Beberapa hari lalu saya menyaksikan kejadian yang menurut saya unik,
walau bisa dibilang apes buat yang kena. Lokasi kejadiannya di jalur busway
fly over Slipi menuju ke arah Semanggi. Di ujung jalur busway dekat dengan
halte Slipi Petamburan, ada seorang polisi yang memberi aba-aba kepada
pengendara kendaraan baik roda dua maupun roda empat untuk memasuki jalur
busway. Mungkin maksud petugas tersebut adalah untuk melancarkan arus kendaraan
di jalan Gatot Subroto. Karena mendapat aba-aba dari petugas, saya lihat
beberapa pengendara yang kemudian melewati jalur busway. Saat itu saya lihat
kondisi jalan tidak terlalu padat, jadi menurut saya pengendara kendaraan
baik roda dua maupun roda empat tidak perlu diarahkan untuk memasuki jalur
busway. Saya kemudian penasaran dengan apa yang akan terjadi di ujung jalur
busway tersebut. Ternyata pengendara motor yang melewati jalur busway tersebut
dihentikan oleh dua orang polisi yang berjaga di depan kantor BPK, tepatnya
sebelum pintu gerbang tol Slipi 2. Pengendara motor yang dicegat tersebut
nampak menunjukkan gesture bahwa dia masuk jalur busway karena disuruh oleh
petugas di jalur sebelumnya. saya tidak tahu kelanjutannya seperti apa karena
saya sudah harus belok ke arah lain menuju ke kantor saya. Namun satu hal
yang saya sayangkan adalah kurangnya koordinasi antara petugas di ujung jalur
busway dengan petugas yang berjaga di ujung lainnya. Apabila sampai ditindak
karena melanggar jalur busway, maka petugas yang memberi perintah pengendara untuk memasuki jalur busway harus
memberikan penjelasan mengenai alasan tindakannya. Kalaupun tidak ditindak,
saya yakin pengendara motor tersebut merasakan peningkatan intensitas detak
jantung yang lumayan signifikan. Kurang koordinasi dalam tahap yang lebih jauh bisa saja mengakibatkan
jatuhnya korban, sebagaimana terindikasi terjadi dalam tragedi Kanjuruhan.
Niat Polisi di dalam stadion yang berniat membubarkan masa dari dalam stadion
sepertinya tidak sejalan dengan tindakan petugas baik panitia pelaksana maupun pihak
keamanan yang berada di luar stadion yang fokus pada upaya memberikan jaminan
keamanan pada tim away. Langkah preventif agar pengamanan terhadap tim away
berjalan mulus menyebabkan pintu stadion terpaksa ditutup padahal di dalam
stadion perintah tembakan gas air mata sudah diserukan. Kurang koordinasi
tersebut terindikasi menimbulkan akibat yang fatal. Banyak suporter yang tidak
terlibat dalam membuat kerusuhan malah justru menjadi korban. Dari dua contoh di atas sudah seharusnya penanggung jawab sebuah kegiatan dapat membaca situasi yang terjadi, menganalisis resiko atas tindakan yang akan diambil serta memberikan arahan yang jelas kepada pelaksana kegiatan terkait apa yang harus dilakukan oleh masing-masing unit atau personel. Di sisi lain, apabila terjadi peristiwa yang diakibatkan oleh kurangnya koordinasi tersebut, penanggung jawab kegiatan harus memberikan penjelasan terkait tindakan daan alasan dibalik pengambilan keputusan serta mempertanggungjawabkannya pada pemberi mandat dan masyarakat yang terdampak. |
Minggu, 23 Oktober 2022
Ketika Petugas Kurang Koordinasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial
Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...
-
Saya cukup gembira melihat bahwa kini masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan peluang bisnis di daerahnya sendiri. Salah satu model peluan...
-
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang d...
-
Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar