps ke sebuah gang buntu yang membuat kami harus berkendara mundur dalam jarak yang cukup jauh di larut malam.

Sampai di parkiran Lodge Maribaya, kami kembali tersenyum senang karena hanya sedikit kendaraan yang terparkir. Pastinya jumlah pengunjungnya juga sedikit. Dan benar saja, kami bisa mengeksplore tempat wisata ini dengan nyaman sekali karena memang sedikti jumlah pengunjung yang ada. 

Lodge Maribaya

Lodge Maribaya merupakan lokasi wisata yang menggabungkan lokasi camping di sisi bukit atau gunung dengan menawarkan area pandang yang luas, cuaca yang sejuk, pepohonan rimbun dan suasana yang tenang dan asri. Penataan lokasi wisata ini menurut saya sangat bagus sekali. Ada banyak sekali spot yang bisa dipakai untuk menikmati keindahan alam sambil menikmati makanan yang bisa dipesan di resto tempat wisata ini.

Bagi penyuka fotografi alias suka di foto, ada satu spot favorit yakni berfoto di sebuah pohon dengan view hamparan pepohonan menghijau di kawasan perbukitan. Untuk bisa berfoto di tempat ini pengunjung harus membayar dan mengantri karena peminatnya banyak sekali. Untungnya kami datang lebih awal sehingga antriannya masih belum panjang.

Sejenak Memacu Adrenalin

Selain spot favorit tersebut, masih banyak sekali lokasi yang bisa dipakai untuk mengabadikan keindahan Lodge Maribaya. Di antaranya jajaran pepohonan pinus dan bagian atas lodge maribaya dimana kita bisa memandang area wisata ini dengan lebih leluasa. Pengunjung juga bisa menikmati sajian kuliner di sini. Saya sempat mencoba es krimnya. Rasanya enak dan harganya masih masuk akal.

Cukup lama saya dan friends mengeksplore Lodge Maribaya. Saya benar-benar menikmati suasana sejuk dengan pemandangan indah yang tersaji di area wisata ini. Saya sampai kepikiran kapan-kapan ingin nge-camp wisata di tempat ini, karena sepertinya dijamin seru dan menyenangkan.

Dari Lodge Maribaya, kami balik lagi ke kawasan kota untuk makan siang di area Stasiun Bandung, berbelanja di Kartika Sari dan kemudian mengembalikan mobil rental kepada pemiliknya. Setelahnya kami kembali ke Jakarta dengan menumpang Kereta Api. Alhamdulillah akhirnya kami kembali ke Jakarta dengan selamat penuh suka dan cerita. 

Liburan mendadak Bandung ini sangat mengesankan sekali. Dengan perencanaan singkat dan itinerary yang fluid, kami mendapatkan banyak sekali lokasi dan pengalaman yang didapat. Tanpa satupun mall yang masuk dalam list perjalanan kami. Beginilah serunya perjalanan yang diarrange dalam waktu singkat, unsur surprisenya lumayan terasa. Mulai dari dadakan ngemotor di Tahura hingga sedikit jantungan di kawasan Punclut. Begitu serunya.. Semoga suatu saat nanti bisa napak tilas Mendadak Bandung ini.

Electrochestra Konser 3 Masa: New Experience from New Concept Concert

Menikmati konser secara live merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Apalagi kalau para penampilnya adalah musisi terkenal yang diiringi oleh dua genre musik yang lumayan jauh berseberangan, Elektronic Music dan Orchestra. Namun inilah konsep baru yang menjadi pengalaman pertama saya ketika menyaksikan pagelaran Electrochestra di Hall Basket Senayan Jakarta pada Juli 2023 lalu. 

Electrochestra Konser 3 Masa

Saya membeli tiket kelas Festival karena kelas tiket inilah yang paling murah. Secara harga, tiket konser ini sudah sangat murah kalau melihat artis-artis yang berpartisipasi. Dan itulah alasan saya membeli tiket konser ini, karena banyak sekali artis-artis yang sedang hits yang ikut memeriahkan acara.

Walaupun murah, namun ternyata konser ini bukanlah konser asal-asalan. Konser ini digarap dengan sangat baik dan serius. Tata panggung diatur dengan sangat baik sehingga baik DJ musik elektronik maupun punggawa Orchestra dapat memberikan penampilan terbaik di atas panggung.

Selain itu sound yang dihasilkan oleh tata suara di konser ini sangat nyaman di telinga. Keindahan musik orchestra dapat berpadu padan dengan cantik dengan dentuman music modern elektro.  Nice job buat Sound Engineer dan para pekerja seni yang teribat di dalamnya. 

HIVI Sebagai  Performer Pembuka

Pengisi dan pengiring utama acara ini adalah AVA Orchestra dan DJ Dipha Barus. Adapun artis-artis pengisinya di antaranya adalah Hivi yang membawakan lagu-lagu dari era 70an seperti Zamrud Kahtulistiwa dan lagu era 90an Inikah Cinta.  

Berikutnya ada David Naif. Sayangnya pada saat membawakan lagu Bujangan ada kendala teknis sehingga lagu yang sudah disiapkan tidak bisa terdeliver dengan baik. Berbeda ketika lagu Kisah Sedih di Hari Minggu, David Naif membawakannya dengan baik dengan iringan orchestra yang megah.

Performer berikutnya adalah Elfonda Mekel. Musisi ini memang benar-benar vokalis yang luar biasa. Dia membawa magis tersendiri ketika membawakan lagu Simfoni dan Panggung Sandiwara. Iring-iringan orchestra menjadikan lagu-lagu ini semakin manis dan indah untuk didengarkan. Tidak hanya tampil sendiri, Once juga berkolaborasi dengan Roy Jeconiah dalam membawakan lagu Anak Jalanan. 

Ketika Dua Rocker Berkolaborasi

Musisi berikutnya yang ikut ambil bagian adalah Fariz Rustam Munaf. Salah satu lagu yang dibawakannya adalah Sakura yang berduet dengan Eka Deli. Karena diiringi oleh gabungan musik elektro dan orchestra, sangat terasa sekali nuansa musik yang unik dan "beda". 

Fariz RM sang Maestro Kibord
Menyaksikan Uthe Dengan Konsistensi Teknik Olah Suara

Konser berlanjut dengan sederetan artis papan atas silih berganti mengisi acara. Yang berikutnya menghibur kami semua adalah Ruth Sahanaya. Salah satu lagu yang dibawakannya adalah Esok Kan Masih Ada. Iringannya adalah music elektro. Sedap sekali racikan musiknya. Tidak hanya tampil sendiri, Ruth Sahanaya sempat berduet dengan Sandhy Sondoro dalam membawakan lagu Pesta. Sandhy Sondoro pun tidak ketinggalan memberikan penampilan solo terbaiknya ketika membawakan lagu Mahadewi dari Padi. 

Headliner dari konser ini adalah Kla Project. Memang luar biasa sekali band yang satu ini. Dari sang vokal berkarisma Katon Bagaskara, Keyboardis jenius Adi Adrian dan gitaris dengan sayatan melodis Lilo, ditambah dengan iringan bergantian orchestra dan music elektro, membuat penghujung dari konser ini begitu memorable. Ketika membawakan lagu Terpurukku di Sini, kolaborasi Kla Project dengan Ava Orchestra terasa magis sekali. Indah untuk didengarkan. Luar biasa sekali racikan composernya. Sayangnya ketika lagu Yogyakarta dibawakan dengan iringan music up beat elektro, nuansa magisnya seperti hilang. Lagu ini menjadi sesuatu yang berbeda dengan aslinya dan seperti tanpa punya nyawa.

Another Maestro in The Night

Hanya di momen itu saya merasa ada yang kurang dari konser ini, adapun selebihnya luar biasa, apalagi karena harga tiketnya yang murah. Meski harga tiketnya murah namun animo penikmat music nampaknya tidak terlalu besar. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kursi dan space kosong pada masing-masing kelas penonton. Sayang sekali. Mungkin promosinya yang kurang efektif atau karena waktu konsernya bersamaan dengan konser-konser lain di sekitarnya. Padahal di jajaran VIP penonton terlihat diisi oleh beberapa Menteri diantaranya Erick Thohir, Budi Karya Sumadi, Azwar Anas, dan politisi kondang Adian Napitupulu. Bahkan menteri-menteri tersebut sempat naik ke atas panggung untuk memberikan sedikit sambutan. 

Konser yang menawarkan hal baru seperti ini sangatlah menarik untuk disaksikan. Dalam beberapa sisi mungkin ada perpaduan yang kurang smooth. Namun selama hentakan dan iramanya bisa membuat tubuh bergoyang, serta membawa memori ke masa kejayaan musik Indonesia, konser seperti ini perlu diapresiasi.

Senin, 04 November 2024

Ranu Pane dan Ranu Regulo: Memori Touring di Jalanan Berkabut

Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan sekitarnya mempunyai banyak sekali lokasi wisata yang bisa dikunjungi. Salah duanya adalah Ranu Pane dan Ranu Regulo. Blog kali ini adalah pengalaman saya mengunjungi tempat tersebut beserta sedikit cerita saat menjangkau dan meninggalkan lokasi tersebut.

