Terakhir kali saya ke Masjid Istiqlal adalah saat bulan Ramadhan
tahun 2019. Ketika itu saya melaksanakan serangkaian ibadah Ramadhan mulai
dari buka bersama, sholat maghrib dan isya berjamaah yang dilanjutkan dengan
sholat tarawih bersama dua orang teman kos. Hal yang paling saya ingat adalah
betapa pelaksanaan tarawih di Masjid terbesar di Indonesia ini begitu
istimewa. Dari jumlah jamaah hingga suasana pelaksanaan tarawih di dalam
gedung yang sangat megah ini, sangat istimewa. Dari pengalaman inilah, saya ingin
mengulanginya kembali, namun kali ini saya harus sendiri karena rekan2 sedang
pulang kampong. | Masjid Kemerdekaan |
Pada tanggal 23 April 2022 sore saya berangkat dari kosan dengan
menggunakan angkutan online dengan pertimbangan tidak perlu membawa kendaraan
dan tidak perlu repot mencari parkiran. Sesampai di gerbang istiqlal, saya
menyempatkan untuk mengabadikan suasana masjid serta pemandangan di
sekitarnya. Salah satu view yang menarik perhatian saya adalah gereja
Katedral Jakarta. Dengan memadukan antara gambar jembatan kecil di area
masjid Istiqlal dengan view menara tinggi gedung gereja Katedral, saya
mendapatkan foto sebagai berikut. | Gereja Katedral di Bulan Ramadhan |
Menjelang maghrib, saya menuju ke lokasi area terbuka di lantai dua
Masjid Istiqlal. Di sini sudah berkumpul ratusan bahkan mungkin ribuan jamaah
yang menunggu pembagian takjil gratis. Demikian juga saya, saya pun duduk di
antara antrian tersebut. Sayangnya lokasi saya terlalu jauh dari titik
pembagian takjil, sehingga tidak kebagian. Padahal tinggal dikit lagi
pembagiannya nyampe di barisan saya. Hahahha. Untungnya saya bawa bekal baik
snack dan air minum. Untungnya lagi ada jamaah yang membagikan gorengannya.
Mayan, ganjel perutnya banyak. | Tampang Setelah Dipastikan Tidak Kebagian Takjil |
| Menunggu Waktu Berbuka |
Hari itu, senja di atas Masjid Istiqlal terasa syahdu. Cuaca cerah
dipadu dengan kemegahan Istiqlal di kala matahari akan tenggelam membuat saya
tak henti bersyukur karena dapat menikmati karunianya, berupa kesehatan dalam
menjalani puasa hingga tuntas pada hari itu.
Setelah selesai berbuka, saya lanjut mengambil wudhu untuk kemudian
menunaikan sholat maghrib berjamaah. Ada nuansa yang berbeda jika menunaikan
sholat berjamaah di sini, nuansa yang bisa saya rasakan karena bisa sholat
dengan jumlah jamaah yang sangat besar. Semoga nuansa yang saya rasakan ini
tidak hanya timbul karena melihat kemegahan masjid ini semata.
Seusai melaksanakan sholat maghrib berjamaah, saya melanjutkan
tadarus al-Quran. Takmir masjid menyediakan banyak sekali kitab suci al-Quran
sehingga jamaah bisa leluasa membacanya. Namun demikian, banyak dari jamaah
yang membacanya dengan suara relatif kencang sehingga agak mengganggu
kekhusyukan jamaah yang lain. | Tadarus |
Tepat ketika masuk waktu isya, Sebelum adzan dimulai, terdengar suara
kentongan dan bedug yang dipukul sebagai tanda sudah masuk waktu sholat.
Setelah itu adzan sebagai panggilan sholat dikumandangkan dengan sangat merdu
oleh muadzin. Selain suara yang merdu dari muadzin, tata suara di masjid ini
juga istimewa. Rasanya seperti bisa tembus sampai ke qolbu. Begitu juga
dengan bacaan surah oleh imam sholat Isya dan tarawih pada malam itu. dengan
status sebagai hafidz, bacaan imam sholat tidak perlu diragukan. Apalagi
menjadi imam di masjid sebesar ini tentu melalui pemilihan dan kriteria yang
ketat. | Jamaah di Masjid yang Megah |
Alhamdulillah sholat isya dan tarawih berjamaah di Masjid istiqlal
pada malam itu berlangsung dengan lancar. Sholat tarawih 20 rokaat dengan 10
salam tidak terasa lama karena bacaan surah tidak terlalu panjang. Saya
sangat bersyukur bisa kembali merasakan nuansa yang berbeda dalam menjalani
sholat tarawih berjamaah di masjid ini. Semoga tahun depan masih
berkesempatan untuk merasakan lagi syahdunya menunaikan sholat fardhu dan
sholat tarawih di masjid Istiqlal. | Bonus |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar