Selasa, 20 Desember 2022

Kawasan Losari dan Somba Opu di Kala Pandemi dan Cerita Nemu Hidangan Coto Enak

Pada Akhir November 2021 saya dan seorang rekan ditugaskan untuk menjadi panitia Seleksi Kemampuan Bidang (SKB) CPNS Tahun 2021 di kota Makassar. Di sela-sela mengikuti acara tersebut, kami berkesempatan untuk menyusuri kawasan Pantai Losari, sebuah pantai yang sangat terkenal dan menjadi lansekap ikon kota Makassar. 

Sepi di Puncak Pandemi

Dari hotel tempat saya menginap, kami menggunakan taksi online menuju ke pantai ini. Biayanya sangat murah jika dibandingkan dengan jarak yang harus ditempuh. Dengan waktu tempuh kira-kira 20 menit, kami sampai di tempat tujuan. Saya cukup kaget ketika melihat kondisi pantai Losari yang gelap, sepi dan terkesan rawan dengan tindak kejahatan. Nampaknya Covid -19 yang sedang merebak berimbas pada kondisi pantai dan kawasan pendukungnya yang terkesan tidak lagi menarik untuk dikunjungi. Terus terang saya merasa kurang aman pada saat itu karena tidak banyak pengunjung lain di kawasan ini. Dari pantai Losari kami bergeser menuju ke jalan Somba Opu untuk melihat situasi di sentra penjualan oleh-oleh khas Makassar. Di sini saya menemui kondisi yang mirip dengan di Pantai Losari, sepi, tidak banyak toko yang buka dan pengunjung yang datang. Tentunya cukup menyedihkan melihat kondisi seperti ini karena jalan ini biasanya riuh dengan aktifitas jual-beli. Saya sempat berfikir mungkin toko-toko ini memang sudah waktunya tutup, namun ketika melihat jam yang masih belum mencapai pukul 8, saya berkesimpulan bahwa ini adalah salah satu dampak dari Pandemi. Saya masih ingat ketika tahun 2010 pada saat masih mengikuti Diklatsar di kota ini, kawasan ini masih ramai sampai larut malam. 

Efek Pandemi

Karena saya melihat tidak ada keramaian sebagaimana saya bayangkan, saya mengajak rekan saya untuk mencari makan di tempat makan terdekat. Hasil browsing menunjukkan ada warung coto terdekat yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Kami beruntung sampai di lokasi makan tepat sebelum hujan turun. Nama tempat makan tersebut adalah Coto Daeng Tayang yang berlokasi di Jalan Ranggong Nomor 1 Makassar. 

Coto Makassar H. Daeng Tayang

Tempatnya Lumayan Bersih

Salah Satu Hidangan Coto Paling Nikmat dan Rekomended

Coto Daeng Tayang ini merupakan coto pertama yang saya nikmati setelah bertahun-tahun absen menikmatinya. Di luar ekspektasi saya, coto Daeng Tayang rasanya sangat nikmat. Kuahnya mantap dengan irisan daging, paru, babat dan atinya yang lembut. Bagi saya, kenikmatan coto Daeng Tayang lebih nikmat dari hidangan-hidangan coto yang sebelumnya pernah saya rasakan. Saya jarang merekomendasikan makanan kepada kolega karena takut jika rekomendasi saya tidak sesuai harapan, namun untuk coto Daeng Tayang, saya berani merekomendasikan bagi rekan yang ingin merasakan hidangan coto di Makassar.

Manokwari: Penugasan Pertama di Bumi Kasuari

Salah satu hal yang saya syukuri dari tempat kerja saya adalah kesempatan untuk penugasan ke kota-kota di nusantara. Sembari melaksanakan tugas, saya dapat mengunjungi sekaligus menjelajahi lokasi-lokasi ikonik di kota tersebut. Episode kota lokasi penugasan kali ini adalah Manokwari, ibukota provinsi Papua Barat. 

Penugasan Pertama di Manokwari

Penugasan ke Manokwari kali ini adalah dalam rangka memfasilitasi dan mengawasi pelaksanaan Ujian Dinas dan Ujian Penyetaraan Ijasah PNS yang dilaksanakan di perwakilan kantor di Provinsi Papua Barat. Karena terbatasnya pegawai pusat yang bisa ditugaskan dan pelaksanaan ujian yang diselenggarakan secara serentak, saya harus berangkat tugas sendiri. Perjalanan ke Manokwari diawali dengan penerbangan pesawat dini hari dari Bandara Soekarno Hatta dengan mengggunkan maskapai Batik Air. Dalam penerbanngan ini pesawat akan transit di Sorong sebelum melanjutkan penerbangan ke Manokwari. Penerbangan berlangsung dengan nyaman dan  lancar dengan view terbitnya matahari yang mengagumkan.

Dinihari di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta
Menyaksikan Pagi dari Angkasa

Setelah mengudara selama 3,5 jam, pesawat landing di Bandara Domine Eduard Osok di Sorong. Bandara ini sangat besar dengan penataan yang bagus serta rapi. Salah satu indikator bandara berukuran besar bagi saya adalah banyaknya gate bandara serta jumlah pesawat yang lalu lalang, dan sepengamatan saya ada cukup banyak gate penumpang serta pesawat yang sedang parkir di bandara ini. 

Bandara Domine Eduard Osok Sorong

Transit di Sorong memakan waktu selama kurang lebih 35 menit. Setelah itu penerbangan dilanjutkan menuju Manokwari dengan durasi penerbangan selama 50 menit. Pesawat terbang dengan lancar serta landing dengan mulus di bandara Rendani. Dibandingkan dengan bandara Sorong, kondisi bandara Rendani masih memerlukan pengembangan dan peningkatan di banyak sisi. Salah satunya adalah konter pengambilan bagasi yang terlihat kurang representatif. 

Salah Satu Sudut Kota Manokwari

Selanjutnya saya dijemput pegawai perwakilan sehingga saya tidak perlu bingung mencari kendaraan untuk menuju ke kantor perwakilan. Jarak antara bandara dengan kantor cukup dekat dan dapat ditempuh dalam waktu 20 menit. Sesampai di Kantor saya mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk ujian besok. Setelahnya saya menuju ke hotel untuk beristirahat yakni hotel Swissbel-in Manokwari. Karena bookingnya mendadak,  saya mendapatkan kamar yang tidak mempunyai akses jendela ke luar. Adanya hanya pemandangan jendela kaca yang tertutup gorden. Untungnya hotel ini terletak berdampingan dengan mall yang didalamnya ada pilihan resto untuk makan malam. 

Pagi di Manokwari

Keesokan harinya, kegiatan Ujian Dinas dilaksanakan di auditorium kantor. Syukurlah acara berlangsung dengan lancar sampai akhir. Peserta ujian pun dapat melaksanakan ujian dengan tenang dan nyaman sesuai waktu yang telah ditentukan. 

Hari terakhir sebelum kembali ke Jakarta, saya berkesempatan untuk melaksanakan sholat Jumat di masjid al Falah Manokwari. Masjid ini berukuran besar dan dapat menampung ratusan jamaah. Beruntung sekali rasanya dapat beribadah bersama saudara yang berada jauh di perantauan. 

Jumatan di Manokwari

Selepas sholat Jumat saya di ajak mengelilingi kota Manokwari sembari dijelaskan mengenai tempat-tempat penting di Manokwari. Titik tujuan utama sore itu adalah sebuah pantai di pinggiran Manokwari yakni pantai pasir putih untuk menikmati senja dan kelapa muda. Pantai pasir putih ini sangat bersih meskipun garis pantainya tidak terlalu panjang dan luas. Nilai tambah dari pantai ini adalah ombaknya yang tenang. Suatu sore yang sempurna yang dihabiskan dengan menikmati deburan ombak yang tenang serta merasakan hembusan angin yang menyejukkan di antara pohon kelapa. 

Pantai Pasir Putih Manokwari
Kelapa Muda dan Pantai

Setelah menyelesaikan tugas di Manokwari saatnya kembali ke Jakarta dengan menggunakan maskapai Batik Air. Penerbangan menuju Ibukota negara melalui rute yang sama dengan pada saat keberangkatan. Dari ketinggian, tampak pemandangan menghijau hutan Papua. Di sela-selanya beberapa kali terlihat pola pemukiman penduduk. Ada yang rapi dan ada yang tidak teratur. Pola yang rapi tersebut kemungkinan adalah pemukiman transmigran. Adapun yang satunya adalah pemukiman atau pusat perdagangan yang lebih dahulu terbangun. 