@Ampitheater Ranupane

Perjalanan ini saya lakukan pada tanggal 5 Januari 2023 dan dimulai pada pukul 08.25 dari rumah saya di Turen. Dalam perjalanan ini saya ditemani oleh teman saya di desa, Dani namanya. Namun tidak sejak awal perjalanan dia menemani saya, karena kami ketemu di salah satu Indomaret di daerah Poncokusumo.

Ini adalah pertama kalinya saya naik motor ke kawasan Bromo Tengger Semeru. Saya berekspektasi untuk dapat menikmati perjalanan dan menyaksikan pemandangan di sepanjang jalan dengan nyaman. Namun tidak semua ekspektasi saya dapat terwujud di antaranya karena hal-hal sebagai berikut:

Pertama adalah jalan yang berkelok-kelok tajam serta kontur naik turun serta kanan kiri jurang khas kawasan pegunungan. Kondisi jalan seperti ini membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi karena apabila pengendara tidak waspada bisa fatal akibatnya. Dengan kondisi tersebut, dalam perjalanan ini saya harus sepenuhnya konsentrasi agar tidak sampai terjadi kecelakaan. Seharusnya untuk perjalanan seperti ini, kecepatan kendaraan tidak boleh melebihi batas, namun demikian rekan saya memacu kendaraannya dengan kencang bahkan setelah beberapa kali saya mengingatkannya untuk melambatkan laju motornya. 

Budal Moleh Slamet

Kondisi berikutnya adalah banyaknya bekas longsor atau lumpur yang masih menyisakan bekasnya di jalan raya. Material sisa longsor ini tentu saja berbahaya karena membuat licin dan bisa membuat celaka pengendara yang tidak waspada. Banyaknya titik lumpur di jalan ini salah satunya karena banyaknya pepohonan yang ditebang untuk keperluan pertanian dan perkebunan. Dengan berkurangnya pepohonan, maka berkurang pula halangan alami untuk dapat menahan air hujan dan imbasnya air hujan dan lumpurnya mengalir bebas ke jalan.

Dua hal tersebut membuat saya tidak bisa sepenuhnya menikmati pemandangan hamparan pemandangan menghijau dan kontur pegunungan yang luar biasa indahnya. Saya harus lebih mengutamakan keselamatan sambil sesekali menikmati keindahan di sepanjang perjalanan. 

Alih Fungsi Lahan Dari Hutan Menjadi Lahan Pertanian

Titik pertama pemberhentian perjalanan kami adalah view Ngadas. Di tempat ini terdapat lokasi seperti patung jari dengan latar belakang kawasan perbukitan dengan udara yang cukup dingin dan menyegarkan. Saya agak kurang excited dengan lokasi ini karena sebagian besar kawasan perbukitan di tempat ini sudah menjadi lahan pertanian.

Kami hanya singgah singkat di tempat ini untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke titik kedua yakni View Njemplang. Di lokasi ini pengunjung bisa menyaksikan pemandangan lembah teletubbies yang diapit tebing dan kaki gunung. View Njemplang merupakan salah satu titik yang popular di Kawasan BTS. Saat itu kami kurang beruntung karena cuaca tiba-tiba berubah drastis. Dalam waktu singkat lembah teletubbies yang awalnya masih bisa dilihat jelas, tiba-tiba tertutup kabut tebal dan menghalangi pemandangan kami. 

Njemplang View Sebelum Kabut Merangsek
Dari Njemplang, kami menuju ke lokasi tujuan utama kami, yakni Ranupane dengan durasi waktu tempuh kira-30 menit dari Njemplang. Desa Ranupane merupakan sebuah desa yang masuk dalam kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Walaupun terletak jauh di kawasan pegunungan di desa ini sudah tersedia fasilitas dasar seperti sekolah, rumah ibadah, dan homestay. Di Ranupane, kami menitipkan kendaraan di rumah teman Dani untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Ranupane dengan berjalan kaki. 

Danau Ranupane bagi saya mengingatkan pemandangan selayaknya danau-danau di Swiss atau Austria. Danaunya tenang dan bersih dengan view pegunungan dan hamparan pepohonan walaupun di sebagian lain pepohonan tersebut telah menjadi kawasan pertanian. 

Swiss van Semeru

Swiss van Semeru

Swiss van Semeru

Di salah satu sudut danau ini terdapat sebuah amphiteather. Lokasinya sangat strategis untuk penyelenggaraan acara kebudayaan maupun acara semacam festival musik. Hal ini karena latar belakang dari amphiteather ini adalah danau yang luas dan pigura alam yang melengkapinya.

Setelah beberapa saat mengabadikan pemandangan dari ampi teather, saatnya kini menuju ke danau kedua di area ini. Ada jalan paving yang tertata rapi untuk ke lokasi ini. Di sepanjang jalan kita bisa menyaksikan keindahan alam luar biasa dalam suasana syahdu. Perpaduan antara danau, pegunungan, pepohonan dan jalan setapak merupakan kombinasi istimewa dari Danau Ranu Pane. Yang tidak bisa digambarkan di dalam blog ini adalah betapa cuaca sejuk dan angin semilir serta formasi awan tebal di tempat ini menyeruakkan sensasi menenangkan. 

Menuju Ranu Regulo

Danau kedua yang saya tuju adalah Ranu Regulo. Waktu tempuhnya kira-kira 5 menit dengan berjalan kaki dari ujung Ranu Pane.Setelah sebelumnya kagum dengan pemandangan Ranu Pane, kini saya lebih kagum lagi dengan pemandangan di area ini. Walaupun secara ukuran lebih lecil, namun Ranu Regulo memberikan suasana yang lebih menenangkan dan menenteramkan. Hal ini karena kontur perbukitan yang mengelilinginya masih terjaga kelestariannya. 

Menenangkan

Di kawasan Ranu Regulo telah tersedia toilet, beberapa gazebo, taman-taman kecil, dan area yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Saya melihat bahwa area ini memang diperuntukkan bagi pecinta alam yang ingin lebih lama menikmati pemandangan dan suasananya. Selain itu, area ini juga cocok bagi pecinta fotografi karena ada beberapa spot yang bisa dieksplore dan diabadikan dalam gambar kamera. Salah satu spot yang kudu dimanfaatkan di lokasi ini adalah dermaga tanpa kapal atau jembatan putus. Di spot ini pengunjung bisa mengabadikan moment dengan latar belakang danau dan kawasan pegunungan. Jika cuaca dan waktunya tepat, gambar/foto yang diabadikan pastinya sangat memukau. Sayangnya siang itu cuaca mendung dengan tanda-tanda hujan akan turun. Sehingga gambar yang saya dapat kurang dapat momen yang sesuai harapan. 

Ranu Regulo

Ranu Regulo
Ranu Regulo

Sekembali dari Ranu Regulo, baiknya mencoba mencicipi jajanan di sekitaran Ranu Pane. Rasanya tidak mengeceawakan dan yang peling penting, harganya murah. Ada beberapa menu yang bisa dicoba, salah satunya adalah bakso dan gorengan. Menikmati bakso hangat dan gorengan dalam cuaca sejuk cenderung dingin adalah suatu kenikmatan. Apalagi ditambah dengan obrolan bersama para warga local. Suasananya gayeng penuh keakraban.

Selepas menikmati bakso, kini saatnya kembali melewati jalanan berkelok dan curam untuk kembali pulang ke rumah. Berbeda dengan perjalanan berangkat yang masih dalam kondisi terang, pada saat pulang ini kondisi perjalanan sangat berbahaya. Angin bertiup kencang, hujan sesekali turun dan yang paling berbahaya adalah kabut tebal yang membatasi jarak pandang.

Kami sempat berhenti sejenak di Njemplang untuk menyaksikan bahwa panorama lembah bukit teletubbies sama sekali tidak bisa disaksikan, tertutup oleh kabut yang sangat tebal. Bagi saya suasana seperti ini lumayan membuat ngeri jika dipaksakan untuk melanjutkan perjalanan. Namun karena Dani meyakinkan untuk tetap melaju, sayapun memberanikan diri untuk tetap memacu motor. Mengendarai motor dalam keadaan seperti ini memunculkan sensasi yang membuat saya bergidik, karena jarang sekali saya menemui kondisi seperti ini, kondisi dimana terjadi perpaduan antara cuaca dingin, hujan, kabut tebal, kontur jalan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, serta pemandangan yang tertutup kabut.

Mengendarai motor dalam kondisi seperti itu tentunya harus ekstra hati-hati. Beberapa kali saya harus menekan tuas rem dalam-dalam dan durasi lama untuk mengendalikan laju motor saat menuruni jalan yang curam dengan tikungan tajam diujungnya. Saya juga harus memperhitungkan maneuver saya dalam melahap tikungan terutama di titik blidspot agar tidak terlalu melebar dan melewati batas marka yang tentunya berisiko tinggi untuk bertabrakan dengan kendaraan dari arah berlawanan atau bahkan masuk jurang.

Healing Sambil Memacu Adrenalin

Syukurlah pada saat mencapai daerah Gubuk Klakah, cuaca sudah normal kembali dan saya bisa memacu kendaraan dengan kencang. Hamdan liLlah karena saya bisa sampai di rumah dalam keadaan selamat setelah menempuh perjalanan yang cukup memorable.


Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...