Minggu, 10 November 2024
Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh: Sensasi Vertigo di Serambi Makkah
Jumat, 08 November 2024
Naik Juragan 99, Bus Dengan Pelayanan Excellent
Jika anda warga Malang atau Surabaya yang bekerja di Jakarta dan sebaliknya, setidaknya anda harus menyempatkan mencoba naik Bus Juragan 99. PO ini menawarkan pelayanan kelas atas bagi penumpangnya. Secara tarif memang perjalanan menggunakan bus ini lebih mahal, namun itu sangat sebanding dengan pelayanan dan kenyamanan yang diberikan. Berikut adalah pengalaman saya saat menggunakan jasa bis dari PO ini yang menjadikan saya berani merekomendasikan bus ini sebagai moda transportasi dari Malang atau Surabaya menuju Jakarta dan sebaliknya.
Saya menggunakan jasa PO ini saat pulang ke Malang
pada 6 November 2022. Harga tiket saat itu adalah Rp555.000 yang saya beli
menggunakan aplikasi Redbus.id. Dibandingkan dengan harga tiket bus di PO
lainnya, selisih harganya lumayan banyak. Sebagai perbandingan, harga tiket
PO Haryanto tidak sampai Rp400.000. Namun demikian nampaknya ada layanan
lebih yang menjadikan tiket PO bus ini seringkali ludes terutama pada saat
weekend atau hari libur nasional. Perjalanan saya dimulai dari terminal bayangan
Pondok Pinang di Jakarta Selatan. Saya datang lebih awal dari jadwal
keberangkatan untuk menghindari keterlambatan kedatangan. Tepat pukul 7.20
WIB, bus telah datang dan stand by di terminal dan siap untuk diberangkatkan
sesuai jadwal yakni pukul 7.45 WIB. Tampilan dari bus ini sangat mewah dan
terlihat menonjol dibandingkan dengan bus-bus lainnya di terminal pada pagi
itu. Livery perpaduan antara hitam dan merahnya sangat elegan. Terlihat bahwa
pemilik PO ini tidak main-main dengan tampilan dan kesan yang ingin
dibawakan. Pukul 7.44 WIB bus diberangkatkan. Dari Terminal Pondok Pinang, hanya sedikit penumpang yang diangkut. Saya pun bisa melihat-lihat dan memfoto interior bis ini dengan leluasa. Tidak hanya tampilan luarnya yang diperhatikan, interior dan penataan di dalam bus ini juga sangat tertata apik, bersih, rapi, fungsional dan mewah. Kursi penumpang kelas Dream Class berkonfigurasi 1 1 1. Artinya ada 3 kursi dalam satu baris namun masing-masing kursi dipisahkan oleh space untuk mobilitas penumpang.
Kursi penumpang dalam bus ini berwarna coklat gelap dengan berbagai macam aksesoris tambahan yang fungsional seperti, meja makan lipat, tombol leg rest dan sandaran kursi yang serba otomatis. Canggih sekali. Di tiap-tiap kursi disediakan selimut dan bantal serta satu paket handy bag berisi berbagai macam makanan ringan, air mineral, serta satu buah head set.
Selain itu ada pula hiburan AVOD
(audio video on demand) yang bisa dipakai untuk menonton video, mendengarkan
music, dan bermain game. Fasilitas lain adalah dispenser dengan berbagai
macam minuman sachetan siap bikin. Selain itu sebagaimana layanan wajib bagi
bis layanan premium jarak jauh, dalam bis ini tersedia toilet yang terletak
di dek bawah. Berikutnya, untuk penumpang yang hobi merokok, disediakan
tempat khusus di deck bawah tepatnya di dekat toilet. Pukul 07.58 perjalanan sampai di terminal Pulogebang. Di terminal ini ada banyak sekali penumpang yang naik namun masih belum semua penumpang memenuhi kursi. Setelah berhenti sekitar 5 menit, perjalanan dilanjutkan kembali untuk menuju titik pengambilan penumpang berikutnya di Kota Bekasi. Setelah mengambil penumpang di Bekasi perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalan tol Jakarta Cikampek. Sampai dengan saat ini, perjalanan terasa sangat nyaman. Dari sisi maneuver, walau jenis busnya setara double decker, saya tidak merasakan limbung saat bus melakukan akselerasi kecepatan ganti haluan mendadak. Dari sisi kenyamanan di dalam bus, walau suhu di dalam sangat dingin, penumpang sudah mendapatkan selimut yang tebal dan lebar. Selain itu, karena saya mendapatkan kursi di samping jendela, saya mendapatkan view yang leluasa untuk mendapatkan pemandangan di sepanjang perjalanan. Saya benar-benar merasa beruntung dalam perjalanan ini.