Kota Manokwari dari Angkasa

Dari pengamatan selama penugasan, Kota Manokwari merupakan kota yang sedang berkembang dan membutuhkan dukungan banyak pihak agar pembangunannya berlangsung dengan cepat. Fasilitas-fasilitas umum seperti jalan raya dan pasar rakyat dapat ditingkatkan kondisinya dengan melakukan perbaikan, perawatan rutin maupun revitalisasi. Kondisi fasilitas umum yang baik akan mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat dan pada gilirannya menjadikan kota Manokwari setara dengan ibukota di provinsi-provinsi lain. 

Di kota Manokwari terdapat hotel yang representatif yakni Swissbell-in yang harus dipesan jauh-jauh hari agar tidak kehabisan kamar. Selain itu ada juga sebuah mall yang berukuran besar yang didalamnya terdapat resto-resto populer dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan harga di kota-kota lain. Suasana kotanya masih relatif sepi dengan banyak pendatang yang menjadi pengusaha. Semoga nantinya semua penduduk dapat meningkatkan taraf ekonominya dengan baik agar dapat pula meningkatkan kesejahteraannya.

Warna-Warni CFD Jakarta

Salah satu aktifitas yang bisa dilakukan pada hari minggu pagi di Jakarta adalah mencari keringat di Car Free Day. Aktifitas ini sangat murah namun bisa membuat tubuh lebih sehat. Sehat di sini nggak cuma sehat fisik namun mental juga, karena suasana pagi dengan pemandangan gedung-gedung namun tanpa ada kendaraan bisa menyegarkan pikiran dan melepas stress yang mungkin sedang tertahan. 

Warna-Warni CFD Jakarta

Bagi saya, suasana pagi di area CFD sangat menyenangkan. Udara masih belum banyak tercampur polusi dan cuacanya masih belum terlalu panas. Lokasi CFD ini di jalan protokol yang lebar dengan trotoar yang tertata serta taman-taman cantik di pinggir jalan. Beraktifitas dengan suasana seperti ini bisa meningkatkan semangat untuk berolahraga, mulai sekedar jalan kaki hingga jogging.

Agenda Utama

Dari beberapa kali mengikuti car free day di kawasan Sudirman Thamrin, saya memperhatikan adanya perubahan trend peserta car free day. Beberapa tahun lalu banyak pengunjung car free day yang niatnya cuci mata. Trend ini terlihat dari outfitnya yang kasual dan santai. Hal ini relatif berbeda dengan kebiasaan pengunjung pada akhir-akhir ini yang lebih fokus untuk berolah raga. Outfit khas olah raga yang dipakai sudah semakin beragam baik dari jenis, fungsi dan warnanya. Perubahan semacam ini membuat CFD semakin colorful. 

Beranjak Terik

Check Point Utama

Dalam beberapa kesempatan, CFD dijadikan ajang untuk memperingati hari special. Contohnya hari batik nasional, hari kebaya, hari santri, pengukuhan Komando Cadangan hingga apel kebangsaan. Tak jarang peringatan-peringatan semacam ini menyebabkan pengunjung CFD harus melipir minggir karena area jalan dipakai sepenuhnya dalam acara tersebut. Sebagai contoh adalah pawai Komando Cadangan yang dimeriahkan dengan defile pasukan dan marching band khas akademi kemiliteran. Pawai dari peleton yang panjang ini menutup jalan di area CFD sehingga menjadikan masyarakat tidak leluasa mengakses jalan CFD.

Komando Cadangan

Marching Band Beraksi

Sebagai tambahan, niat baik untuk berolahraga di CFD selayaknya dijaga dengan teguh karena jika tidak, kita akan tergoda untuk mencicipi jajanan rakyat yang tersebar di beberapa titik CFD. Ada banyak sekali penjual makanan kaki lima yang agaknya sulit membuat kita menahan diri untuk tidak mencobanya. Maka dari itu, kalau memang niatnya beneran pengen sehat, uang sakunya sedikit aja.

