Senin, 04 November 2024

Ranu Pane dan Ranu Regulo: Memori Touring di Jalanan Berkabut

Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan sekitarnya mempunyai banyak sekali lokasi wisata yang bisa dikunjungi. Salah duanya adalah Ranu Pane dan Ranu Regulo. Blog kali ini adalah pengalaman saya mengunjungi tempat tersebut beserta sedikit cerita saat menjangkau dan meninggalkan lokasi tersebut.

@Ampitheater Ranupane

Perjalanan ini saya lakukan pada tanggal 5 Januari 2023 dan dimulai pada pukul 08.25 dari rumah saya di Turen. Dalam perjalanan ini saya ditemani oleh teman saya di desa, Dani namanya. Namun tidak sejak awal perjalanan dia menemani saya, karena kami ketemu di salah satu Indomaret di daerah Poncokusumo.

Ini adalah pertama kalinya saya naik motor ke kawasan Bromo Tengger Semeru. Saya berekspektasi untuk dapat menikmati perjalanan dan menyaksikan pemandangan di sepanjang jalan dengan nyaman. Namun tidak semua ekspektasi saya dapat terwujud di antaranya karena hal-hal sebagai berikut:

Pertama adalah jalan yang berkelok-kelok tajam serta kontur naik turun serta kanan kiri jurang khas kawasan pegunungan. Kondisi jalan seperti ini membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi karena apabila pengendara tidak waspada bisa fatal akibatnya. Dengan kondisi tersebut, dalam perjalanan ini saya harus sepenuhnya konsentrasi agar tidak sampai terjadi kecelakaan. Seharusnya untuk perjalanan seperti ini, kecepatan kendaraan tidak boleh melebihi batas, namun demikian rekan saya memacu kendaraannya dengan kencang bahkan setelah beberapa kali saya mengingatkannya untuk melambatkan laju motornya. 

Budal Moleh Slamet

Kondisi berikutnya adalah banyaknya bekas longsor atau lumpur yang masih menyisakan bekasnya di jalan raya. Material sisa longsor ini tentu saja berbahaya karena membuat licin dan bisa membuat celaka pengendara yang tidak waspada. Banyaknya titik lumpur di jalan ini salah satunya karena banyaknya pepohonan yang ditebang untuk keperluan pertanian dan perkebunan. Dengan berkurangnya pepohonan, maka berkurang pula halangan alami untuk dapat menahan air hujan dan imbasnya air hujan dan lumpurnya mengalir bebas ke jalan.

Dua hal tersebut membuat saya tidak bisa sepenuhnya menikmati pemandangan hamparan pemandangan menghijau dan kontur pegunungan yang luar biasa indahnya. Saya harus lebih mengutamakan keselamatan sambil sesekali menikmati keindahan di sepanjang perjalanan. 

Alih Fungsi Lahan Dari Hutan Menjadi Lahan Pertanian

Titik pertama pemberhentian perjalanan kami adalah view Ngadas. Di tempat ini terdapat lokasi seperti patung jari dengan latar belakang kawasan perbukitan dengan udara yang cukup dingin dan menyegarkan. Saya agak kurang excited dengan lokasi ini karena sebagian besar kawasan perbukitan di tempat ini sudah menjadi lahan pertanian.

Kami hanya singgah singkat di tempat ini untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke titik kedua yakni View Njemplang. Di lokasi ini pengunjung bisa menyaksikan pemandangan lembah teletubbies yang diapit tebing dan kaki gunung. View Njemplang merupakan salah satu titik yang popular di Kawasan BTS. Saat itu kami kurang beruntung karena cuaca tiba-tiba berubah drastis. Dalam waktu singkat lembah teletubbies yang awalnya masih bisa dilihat jelas, tiba-tiba tertutup kabut tebal dan menghalangi pemandangan kami. 

Njemplang View Sebelum Kabut Merangsek
Dari Njemplang, kami menuju ke lokasi tujuan utama kami, yakni Ranupane dengan durasi waktu tempuh kira-30 menit dari Njemplang. Desa Ranupane merupakan sebuah desa yang masuk dalam kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Walaupun terletak jauh di kawasan pegunungan di desa ini sudah tersedia fasilitas dasar seperti sekolah, rumah ibadah, dan homestay. Di Ranupane, kami menitipkan kendaraan di rumah teman Dani untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Ranupane dengan berjalan kaki. 

Danau Ranupane bagi saya mengingatkan pemandangan selayaknya danau-danau di Swiss atau Austria. Danaunya tenang dan bersih dengan view pegunungan dan hamparan pepohonan walaupun di sebagian lain pepohonan tersebut telah menjadi kawasan pertanian. 

Swiss van Semeru

Swiss van Semeru

Swiss van Semeru

Di salah satu sudut danau ini terdapat sebuah amphiteather. Lokasinya sangat strategis untuk penyelenggaraan acara kebudayaan maupun acara semacam festival musik. Hal ini karena latar belakang dari amphiteather ini adalah danau yang luas dan pigura alam yang melengkapinya.

