Jumat, 08 November 2024

Mendadak Bandung

 

Blog kali ini merupakan catatan mendadak pelesir ke Bandung tahun 2016 lalu. Mendadak Bandung diinisiasi oleh teman yang sedang liburan dari kuliahnya di Australia. Mumpung sedang di tanah air dia mengajak temannya dan saya untuk jalan-jalan ke Bandung. Ada banyak sekali tempat wisata dan lokasi wisata kuliner yang sempat saya kunjungi saat itu. Berikut ini timeline dan rinciannya. 

Terkadang Yang Mendadak Itu Yang Seru

Kami berangkat naik travel dari Jakarta pada pukul 05.10. Dengan durasi tempuh kira-kira 2jam 20 menit kami sampai di Shutter Cipaganti. Di sini kami menunggu kedatangan mobil rental yang kami sewa selama 3 hari ke depan. Setelah mobil rental sampai, kami langsung menuju ke lokasi pertama dalam itinerary kami yakni Armour Café.

Armour Café

Kafe ini menawarkan sensasi baru dalam memanjakan pengunjungnya. Penataan kursi-kursi di antara pepohonan tinggi dan suasana sejuk serta ornament warna-warni di berbagai titik membuat kafe ini menjadi tempat yang bikin betah untuk ngobrol, ngupi-ngupi cantik atau sekedar menikmati suasana. Selain itu kafe ini sangat fotogenik. Berbagai sudutnya bisa dipakai untuk mengambil gambar-gambar yang stands out. Namun karena sudah lumayan kondang, kafe ini sangat banyak pengunjungnya dan ini membuat pencarian angle yang sempurna dalam pengambilan foto menjadi lebih susah. 

Pepohonan Berkabut di Armour Cafe

Setelah dari Armour café kami menuju ke lokasi berikutnya yakni Tebing Karaton. Perjalanan menuju Tebing Karaton cukup menantang karena jalan aksesnya relatif sempit. Selain itu banyak sekali pesepeda yang gowes dan uji ketahanan fisik membuat pengendara mobil harus lebih waspada ketika akan mendahuluinya.

Tebing Keraton

Tebing keraton menurut saya menawarkan pemandangan yang cukup seru, terutama bagi penyuka kontur pegunungan yang memadukan tebing-tebing curam pegunungan dengan rimbunnya pepohonan. Dengan lansekap seperti itu, saya dapat mengambil banyak foto dari banyak angle di lokasi wisata ini

Tebing Keraton

Akses menuju ke lokasi ini cukup mudah. pengunjung dapat berjalan kaki dari parkiran hingga ke lokasi Tebing Keraton dalam waktu relatif singkat karena jaraknya dekat dan konturnya rata. Kondisi saat itu cukup banyak pengunjung sehingga membuat agak kurang nyaman untuk berlama-lama di tempat ini. Setelah selesai berfoto-foto dan sejenak menikmati suasana, kami pun beralih menuju ke lokasi wisata berikutnya.

Setelah dari Tebing Keraton, tujuan kami berikutnya adalah Tahura Ir. Djuanda. Berdasarkan hasil eksplore kami, ada air terjun yang berlokasi jauh di dalam Tahura ini. Namanya adalah Curug Ciomas. Karena lokasinya sangat jauh dari pintu masuk Tahura, kami menyewa motor untuk menyingkat waktu. Perjalanan dengan motor menuju ke arah curug Ciomas ini sangat menantang dan berisiko karena jalanan licin dan berbatu. Jika tidak konsentrasi penuh, pengendara motor bisa saja terjatuh atau terpeleset.

Curug Ciomas

Curug yang aksesnya lumayan jauh ini menawarkan suasana yang tenang di antara pepohonan tinggi dan rindang. Suara gemericik air cukup nyaring terdengar menjadikan suasana di sekitar curug ini terasa sangat alami. Bagi penyuka fotografi ada beberapa spot yang bisa dipakai diantaranya di depan air terjun. Namun sayangnya ada pagar kotak besi yang menjadikan proses pengambilan gambar menjadi kurang leluasa. Spot kedua adalah di atas jembatan yang terletak di atas air terjun. Di area Curug Ciomas terdapat banyak warung. Pengunjung dapat menikmati sajian yang dijual sambil menikmati suasana tenang dan sejuk khas pegunungan. 

Curug Ciomas Dengan Pagar Jeruji

Dari Curug Ciomas, kami lanjut mengeksplore Taman Hutan Raya Ir. Djuanda. Dari banyak spot yang bisa dikunjungi atau dijadikan latar belakang foto, saya menyempatkan untuk eksplore museum yang ada di tengah-tengah Tahura. Ada banyak koleksi yang disimpan di antaranya hewan-hewan yang diawetkan, penghargaan/medali dari berbagai negara, infografis sejarah Tahura Ir. Djuanda, dan peninggalan-peninggalan lainnya. Menurut pandangan saya Tahura ini dan museum di dalamnya dirawat dengan baik. Semoga saja kedepannya pengelolaannya semakin baik. 

Taman Ir. Djuanda

Setelah mengeksplore Tahura, kami mencari lokasi yang pas buat menikmati malam sambil memandang kota Bandung dari ketinggian. Setelah beberapa kali melihat reviu dan jarak, akhirnya kami memutuskan untuk menuju ke The Valley. Lokasinya cukup strategis karena berada di ketinggian yang cukup untuk bisa memandang gemerlap lampu-lampu malam. Selain menawarkan view night lights, resto ini sendiri tertata rapi dengan tenda-tenda bernuansa yurop. Lampu-lampu di kafe ini temaram dan sangat cocok untuk perbincangan akrab dan mendalam. Sayangnya harga makanan di sini cukup mahal sehingga kami tidak memesan terlalu banyak makanan atau minuman. Maklum, akhir perjalanan ini masih lama. Setelah cukup puas menyaksikan pemandangan dari tempat ini, kami pun balik ke kawasan kota untuk menuju penginapan. 

The Valley

Keesokan harinya pada sekira pukul 09.00, kami berangkat menuju ke Farm House Lembang. Lokasi wisata ini menjadi salah satu yang kami tuju karena saat itu Farm House Lembang termasuk lokasi wisata paling popular.

Farm House Lembang

Farm house Lembang merupakan lokasi wisata yang menurut saya menawarkan konsep terpadu dan lengkap. Di tempat ini hampir semua aktifitas rekreasi bisa di lakukan, mulai menyusuri bangunan-bangunan unik, berfoto-foto di miniatur rumah Hobbit, menjelajahi lintasan pedestrian yang menawarkan pemandangan cantik, atau cukup duduk santai sambil menikmati suasana. Selain itu pengunjung juga dapat bercengkerama dengan hewan-hewan lucu dan jinak seperti rusa, domba atau kelinci. Bagi pengunjung yang ingin berfoto dengan nuansa eropa jaman dulu, di tempat ini juga terdapat jasa sewa pakaian khas eropa. Jika dipadukan dengan latar belakang beberapa gedung yang bernuansa klasik, hasil foto dengan menggunakan pakaian eropa tadi akan menjadi sangat menarik. 

Sejenak Menjadi Noni dan Bocil Belanda

Farm House Lembang Bandung

Padet Combo di Akhir Libur Lebaran dan Libur Sekolah

Konsep tempat wisata seperti ini tentunya sangat fresh dan bisa menarik banyak pengunjung. Selain masih baru, di tempat ini wisatawan bisa melakukan banyak sekali aktifitas termasuk di antaranya wisata kuliner. Ada banyak sekali stand yang menjual berbagai macam jajanan yang bisa dinikmati baik secara langsung atau dibungkus untuk dinikmati kemudian. Karena masih baru dan booming plus hari terakhir libur lebaran Farm House Lembang pada saat itu menjadi sangat padet, crowded, sesak, dan membuat kita kurang leluasa bermobilisasi.

Sebagai lokasi wisata terpadu, tentunya Farm house juga merupakan arena belanja yang menawarkan berbagai jenis makanan, minuman dan oleh-oleh untuk buah tangan. Bagi saya farm house Lembang identik dengan produk olahan susu. Ada banyak gerai yang menawarkan produk-produk dimaksud. Bahkan tiket masuk pengunjung sudah include penukaran gratis dengan sebotol susu dengan berbagai pilihan rasa.

Puas menjelajahi dan berfoto-foto di Farm house Lembang, kami melanjutkan explore ke lokasi wisata berikutnya yakni Floating Market. Secara jarak lokasinya tidak terlalu jauh, namun hari itu jalanan Lembang macetnya luar biasa. Jadinya kami harus bersabar di jalan sebelum sampai di lokasi wisata ini.

Floating Market

Floating market mempunyai konsep wisata yang tak kalah unik dimana sajian utamanya adalah sebuah danau yang berukuran luas. Di sebagian besar sisi danau terdapat perahu kecil yang menawarkan jajanan berbagai macam, berbagai rasa dan berbagai selera. Ada makanan seperti bakso, lumpia, sate, tahu gejrot, bajigur, es cendol, dan lain-lain. Sepertinya semua jenis makanan khas nusantara ada dijual di tempat ini. Pengunjung dapat menikmatinya sambil menikmati pemandangan danau berlatar pegunungan dan menghirup udara sejuk segar kawasan Lembang.

Sejenak Menikmati Sore di Tempat Yang Menenangkan

Selain sajian makanan dan pemandangan danau, masih ada banyak sekali spot yang bisa diexplore pengunjung. Ada persawahan mini yang menjadi miniatur persawahan di pedesaan lengkap dengan bangunan-bangunan penopangnya. Ada juga miniatur tanaman batu, dimana bebatuan berbagai macam ukuran dan jenis ditata sedemikian rupa hingga menjadi perpaduan yang apik lengkap dengan tumbuhan-tumbuhan mengelilinginya. Spot lain yang bisa diexplore adalah jembatan-jembatan cantik dan anggun yang bisa digunakan menjadi latar foto.

Masih ada lagi atraksi-atraksi sebagai berikut: naik perahu mengelilingi danau, mengendarai sepeda air, memberi makan ikan, atau sekedar menyusuri jalur pedestrian yang ditata sedemikian rupa. Dan yang tidak boleh dilupakan, sebagaimana lumrahnya tempat wisata, di Floating Market juga terdapat toko oleh-oleh berbagai jenis buah tangan baik berupa makanan maupun kerajinan tangan.

Floating Market
Kami meninggalkan Floating Market ketika waktu sudah senja. Dengan pertimbangan hari itu merupakan hari terakhir liburan lebaran 2016, kami berinisiatif mengambil jalan alternatif untuk dapat mencapai kota Bandung. Perjalanan yang awalanya untuk menghindari kemacetan pada akhirnya menjadi perjalanan yang sangat lama dan stressing karena kami dua kali tersesat dan melewati jalur Punclut yang sangat berbahaya. Dalam satu moment, mobil kami sempat berhenti di tengah tanjakan tajam karena kurangnya akselerasi pada saat mulai menanjak. Untungnya ada pertolongan dari warga sekitar sehingga kami dapat melanjutkan perjalanan menuju Bandung dengan selamat.

Sebelum sampai di penginapan, kami sempatkan untuk menikmati makan malam murah meriah di Warung Upnormal. Asik juga suasana malam hari di Warung Upnormal di Bandung. Melihat pengunjung yang mayoritas masih muda, berenergi dan bersemangat besar, serta berpenampilan segar membuat saya bersyukur bisa merasakan suasana seperti ini. Bandung memang luar biasa.

Setelah cukup beristirahat, keesokan paginya kami menuju ke Alun-Alun Bandung, tepatnya di pelataran Masjid Raya Bandung Jawa Barat. Karena kami datang pagi-pagi sekali, suasana alun-alun masih relative sepi dan tidak banyak pengunjung.

Alun-Alun Bandung dan Sekitarnya

Pelataran masjid Raya Bandung ini mungkin merupakan pelataran masjid paling popular di Indonesia. Ada karpet rumput sintetis yang sangat luas yang bisa dipakai multi fungsi, mulai menampung jamaah sholat, tempat rekreasi keluarga, atau bisa jadi tempat mencari inspirasi dalam berbagai hal. Mulai menulis puisi, mengarang lagu, atau merancang perubahan haluan negara. Hahaha. 

Masjid Raya Bandung

Selain area luas di depan masjid, ada juga tatanan bunga-bunga berwarna-warni yang diatur dengan rapi di sisi kiri dan kanan karpet sintetis. Bunga-bunga ini menambah kesan cantik dari alun-alun ini. Jika dilihat dari titik terjauh alun-alun, pemandangan Masjid Raya dengan dua menara ikoniknya, karpet luas dan taman-taman cantik di sekelilingnya menjadikan view yang ditawarkan terasa lengkap.