View Matahari Terbit di Sela Gedung-Gedung Tinggi

Naik 27 Trans, Pemain Baru di Jalur Malang-Jakarta

Ada banyak keseruan dan keunggulan yang bisa didapat jika melakukan perjalanan darat dengan menggunakan bus antar kota antar provinsi (AKAP) dibandingkan dengan menggunakan kereta api. Keunggulan tersebut diantaranya: harga tiket yang lebih murah, pemandangan luar yang lebih variatif, keseruan balapan antar pelari malam bagi penyuka balap, fasilitas makan dan minum gratis serta desain kursi yang lebih mewah dan lega. 

27 Trans, Mengutamakan Kenyamanan

Berangkat dari alasan tersebut, saya memilih moda transportasi bus kota dan kali ini saya memilih 27 Trans jurusan Malang Jakarta diantara PO-PO lain. PO 27 Trans jurusan Malang ke Jakarta berangkat dari beberapa tiitk. Mulai dari Turen, Kepanjen dan Pakisaji untuk wilayah Malang Selatan, serta terminal Arjosari dan garasi Inspired 27 Singosari untuk titik penjemputan selanjutnya. Adapun harga tiketnya sebesar Rp380.000 untuk keberangkatan dari Turen.

Berikut merupakan sekilas kesan saya tentang bus 27 Trans yang saya naiki. Bus 27 Trans memiliki livery atau tampilan yang sangat menarik, fresh dan elegan. Perpaduan warna oranye dan hitamnya sangat menarik mata. Saya tidak terlalu memperhatikan mesin, sasis serta karoseri dari bus ini namun yang pasti, busnya dalam kondisi prima, mesin alus, dengan kursi duduk yang lebar dan leg rest yang nyaman. Selain itu, driver bus ini sangat handal dalam membawa kendaraan dan lebih mengutamakan kenyamanan penumpang, beda dengan para pembalap dari PO-PO sebelah.

Fasilitas-fasilitas lain yang menurut saya sangat kompetitif adalah snack perjalanan yang menurut saya juara, banyak dan bukan kaleng-kaleng. Hehehehe. Kemudian, lokasi makan atau rest areanya juga sangat strategis. Tepatnya berlokasi di RM Duta 1 di wilayah Ngawi. 

Menunggu Penumpang Lumayan Lama di Terminal Arjosari

Selain berbagai hal positif di atas, tentunya ada beberapa sisi yang perlu diperbaiki oleh manajemen PO 27 Trans. Paling utama adalah ketepatan waktu. Dari Jadwal keberangkatan seharusnya pukul 15.00 dari terminal Arjosari, bus diberangkatkan pukul 15.44. Dari terminal Arjosari Bus diberangkatkan menuju ke Garasi Inspired 27 di daerah Singosari. Di sini saya berganti ke unit Bus 27 Trans yang lain. Kebetulan sekali bus yang saya naiki ini kini lebih baru dan lebih nyaman. 

Terlambat 45 Menit Dari Jadwal
Bus berjalan dengan nyaman dengan pemandangan senja yang indah di jalur tol Gempol Surabaya.Hal yang paling menyebalkan dalam perjalanan ini terjadi saat bus berhenti lama sekali di Terminal Purabaya Sidoarjo. Mulai pukul 17.40 bus ngetem di dalam terminal sampai pukul 18.30 bus baru diberangkatkan kembali. Waktu tunggu yang sangat lama tersebut kemungkinan karena menunggu barang-barang paket yang akan dibawa karena kondisi bus sudah full penumpang. Karena menunggu lama di daerah yang lembab dengan pintu terbuka, banyak nyamuk yang masuk dan menyebabkan para penumpang memberikan applause tanpa ada pertunjukan.

Sebagaimana ditulis di atas, bus ini dipacu dengan kecepatan tinggi namun masih kalah dengan pembalap-pembalap tol transjawa. Kecepatan stabil dan pembawaan kendaraan yang alus dari sang driver membuat nyaman di badan, karena mengurangi guncangan-guncangan keras, akselerasi berbahaya atau rem mendadak. 

