Minggu, 23 Oktober 2022

Ketika Petugas Kurang Koordinasi

Beberapa hari lalu saya menyaksikan kejadian yang menurut saya unik, walau bisa dibilang apes buat yang kena. Lokasi kejadiannya di jalur busway fly over Slipi menuju ke arah Semanggi. Di ujung jalur busway dekat dengan halte Slipi Petamburan, ada seorang polisi yang memberi aba-aba kepada pengendara kendaraan baik roda dua maupun roda empat untuk memasuki jalur busway. Mungkin maksud petugas tersebut adalah untuk melancarkan arus kendaraan di jalan Gatot Subroto. Karena mendapat aba-aba dari petugas, saya lihat beberapa pengendara yang kemudian melewati jalur busway. Saat itu saya lihat kondisi jalan tidak terlalu padat, jadi menurut saya pengendara kendaraan baik roda dua maupun roda empat tidak perlu diarahkan untuk memasuki jalur busway.

Saya kemudian penasaran dengan apa yang akan terjadi di ujung jalur busway tersebut. Ternyata pengendara motor yang melewati jalur busway tersebut dihentikan oleh dua orang polisi yang berjaga di depan kantor BPK, tepatnya sebelum pintu gerbang tol Slipi 2. Pengendara motor yang dicegat tersebut nampak menunjukkan gesture bahwa dia masuk jalur busway karena disuruh oleh petugas di jalur sebelumnya. saya tidak tahu kelanjutannya seperti apa karena saya sudah harus belok ke arah lain menuju ke kantor saya. Namun satu hal yang saya sayangkan adalah kurangnya koordinasi antara petugas di ujung jalur busway dengan petugas yang berjaga di ujung lainnya. Apabila sampai ditindak karena melanggar jalur busway, maka petugas yang memberi perintah pengendara untuk memasuki jalur busway harus memberikan penjelasan mengenai alasan tindakannya. Kalaupun tidak ditindak, saya yakin pengendara motor tersebut merasakan peningkatan intensitas detak jantung yang lumayan signifikan.

Kurang koordinasi dalam tahap yang lebih jauh bisa saja mengakibatkan jatuhnya korban, sebagaimana terindikasi terjadi dalam tragedi Kanjuruhan. Niat Polisi di dalam stadion yang berniat membubarkan masa dari dalam stadion sepertinya tidak sejalan dengan tindakan petugas baik panitia pelaksana maupun pihak keamanan yang berada di luar stadion yang fokus pada upaya memberikan jaminan keamanan pada tim away. Langkah preventif agar pengamanan terhadap tim away berjalan mulus menyebabkan pintu stadion terpaksa ditutup padahal di dalam stadion perintah tembakan gas air mata sudah diserukan. Kurang koordinasi tersebut terindikasi menimbulkan akibat yang fatal. Banyak suporter yang tidak terlibat dalam membuat kerusuhan malah justru menjadi korban.

Dari dua contoh di atas sudah seharusnya penanggung jawab sebuah kegiatan dapat membaca situasi yang terjadi, menganalisis resiko atas tindakan yang akan diambil serta memberikan arahan yang jelas kepada pelaksana kegiatan terkait apa yang harus dilakukan oleh masing-masing unit atau personel. Di sisi lain, apabila terjadi peristiwa yang diakibatkan oleh kurangnya koordinasi tersebut, penanggung jawab kegiatan harus memberikan penjelasan terkait tindakan daan alasan dibalik pengambilan keputusan serta mempertanggungjawabkannya pada pemberi mandat dan masyarakat yang terdampak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...