Monumen Asia Afrika

Nuansa Jaman Kolonial

Tidak jauh dari area Masjid Raya ada gedung-gedung bersejarah seperti Museum Konferensi Asia Afrika dan Gedung Merdeka. Dari luar, gedung-gedung ini terlihat bersih dan terawat. Dengan tambahan aksen kursi-kursi dan bola-bola beton, pengunjung seperti diajak untuk menikmati nuansa dan suasana ketika perjuangan mempertahankan kemerdekaan sedang digalakkan. Setelah puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan terakhir, yakni Lodge Maribaya.

Lodge Maribaya

Sebelum menuju ke Lodge Maribaya, kami sempatkan untuk menjemput teman kami yang asli Bandung. Mayan bisa nambah rame perjalanan kami. Jadinya kami total berempat sekarang.

Syukurlah suasana jalan lumayan lengang, tidak seperti kemarin yang padet sekali. Dengan situasi jalan yang tidak terlalu ramai, kami bisa menikmati pemandangan dan perjalanan dengan nyaman. Asyik sekali. Karena lokasinya cukup jauh kami beberapa kali harus bertanya kepada warga yang kami temui untuk memastikan bahwa kami tidak salah tujuan. Hal ini karena kami tidak yakin bahwa maps menunjukkan dan mengarahkan kami ke lokasi yang tepat, mengingat 2 malam sebelumnya kami disasarkan oleh gmaps ke sebuah gang buntu yang membuat kami harus berkendara mundur dalam jarak yang cukup jauh di larut malam.

Sampai di parkiran Lodge Maribaya, kami kembali tersenyum senang karena hanya sedikit kendaraan yang terparkir. Pastinya jumlah pengunjungnya juga sedikit. Dan benar saja, kami bisa mengeksplore tempat wisata ini dengan nyaman sekali karena memang sedikti jumlah pengunjung yang ada. 

Lodge Maribaya

Lodge Maribaya merupakan lokasi wisata yang menggabungkan lokasi camping di sisi bukit atau gunung dengan menawarkan area pandang yang luas, cuaca yang sejuk, pepohonan rimbun dan suasana yang tenang dan asri. Penataan lokasi wisata ini menurut saya sangat bagus sekali. Ada banyak sekali spot yang bisa dipakai untuk menikmati keindahan alam sambil menikmati makanan yang bisa dipesan di resto tempat wisata ini.

Bagi penyuka fotografi alias suka di foto, ada satu spot favorit yakni berfoto di sebuah pohon dengan view hamparan pepohonan menghijau di kawasan perbukitan. Untuk bisa berfoto di tempat ini pengunjung harus membayar dan mengantri karena peminatnya banyak sekali. Untungnya kami datang lebih awal sehingga antriannya masih belum panjang.

Sejenak Memacu Adrenalin

Selain spot favorit tersebut, masih banyak sekali lokasi yang bisa dipakai untuk mengabadikan keindahan Lodge Maribaya. Di antaranya jajaran pepohonan pinus dan bagian atas lodge maribaya dimana kita bisa memandang area wisata ini dengan lebih leluasa. Pengunjung juga bisa menikmati sajian kuliner di sini. Saya sempat mencoba es krimnya. Rasanya enak dan harganya masih masuk akal.

Cukup lama saya dan friends mengeksplore Lodge Maribaya. Saya benar-benar menikmati suasana sejuk dengan pemandangan indah yang tersaji di area wisata ini. Saya sampai kepikiran kapan-kapan ingin nge-camp wisata di tempat ini, karena sepertinya dijamin seru dan menyenangkan.

Dari Lodge Maribaya, kami balik lagi ke kawasan kota untuk makan siang di area Stasiun Bandung, berbelanja di Kartika Sari dan kemudian mengembalikan mobil rental kepada pemiliknya. Setelahnya kami kembali ke Jakarta dengan menumpang Kereta Api. Alhamdulillah akhirnya kami kembali ke Jakarta dengan selamat penuh suka dan cerita. 

Liburan mendadak Bandung ini sangat mengesankan sekali. Dengan perencanaan singkat dan itinerary yang fluid, kami mendapatkan banyak sekali lokasi dan pengalaman yang didapat. Tanpa satupun mall yang masuk dalam list perjalanan kami. Beginilah serunya perjalanan yang diarrange dalam waktu singkat, unsur surprisenya lumayan terasa. Mulai dari dadakan ngemotor di Tahura hingga sedikit jantungan di kawasan Punclut. Begitu serunya.. Semoga suatu saat nanti bisa napak tilas Mendadak Bandung ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...