Rumah Makan yang Representatif di Wilayah Ngawi

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama dua jam, pada pukul 8.20 bus 27 Trans sampai di Rumah Makan Duta di Ngawi.  Restoran tempat makan ini bersih, luas dengan pilihan makanan yang variatif. Dari beberapa pilihan makanan, saya memilih nasi soto ayam yang rasanya bagi saya sangat nikmat. Durasi yang diberikan bagi penumpang untuk makan, sholat dan ke toilet adalah selama 45 menit. Durasi yang lebih dari cukup untuk menjalankan aktifitas tersebut. 

Armada 27 Trans Berjamaah
Pada pukul 21.00 kendaraan kembali dipacu untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan berlangsung dengan nyaman dan lancar hingga akhirnya sampai di Terminal Lebak Bulus pada Pukul 07.05. Dibandingkan dengan jadwal seharusnya yakni pukul 05.00, perjalanan bus ini terlambat dua jam. Sebuah keterlambatan yang signifikan terutama bagi saya yang saat itu mempunyai jadwal untuk melanjutkan perjalanan dinas ke luar kota. 
Ketemu Bus Kantor di Tol 

Matahari yang Terbit Tepat Waktu Dipotret dari Bus Yang Tidak Tepat Waktu

Sebagai penutup, untuk masalah ketepatan waktu, semoga 27 Trans bisa meningkatkan pelayanannya dengan menepati timeline yang telah dipublish di website resmi serta aplikasi tiket onlinenya. Hal ini penting agar konsumen tidak kecewa akibat keterlambatan perjalanan yang seharusnya bisa diantisipasi. Meski kurang puas dari segi ketepatan waktu, dari sisi pelayanan dan kenyamanan perjalanan, saya puas dan akan mempertimbangkan untuk menggunakan jasa bus ini jika tidak ada target waktu perjalanan.

Minggu, 11 Desember 2022

Sholat Tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa

Sudah sejak lama saya ingin bertarawih di Masjid Sunda Kelapa ini. Ada beberapa alasan yang menjadikan saya sangat berharap untuk dapat beribadah di sini, pertama pemberi materi kultum di masjid ini adalah para cendekia yang sudah termasyhur keilmuannya. Kedua, masjid ini adalah salah satu masjid yang popular di Jakarta. Ketiga, lokasi masjid ini relative dekat jaraknya dari kosan saya. 

Gerbang Masjid Agung Sunda Kelapa

Alhamdulillah pada tanggal 24 April 2022 saya berkesempatan untuk menunaikan sholat tarawih berjamaah di masjid ini. Untuk arsitektur bangunan masjid, menurut saya bangunan masjid Sunda Kelapa ini tipikal masjid yang umum di Indonesia. Luasan masjid ini pun menurut saya juga sebagaimana kebanyakan masjid Indonesia.

Karena masih menerapkan protokol kesehatan, lantai masjid tidak dipasangi karpet. Lantai masjid jadi terasa sangat dingin, apalagi saya hanya membawa sebuah sajadah lipat yang sangat tipis. Yang lebih special adalah, dengan suhu lantai yang sangat dingin, kipas angin masjid masih tetap dinyalakan. Adem to the max. 

Adem to The Max

Pengisi Kultum pada malam itu disampaikan oleh Hj Amany Lubis dengan tema “Dengan Akhlakul Karimah Membangun Umat”. Terus terang saya kurang mendapatkan insight dari ceramah ini karena kurang konsentrasi dalam mendengarkannya. Adapun Imam Sholat tarawih adalah Syekh Essam Al-Mezjaji yang berasal dari Mezjaji negeri Yaman.  Bacaan ayat-ayat suci al-Quran oleh sang imam  dalam tarawih ini sangat istimewa. Suaranya sangat merdu hingga durasi sholat yang cukup panjang tidak terlalu terasa.

Sholat tarawih di masjid Sunda Kelapa merupakan salah satu sholat tarawih terlama yang pernah saya ikuti. Ketika saya bandingkan antara waktu mulai dan setelah salam, ada jeda selama 9 menit waktu yang berjalan. Jika dihitung, maka setiap rokaat dilalui dalam waktu kira-kira empat setengah menit. Untungnya sholat tarawih di masjid ini delapan rokaat dengan empat salam. Kalau 20 rokaat, mungkin saya sudah kabur duluan. ups.. 


Pelataran Masjid Selepas Tarawih
Wisata Kuliner di Depan Gerbang Masjid

Semoga tahun depan pandemi Covid sudah benar-benar hilang sehingga karpet di masjid ini sudah dipasang kembali sehingga saya dan para jamaah lain tidak kedinginan saat melaksanakan ibadah.


ArtJakarta: Event Pameran Seni yang Melebihi Ekspektasi

Selalu ada saat pertama kali dalam setiap hal dan tulisan ini merupakan pengalaman pertama kali saya menyaksikan pameran seni di Jakarta. Saya penasaran dengan event ini karena iklannya yang menurut saya sangat berhasil. Selain itu lokasi pamerannya dekat dan tiket masuknya murah, jadi saya tidak akan merasa rugi jika pameran ini tidak sesuai ekspektasi saya. By the way, ekspektasi awal saya terhadap pameran ini standar aja. Saya tidak mau berharap banyak, misalnya berharap mindset terbuka atau tergugah karena menyaksikan lukisan atau seni rupa lain yang spektakuler. 

ArtJakarta 2022

Pada tanggal 26 Agustus 2022 saya berkesempatan mengunjungi ArtJakarta yang digelar di JCC Senayan. Karena lokasinya dekat dengan kosan, saya cukup bawa motor ke lokasi acara. Adapun tiket masuk acara sudah saya beli beberapa hari sebelumya melalui aplikasi online. Situasi di gate masuk saat itu lumayan ramai namun tidak terlihat antrian panjang di pintu masuk. 

Pertama kali masuk, saya melihat beberapa seni rupa yang kurang menarik perhatian saya. Namun semakin masuk ke dalam area pameran ada karya rupa, seni lukis, patung, instalasi, dan visual teknologi yang membuat saya merasa bahwa saya beruntung bisa menikmati karya seni yang luar biasa.

Karya pertama yang paling memukau menurut saya adalah karya I Nyoman Nuarta. Detail karyanya luar biasa. Bagi saya karya seni rupanya membawa makna mendalam contohnya pada karya patung lokomotif melengkung. Pada sudut belakang patung ini, terdapat detail beberapa orang yang terejepit di pintu. Jika melihat langsung, pengunjung akan bisa merasakan emosi yang dibawakan oleh sang maestro. Selain lokomotif melengkung, di stand I Nyoman Nuarta juga terdapat patung arca 3 rupa, motor menembus batas, Candi Nirwana, Moses. Cukup lama saya menghabiskan waktu di stand ini karena dari sekian banyak maestro yang karyanya dipamerkan di sini, nama I Nyoman Nuarta adalah yang paling familiar dengan karya masterpiecenya Garuda Wisnu Kencana di Bali. 

by I Nyoman Nuarta
by I Nyoman Nuarta
Bermakna Apa?
by I Nyoman Nuarta

Beralih ke stand pameran yang lain, ada karya-karya lukisan dari berbagai aliran. Saya bukan ahli seni dan tidak paham aliran apa yang dibawakan dari sebuah lukisan. Saya hanya berusaha menebak mengenai apa maksud dari sebuah karya, baik dari judul, komposisi, warna hingga nuansa yang diberikan. Selain itu saya berusaha masuk ke dalam makna karya seni tersebut dengan membiarkan saya larut ke dalam perasaan yang muncul dari persepsi dan apresiasi saya terhadap visual yang sedang saya saksikan. 

Kenyataan (dan) Kehidupan

Colorful Justice
Kembali Ke Alam

Overthinking

Ada beberapa karya lukis yang sempat membuat saya berdiri mematung ketika menikmatinya. Dari sekian gambar tersebut, ada lukisan wanita-wanita yang sedang memetik bunga. Saya menyukai lukisan semacam ini karena komposisi warnanya yang kaya dan nuansa ketenangan kedamaian yang disampaikannya. Selain itu ada juga lukisan dewi kebajikan yang membawa timbangan dan pedang. Goresan warna warni berpadu dengan obyek utama gambar bagi saya merupakan perpaduan yang memukau. 

Lukisan yang Saya Lihat dengan Durasi Terpanjang 

Di sudut lain pameran, ada karya seni miniatur yang ditampilkan. Stand ini mendapat banyak perhatian yang terlihat dari banyaknya pengunjung yang bergantian memfoto dan berfoto dengan latar patung-patung tersebut. Patung-patung ini sangat unik, saya terkesima karena pembuatnya mempunyai imajinasi sedemikian luas sehingga menciptakan karya seunik ini. 

Lucu

Ada juga berbagai jenis seni rupa dengan berbagai macam jenis dan makna. Mulai dari patung mungil seperti gambar di atas hingga alat musik yang ditampilkan sedemikian rupa. Mungkin gambar-gambar di bawah ini bisa lebih memperjelas maksud saya dibanding jika dideskripsikan dengan kata-kata.

Make Peace No War

Hanging Marbles

Thailand Punya

Religious

Seni yang Mengayakan
Saya yakin bahwa proses membuat karya seni seperti yang dipamerkan dalam artJakarta ini tidaklah sederhana. Salah satunya adalah lukisan berukuran sangat besar yang ternyata merupakan kumpulan tulisan berukuran kecil yang membentuk gambaran wajah dan latar belakangnya. Jika dilihat dari jarak yang relatif jauh, lukisan ini terlihat seperti goresan biasa, namun perasaan takjub akan muncul jika kita mendekat dan membaca tulisan-tulisan yang menyusun lukisan ini. 

Ada beberapa tambahan informasi singkat yang bisa saya share di sini. Pertama Peserta pameran ini berasal dari berbagai negara, antara lain dari Singapura, Jepang, Thailand, Hongkong dan Filipina. Peserta mancanegara tersebut melengkapi peserta pameran dari dalam negeri yang jumlahnya mendominasi. Peserta pameran teersebut membuat ruangan luas di JCC terasa penuh dengan berbagai karya yang menampilkan keunikannya masing-masing.

Selain peserta yang berasal dari berbagai negara, pengunjung pada sore itu juga beragam. Ada banyak ekspatriat yang mengunjungi pameran ini. Hal ini terlihat dari ciri fisik serta Bahasa yang digunakan. Di samping itu, outfit yang dipakai juga colorful. Ada banyak pengunjung yang memakai pakaian dan aksesoris unik yang semakin menyemarakkan event ini. 

Suasana Di ArtJakarta 2022

Kedua, ada Children Activity berupa sebuah ruangan khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak untuk menunjukkan bakat seninya. Di booth ini, anak-anak difasilitasi dengan berbagai jenis peralatan untuk dapat mengekspresikan semangat dan emosinya ke dalam media yang telah disediakan. Hal ini merupakan aktifitas yang patut diapresiasi, karena pengenalan seni tidak hanya dilakukan dengan menyaksikan namun juga berinteraksi langsung dengan proses penciptaan karya seni itu sendiri. 

Kids Corner

Berikutnya dalam event ini ada VIP Lounge dimana pengunjung yang telah mendaftar dapat memasuki area terpisah dan dapat menikmati sajian dari panitia. Dalam area ini terdapat juga tempat duduk yang bisa digunakan untuk menghilangkan penat di kaki.

Terakhir dan yang saya apresiasi adalah fasilitas air mineral gratis di beberapa titik yang mudah dijangkau. Hal ini sangat baik mengingat ketika kita menikmati satu per satu karya seni ini kemungkinan kita akan melupakan kebutuhan asupan cairan dalam tubuh. Good job buat penyelenggara event. 

Agenda Tahun depan

ArtJakarta merupakan pengalaman pertama saya menyaksikan pameran seni kontemporer. Dari ekspektasi awal yang tidak terlalu tinggi, saya justru mendapatkan impresi yang melebihi ekspektasi saya ketika menyaksikan event ini. Dari pengalaman pertama ini, besar kemungkinan saya akan menyaksikan event-event semacam ini pada kesempatan-kesempatan berikutnya. 

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...