Setelah beberapa saat mengabadikan pemandangan dari ampi teather, saatnya kini menuju ke danau kedua di area ini. Ada jalan paving yang tertata rapi untuk ke lokasi ini. Di sepanjang jalan kita bisa menyaksikan keindahan alam luar biasa dalam suasana syahdu. Perpaduan antara danau, pegunungan, pepohonan dan jalan setapak merupakan kombinasi istimewa dari Danau Ranu Pane. Yang tidak bisa digambarkan di dalam blog ini adalah betapa cuaca sejuk dan angin semilir serta formasi awan tebal di tempat ini menyeruakkan sensasi menenangkan. 

Menuju Ranu Regulo

Danau kedua yang saya tuju adalah Ranu Regulo. Waktu tempuhnya kira-kira 5 menit dengan berjalan kaki dari ujung Ranu Pane.Setelah sebelumnya kagum dengan pemandangan Ranu Pane, kini saya lebih kagum lagi dengan pemandangan di area ini. Walaupun secara ukuran lebih lecil, namun Ranu Regulo memberikan suasana yang lebih menenangkan dan menenteramkan. Hal ini karena kontur perbukitan yang mengelilinginya masih terjaga kelestariannya. 

Menenangkan

Di kawasan Ranu Regulo telah tersedia toilet, beberapa gazebo, taman-taman kecil, dan area yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Saya melihat bahwa area ini memang diperuntukkan bagi pecinta alam yang ingin lebih lama menikmati pemandangan dan suasananya. Selain itu, area ini juga cocok bagi pecinta fotografi karena ada beberapa spot yang bisa dieksplore dan diabadikan dalam gambar kamera. Salah satu spot yang kudu dimanfaatkan di lokasi ini adalah dermaga tanpa kapal atau jembatan putus. Di spot ini pengunjung bisa mengabadikan moment dengan latar belakang danau dan kawasan pegunungan. Jika cuaca dan waktunya tepat, gambar/foto yang diabadikan pastinya sangat memukau. Sayangnya siang itu cuaca mendung dengan tanda-tanda hujan akan turun. Sehingga gambar yang saya dapat kurang dapat momen yang sesuai harapan. 

Ranu Regulo

Ranu Regulo
Ranu Regulo

Sekembali dari Ranu Regulo, baiknya mencoba mencicipi jajanan di sekitaran Ranu Pane. Rasanya tidak mengeceawakan dan yang peling penting, harganya murah. Ada beberapa menu yang bisa dicoba, salah satunya adalah bakso dan gorengan. Menikmati bakso hangat dan gorengan dalam cuaca sejuk cenderung dingin adalah suatu kenikmatan. Apalagi ditambah dengan obrolan bersama para warga local. Suasananya gayeng penuh keakraban.

Selepas menikmati bakso, kini saatnya kembali melewati jalanan berkelok dan curam untuk kembali pulang ke rumah. Berbeda dengan perjalanan berangkat yang masih dalam kondisi terang, pada saat pulang ini kondisi perjalanan sangat berbahaya. Angin bertiup kencang, hujan sesekali turun dan yang paling berbahaya adalah kabut tebal yang membatasi jarak pandang.

Kami sempat berhenti sejenak di Njemplang untuk menyaksikan bahwa panorama lembah bukit teletubbies sama sekali tidak bisa disaksikan, tertutup oleh kabut yang sangat tebal. Bagi saya suasana seperti ini lumayan membuat ngeri jika dipaksakan untuk melanjutkan perjalanan. Namun karena Dani meyakinkan untuk tetap melaju, sayapun memberanikan diri untuk tetap memacu motor. Mengendarai motor dalam keadaan seperti ini memunculkan sensasi yang membuat saya bergidik, karena jarang sekali saya menemui kondisi seperti ini, kondisi dimana terjadi perpaduan antara cuaca dingin, hujan, kabut tebal, kontur jalan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, serta pemandangan yang tertutup kabut.

Mengendarai motor dalam kondisi seperti itu tentunya harus ekstra hati-hati. Beberapa kali saya harus menekan tuas rem dalam-dalam dan durasi lama untuk mengendalikan laju motor saat menuruni jalan yang curam dengan tikungan tajam diujungnya. Saya juga harus memperhitungkan maneuver saya dalam melahap tikungan terutama di titik blidspot agar tidak terlalu melebar dan melewati batas marka yang tentunya berisiko tinggi untuk bertabrakan dengan kendaraan dari arah berlawanan atau bahkan masuk jurang.

Healing Sambil Memacu Adrenalin

Syukurlah pada saat mencapai daerah Gubuk Klakah, cuaca sudah normal kembali dan saya bisa memacu kendaraan dengan kencang. Hamdan liLlah karena saya bisa sampai di rumah dalam keadaan selamat setelah menempuh perjalanan yang cukup memorable.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...