Pukul 07.10 adalah waktunya para penumpang mendapatkan servis makan yang berlokasi di Resto Rosin Subang. Resto ini merupakan milik PO Rosalia Indah. Di resto ini penumpang bus Juragan 99 mendapatkan layanan VIP berupa tempat duduk yang eksklusif dan dengan menu yang sudah siap saji. Sebagai informasi, sebelum perjalanan di mulai, para penumpang sudah dikonfirmasi mengenai pilihan menu makanan yang dapat dipilih. Adapun menu pilihan saya pada perjalanan ini adalah nasi rawon. Pilihan saya tidak salah, rawon dari resto ini rasanya sangat nikmat dan penuh dengan isian daging. Kira-kira 45 menit durasi yang dihabiskan untuk servis makan ini sebelum perjalanan dilanjutkan kembali.
Perjalanan siang hari menawarkan sajian pemandangan sepanjang jalur Tol Trans Jawa yang tidak akan bisa didapatkan pada perjalanan malam hari. Hamparan sawah menghijau dan pepohonan serta sesekali melewati kawasan perbukitan bisa kita lihat dengan leluasa. Kebetulan saat itu cuaca mendung di sepanjang durasi perjalanan bahkan sempat menerobos hujan deras sebanyak dua kali yakni di daerah sekitar Pekalongan dan Salatiga. Perjalanan menjadi terasa sangat syahdu, walau sesekali saya merasa ngeri dengan gelegar petir yang saling menyahut.
Dalam perjalanan ini, selain servis makan di Rosin
Resto Subang, ada juga servis snack dan istirahat sejenak di Resto Duta 3
yang terletak dekat dengan exit tol Ngawi. Dalam servis ini, penumpang
diberikan snack berupa lumpia dan lontong serta minuman yang bisa dipilih,
baik kopi atau teh. Setelah servis ini, perjalanan langsung menuju ke
lokasi penurunan penumpang yakni terminal Purabaya di Bungurasih Sidoarjo. Di
lokasi penurunan pertama ini sangat banyak penumpang yang turun. Seingat saya
lebih dari separuh penumpang turun di terminal ini. Selepas terminal
Purabaya, penurunan penumpang berikutnya adalah Indomart di dekat exit tol
Singosari pada pukul 19.45. Saya
termasuk penumpang yang turun di lokasi pemberhentian ini. Jika dihitung total durasi perjalanan maka
perjalanan ini ditempuh selama 12 jam. Wow.. cepat sekali bukan? Dengan
durasi yang lebih cepat, pastinya penumpang bisa sampai tujuan lebih cepat.
Namun demikian kecepatan tinggi tersebut membuat bus yang sangat tinggi
tersebut terasa sekali goyangannya ketika ada akselerasi mendadak. Selain di
jalan tol dengan kondisi sepi, pada saat kondisi padat pun bus tetap dipacu
kencang bahkan seringkali seset kiri. Tentunya ini cukup berisiko karena
kualitas bahu jalan tidak sebaik jalur utama jalan tol. Perjalanan dalam
kecepatan tinggi membuat kepala sedikit pusing dan badan saya terasa tidak
nyaman saat turun kendaaraan. Overall dari pelayanan super yang diberikan
oleh PO Juragan 99, hanya itulah yang menjadi catatan minus menurut saya.
Untuk perjalanan selanjutnya sebaiknya kenyamanan dan keselamatan lebih
diutamakan dari pada kecepatan. |
Mendadak Bandung
Blog kali ini merupakan catatan mendadak pelesir ke
Bandung tahun 2016 lalu. Mendadak Bandung diinisiasi oleh teman yang sedang
liburan dari kuliahnya di Australia. Mumpung sedang di tanah air dia mengajak
temannya dan saya untuk jalan-jalan ke Bandung. Ada banyak sekali tempat
wisata dan lokasi wisata kuliner yang sempat saya kunjungi saat itu. Berikut ini timeline dan rinciannya. Kami berangkat naik travel dari Jakarta pada pukul
05.10. Dengan durasi tempuh kira-kira 2jam 20 menit kami sampai di Shutter
Cipaganti. Di sini kami menunggu kedatangan mobil rental yang kami sewa selama 3
hari ke depan. Setelah mobil rental sampai, kami langsung menuju ke lokasi
pertama dalam itinerary kami yakni Armour Café. Armour Café Kafe ini menawarkan sensasi baru dalam memanjakan
pengunjungnya. Penataan kursi-kursi di antara pepohonan tinggi dan suasana
sejuk serta ornament warna-warni di berbagai titik membuat kafe ini menjadi tempat
yang bikin betah untuk ngobrol, ngupi-ngupi cantik atau sekedar menikmati
suasana. Selain itu kafe ini sangat fotogenik. Berbagai sudutnya bisa dipakai
untuk mengambil gambar-gambar yang stands out. Namun karena sudah lumayan
kondang, kafe ini sangat banyak pengunjungnya dan ini membuat pencarian
angle yang sempurna dalam pengambilan foto menjadi lebih susah. Setelah dari Armour café kami menuju ke lokasi
berikutnya yakni Tebing Karaton. Perjalanan menuju Tebing Karaton cukup
menantang karena jalan aksesnya relatif sempit. Selain itu banyak sekali pesepeda
yang gowes dan uji ketahanan fisik membuat pengendara mobil harus lebih waspada ketika akan mendahuluinya. Tebing Keraton Tebing keraton menurut saya menawarkan pemandangan
yang cukup seru, terutama bagi penyuka kontur pegunungan yang memadukan
tebing-tebing curam pegunungan dengan rimbunnya pepohonan. Dengan lansekap seperti itu, saya dapat mengambil banyak foto dari banyak angle di lokasi wisata ini. Akses menuju ke lokasi ini cukup mudah. pengunjung dapat berjalan kaki dari parkiran hingga ke lokasi Tebing Keraton dalam waktu relatif singkat karena jaraknya dekat dan konturnya rata. Kondisi saat itu cukup banyak pengunjung sehingga membuat agak kurang nyaman untuk berlama-lama di tempat ini. Setelah selesai berfoto-foto dan sejenak menikmati suasana, kami pun beralih menuju ke lokasi wisata berikutnya. Setelah dari Tebing Keraton, tujuan kami berikutnya
adalah Tahura Ir. Djuanda. Berdasarkan hasil eksplore kami, ada air terjun
yang berlokasi jauh di dalam Tahura ini. Namanya adalah Curug Ciomas. Karena
lokasinya sangat jauh dari pintu masuk Tahura, kami menyewa motor untuk
menyingkat waktu. Perjalanan dengan motor menuju ke arah curug Ciomas ini
sangat menantang dan berisiko karena jalanan licin dan berbatu. Jika tidak
konsentrasi penuh, pengendara motor bisa saja terjatuh atau terpeleset. Curug Ciomas Curug yang aksesnya lumayan jauh ini menawarkan
suasana yang tenang di antara pepohonan tinggi dan rindang. Suara gemericik
air cukup nyaring terdengar menjadikan suasana di sekitar curug ini terasa
sangat alami. Bagi penyuka fotografi ada beberapa spot yang bisa dipakai
diantaranya di depan air terjun. Namun sayangnya ada pagar kotak besi yang
menjadikan proses pengambilan gambar menjadi kurang leluasa. Spot kedua
adalah di atas jembatan yang terletak di atas air terjun. Di area Curug
Ciomas terdapat banyak warung. Pengunjung dapat menikmati sajian yang dijual
sambil menikmati suasana tenang dan sejuk khas pegunungan. Dari Curug Ciomas, kami lanjut mengeksplore Taman
Hutan Raya Ir. Djuanda. Dari banyak spot yang bisa dikunjungi atau dijadikan
latar belakang foto, saya menyempatkan untuk eksplore museum yang ada di
tengah-tengah Tahura. Ada banyak koleksi yang disimpan di antaranya
hewan-hewan yang diawetkan, penghargaan/medali dari berbagai negara, infografis
sejarah Tahura Ir. Djuanda, dan peninggalan-peninggalan lainnya. Menurut
pandangan saya Tahura ini dan museum di dalamnya dirawat dengan baik. Semoga
saja kedepannya pengelolaannya semakin baik. Setelah mengeksplore Tahura, kami mencari lokasi yang
pas buat menikmati malam sambil memandang kota Bandung dari ketinggian.
Setelah beberapa kali melihat reviu dan jarak, akhirnya kami memutuskan untuk
menuju ke The Valley. Lokasinya cukup strategis karena berada di ketinggian
yang cukup untuk bisa memandang gemerlap lampu-lampu malam. Selain menawarkan view night lights, resto ini sendiri tertata rapi dengan tenda-tenda bernuansa
yurop. Lampu-lampu di kafe ini temaram dan sangat cocok untuk perbincangan
akrab dan mendalam. Sayangnya harga makanan di sini cukup mahal sehingga kami
tidak memesan terlalu banyak makanan atau minuman. Maklum, akhir perjalanan
ini masih lama. Setelah cukup puas menyaksikan pemandangan dari tempat ini,
kami pun balik ke kawasan kota untuk menuju penginapan. Keesokan harinya pada sekira pukul 09.00, kami
berangkat menuju ke Farm House Lembang. Lokasi wisata ini menjadi salah satu
yang kami tuju karena saat itu Farm House Lembang termasuk lokasi wisata
paling popular. Farm House
Lembang Farm house Lembang merupakan lokasi wisata yang
menurut saya menawarkan konsep terpadu dan lengkap. Di tempat ini hampir
semua aktifitas rekreasi bisa di lakukan, mulai menyusuri bangunan-bangunan
unik, berfoto-foto di miniatur rumah Hobbit, menjelajahi lintasan pedestrian
yang menawarkan pemandangan cantik, atau cukup duduk santai sambil menikmati
suasana. Selain itu pengunjung juga dapat bercengkerama dengan hewan-hewan
lucu dan jinak seperti rusa, domba atau kelinci. Bagi pengunjung yang ingin
berfoto dengan nuansa eropa jaman dulu, di tempat ini juga terdapat jasa sewa
pakaian khas eropa. Jika dipadukan dengan latar belakang beberapa gedung yang
bernuansa klasik, hasil foto dengan menggunakan pakaian eropa tadi akan
menjadi sangat menarik. Konsep tempat wisata seperti ini tentunya sangat
fresh dan bisa menarik banyak pengunjung. Selain masih baru, di tempat ini
wisatawan bisa melakukan banyak sekali aktifitas termasuk di antaranya wisata
kuliner. Ada banyak sekali stand yang menjual berbagai macam jajanan yang
bisa dinikmati baik secara langsung atau dibungkus untuk dinikmati kemudian.
Karena masih baru dan booming plus hari terakhir libur lebaran Farm House
Lembang pada saat itu menjadi sangat padet, crowded, sesak, dan membuat kita
kurang leluasa bermobilisasi. Sebagai lokasi wisata terpadu, tentunya Farm house
juga merupakan arena belanja yang menawarkan berbagai jenis makanan, minuman
dan oleh-oleh untuk buah tangan. Bagi saya farm house Lembang identik dengan
produk olahan susu. Ada banyak gerai yang menawarkan produk-produk dimaksud.
Bahkan tiket masuk pengunjung sudah include penukaran gratis dengan sebotol
susu dengan berbagai pilihan rasa. Puas menjelajahi dan berfoto-foto di Farm house
Lembang, kami melanjutkan explore ke lokasi wisata berikutnya yakni Floating Market. Secara jarak lokasinya tidak terlalu jauh, namun hari itu jalanan
Lembang macetnya luar biasa. Jadinya kami harus bersabar di jalan sebelum
sampai di lokasi wisata ini. Floating
Market Floating market mempunyai konsep wisata yang tak
kalah unik dimana sajian utamanya adalah sebuah danau yang berukuran luas. Di
sebagian besar sisi danau terdapat perahu kecil yang menawarkan jajanan
berbagai macam, berbagai rasa dan berbagai selera. Ada makanan seperti bakso,
lumpia, sate, tahu gejrot, bajigur, es cendol, dan lain-lain. Sepertinya
semua jenis makanan khas nusantara ada dijual di tempat ini. Pengunjung dapat
menikmatinya sambil menikmati pemandangan danau berlatar pegunungan dan
menghirup udara sejuk segar kawasan Lembang.
Selain sajian makanan dan pemandangan danau, masih
ada banyak sekali spot yang bisa diexplore pengunjung. Ada persawahan mini
yang menjadi miniatur persawahan di pedesaan lengkap dengan
bangunan-bangunan penopangnya. Ada juga miniatur tanaman batu, dimana
bebatuan berbagai macam ukuran dan jenis ditata sedemikian rupa hingga
menjadi perpaduan yang apik lengkap dengan tumbuhan-tumbuhan mengelilinginya.
Spot lain yang bisa diexplore adalah jembatan-jembatan cantik dan anggun yang
bisa digunakan menjadi latar foto. Masih ada lagi atraksi-atraksi sebagai berikut: naik
perahu mengelilingi danau, mengendarai sepeda air, memberi makan ikan, atau
sekedar menyusuri jalur pedestrian yang ditata sedemikian rupa. Dan yang
tidak boleh dilupakan, sebagaimana lumrahnya tempat wisata, di Floating
Market juga terdapat toko oleh-oleh berbagai jenis buah tangan baik berupa makanan
maupun kerajinan tangan.
Sebelum sampai di penginapan, kami sempatkan untuk
menikmati makan malam murah meriah di Warung Upnormal. Asik juga suasana
malam hari di Warung Upnormal di Bandung. Melihat pengunjung yang mayoritas
masih muda, berenergi dan bersemangat besar, serta berpenampilan segar
membuat saya bersyukur bisa merasakan suasana seperti ini. Bandung memang
luar biasa. Setelah cukup beristirahat, keesokan paginya kami
menuju ke Alun-Alun Bandung, tepatnya di pelataran Masjid Raya Bandung Jawa
Barat. Karena kami datang pagi-pagi sekali, suasana alun-alun masih relative
sepi dan tidak banyak pengunjung. Alun-Alun
Bandung dan Sekitarnya Pelataran masjid Raya Bandung ini mungkin merupakan
pelataran masjid paling popular di Indonesia. Ada karpet rumput sintetis yang
sangat luas yang bisa dipakai multi fungsi, mulai menampung jamaah sholat,
tempat rekreasi keluarga, atau bisa jadi tempat mencari inspirasi dalam
berbagai hal. Mulai menulis puisi, mengarang lagu, atau merancang perubahan
haluan negara. Hahaha. Selain area luas di depan masjid, ada juga tatanan
bunga-bunga berwarna-warni yang diatur dengan rapi di sisi kiri dan kanan
karpet sintetis. Bunga-bunga ini menambah kesan cantik dari alun-alun ini.
Jika dilihat dari titik terjauh alun-alun, pemandangan Masjid Raya dengan dua
menara ikoniknya, karpet luas dan taman-taman cantik di sekelilingnya
menjadikan view yang ditawarkan terasa lengkap.
Lodge
Maribaya Sebelum menuju ke Lodge Maribaya, kami sempatkan
untuk menjemput teman kami yang asli Bandung. Mayan bisa nambah rame
perjalanan kami. Jadinya kami total berempat sekarang. Syukurlah suasana jalan lumayan lengang, tidak
seperti kemarin yang padet sekali. Dengan situasi jalan yang tidak terlalu
ramai, kami bisa menikmati pemandangan dan perjalanan dengan nyaman. Asyik sekali.
Karena lokasinya cukup jauh kami beberapa kali harus bertanya kepada warga
yang kami temui untuk memastikan bahwa kami tidak salah tujuan. Hal ini
karena kami tidak yakin bahwa maps menunjukkan dan mengarahkan kami ke lokasi
yang tepat, mengingat 2 malam sebelumnya kami disasarkan oleh gmaps ke sebuah
gang buntu yang membuat kami harus berkendara mundur dalam jarak yang cukup
jauh di larut malam. Sampai di parkiran Lodge Maribaya, kami kembali
tersenyum senang karena hanya sedikit kendaraan yang terparkir. Pastinya
jumlah pengunjungnya juga sedikit. Dan benar saja, kami bisa mengeksplore
tempat wisata ini dengan nyaman sekali karena memang sedikti jumlah
pengunjung yang ada. Lodge Maribaya merupakan lokasi wisata yang
menggabungkan lokasi camping di sisi bukit atau gunung dengan menawarkan area
pandang yang luas, cuaca yang sejuk, pepohonan rimbun dan suasana yang tenang
dan asri. Penataan lokasi wisata ini menurut saya sangat bagus sekali. Ada
banyak sekali spot yang bisa dipakai untuk menikmati keindahan alam sambil
menikmati makanan yang bisa dipesan di resto tempat wisata ini. Bagi penyuka fotografi alias suka di foto, ada satu
spot favorit yakni berfoto di sebuah pohon dengan view hamparan pepohonan
menghijau di kawasan perbukitan. Untuk bisa berfoto di tempat ini pengunjung
harus membayar dan mengantri karena peminatnya banyak sekali. Untungnya kami
datang lebih awal sehingga antriannya masih belum panjang.
Selain spot favorit tersebut, masih banyak sekali
lokasi yang bisa dipakai untuk mengabadikan keindahan Lodge Maribaya. Di
antaranya jajaran pepohonan pinus dan bagian atas lodge maribaya dimana kita
bisa memandang area wisata ini dengan lebih leluasa. Pengunjung juga bisa
menikmati sajian kuliner di sini. Saya sempat mencoba es krimnya. Rasanya
enak dan harganya masih masuk akal. Cukup lama saya dan friends mengeksplore Lodge
Maribaya. Saya benar-benar menikmati suasana sejuk dengan pemandangan indah
yang tersaji di area wisata ini. Saya sampai kepikiran kapan-kapan ingin
nge-camp wisata di tempat ini, karena sepertinya dijamin seru dan menyenangkan.
Dari Lodge Maribaya, kami balik lagi ke kawasan kota untuk makan siang di area Stasiun Bandung, berbelanja di Kartika Sari dan kemudian mengembalikan mobil rental kepada pemiliknya. Setelahnya kami kembali ke Jakarta dengan menumpang Kereta Api. Alhamdulillah akhirnya kami kembali ke Jakarta dengan selamat penuh suka dan cerita. Liburan mendadak Bandung ini sangat mengesankan sekali. Dengan perencanaan singkat dan itinerary yang fluid, kami mendapatkan banyak sekali lokasi dan pengalaman yang didapat. Tanpa satupun mall yang masuk dalam list perjalanan kami. Beginilah serunya perjalanan yang diarrange dalam waktu singkat, unsur surprisenya lumayan terasa. Mulai dari dadakan ngemotor di Tahura hingga sedikit jantungan di kawasan Punclut. Begitu serunya.. Semoga suatu saat nanti bisa napak tilas Mendadak Bandung ini. |
Electrochestra Konser 3 Masa: New Experience from New Concept Concert
Menikmati konser secara live merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Apalagi kalau para penampilnya adalah musisi terkenal yang diiringi oleh dua genre musik yang lumayan jauh berseberangan, Elektronic Music dan Orchestra. Namun inilah konsep baru yang menjadi pengalaman pertama saya ketika menyaksikan pagelaran Electrochestra di Hall Basket Senayan Jakarta pada Juli 2023 lalu.
Saya membeli tiket kelas Festival
karena kelas tiket inilah yang paling murah. Secara harga, tiket konser ini
sudah sangat murah kalau melihat artis-artis yang berpartisipasi. Dan itulah
alasan saya membeli tiket konser ini, karena banyak sekali artis-artis yang
sedang hits yang ikut memeriahkan acara. Walaupun murah, namun ternyata konser
ini bukanlah konser asal-asalan. Konser ini digarap dengan sangat baik dan
serius. Tata panggung diatur dengan sangat baik sehingga baik DJ musik elektronik maupun
punggawa Orchestra dapat memberikan penampilan terbaik di atas panggung. Selain itu sound yang dihasilkan oleh
tata suara di konser ini sangat nyaman di telinga. Keindahan musik orchestra dapat
berpadu padan dengan cantik dengan dentuman music modern elektro. Nice job buat Sound Engineer dan para pekerja
seni yang teribat di dalamnya. Pengisi dan pengiring utama acara ini
adalah AVA Orchestra dan DJ Dipha Barus. Adapun artis-artis pengisinya di
antaranya adalah Hivi yang membawakan lagu-lagu dari era 70an seperti Zamrud
Kahtulistiwa dan lagu era 90an Inikah Cinta. Berikutnya ada David Naif. Sayangnya
pada saat membawakan lagu Bujangan ada kendala teknis sehingga lagu yang sudah
disiapkan tidak bisa terdeliver dengan baik. Berbeda ketika lagu Kisah Sedih di
Hari Minggu, David Naif membawakannya dengan baik dengan iringan orchestra yang
megah. Performer berikutnya adalah Elfonda
Mekel. Musisi ini memang benar-benar vokalis yang luar biasa. Dia membawa magis
tersendiri ketika membawakan lagu Simfoni dan Panggung Sandiwara. Iring-iringan
orchestra menjadikan lagu-lagu ini semakin manis dan indah untuk didengarkan.
Tidak hanya tampil sendiri, Once juga berkolaborasi dengan Roy Jeconiah dalam
membawakan lagu Anak Jalanan. Musisi berikutnya yang ikut ambil bagian adalah Fariz Rustam Munaf. Salah satu lagu yang dibawakannya adalah Sakura yang berduet dengan Eka Deli. Karena diiringi oleh gabungan musik elektro dan orchestra, sangat terasa sekali nuansa musik yang unik dan "beda".
Konser berlanjut dengan sederetan artis papan atas silih berganti mengisi acara.
Yang berikutnya menghibur kami semua adalah Ruth Sahanaya. Salah satu lagu yang dibawakannya adalah
Esok Kan Masih Ada. Iringannya adalah music elektro. Sedap sekali racikan
musiknya. Tidak hanya tampil sendiri, Ruth Sahanaya sempat berduet dengan
Sandhy Sondoro dalam membawakan lagu Pesta. Sandhy Sondoro pun tidak
ketinggalan memberikan penampilan solo terbaiknya ketika membawakan lagu Mahadewi
dari Padi. Headliner dari konser ini adalah Kla
Project. Memang luar biasa sekali band yang satu ini. Dari sang vokal
berkarisma Katon Bagaskara, Keyboardis jenius Adi Adrian dan gitaris dengan
sayatan melodis Lilo, ditambah dengan iringan bergantian orchestra dan music
elektro, membuat penghujung dari konser ini begitu memorable. Ketika membawakan
lagu Terpurukku di Sini, kolaborasi Kla Project dengan Ava Orchestra terasa
magis sekali. Indah untuk didengarkan. Luar biasa sekali racikan composernya.
Sayangnya ketika lagu Yogyakarta dibawakan dengan iringan music up beat
elektro, nuansa magisnya seperti hilang. Lagu ini menjadi sesuatu yang berbeda dengan
aslinya dan seperti tanpa punya nyawa. Hanya di momen itu saya merasa ada yang kurang dari konser ini, adapun selebihnya luar biasa, apalagi karena harga tiketnya yang murah. Meski harga tiketnya murah namun animo penikmat music nampaknya tidak terlalu besar. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kursi dan space kosong pada masing-masing kelas penonton. Sayang sekali. Mungkin promosinya yang kurang efektif atau karena waktu konsernya bersamaan dengan konser-konser lain di sekitarnya. Padahal di jajaran VIP penonton terlihat diisi oleh beberapa Menteri diantaranya Erick Thohir, Budi Karya Sumadi, Azwar Anas, dan politisi kondang Adian Napitupulu. Bahkan menteri-menteri tersebut sempat naik ke atas panggung untuk memberikan sedikit sambutan. Konser yang menawarkan hal baru seperti ini sangatlah menarik untuk disaksikan. Dalam beberapa sisi mungkin ada perpaduan yang kurang smooth. Namun selama hentakan dan iramanya bisa membuat tubuh bergoyang, serta membawa memori ke masa kejayaan musik Indonesia, konser seperti ini perlu diapresiasi. |
Senin, 04 November 2024
Ranu Pane dan Ranu Regulo: Memori Touring di Jalanan Berkabut
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan sekitarnya mempunyai banyak sekali lokasi wisata yang bisa dikunjungi. Salah duanya adalah Ranu Pane dan Ranu Regulo. Blog kali ini adalah pengalaman saya mengunjungi tempat tersebut beserta sedikit cerita saat menjangkau dan meninggalkan lokasi tersebut.
Perjalanan ini saya lakukan pada
tanggal 5 Januari 2023 dan dimulai pada pukul 08.25 dari rumah saya di Turen.
Dalam perjalanan ini saya ditemani oleh teman saya di desa, Dani namanya. Namun
tidak sejak awal perjalanan dia menemani saya, karena kami ketemu di salah satu
Indomaret di daerah Poncokusumo. Ini adalah pertama kalinya saya naik
motor ke kawasan Bromo Tengger Semeru. Saya berekspektasi untuk dapat menikmati
perjalanan dan menyaksikan pemandangan di sepanjang jalan dengan nyaman. Namun
tidak semua ekspektasi saya dapat terwujud di antaranya karena hal-hal sebagai
berikut: Pertama adalah jalan yang berkelok-kelok tajam serta kontur naik turun serta kanan kiri jurang khas kawasan pegunungan. Kondisi jalan seperti ini membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi karena apabila pengendara tidak waspada bisa fatal akibatnya. Dengan kondisi tersebut, dalam perjalanan ini saya harus sepenuhnya konsentrasi agar tidak sampai terjadi kecelakaan. Seharusnya untuk perjalanan seperti ini, kecepatan kendaraan tidak boleh melebihi batas, namun demikian rekan saya memacu kendaraannya dengan kencang bahkan setelah beberapa kali saya mengingatkannya untuk melambatkan laju motornya.
Kondisi berikutnya adalah banyaknya
bekas longsor atau lumpur yang masih menyisakan bekasnya di jalan raya.
Material sisa longsor ini tentu saja berbahaya karena membuat licin dan bisa
membuat celaka pengendara yang tidak waspada. Banyaknya titik lumpur di jalan
ini salah satunya karena banyaknya pepohonan yang ditebang untuk keperluan
pertanian dan perkebunan. Dengan berkurangnya pepohonan, maka berkurang pula
halangan alami untuk dapat menahan air hujan dan imbasnya air hujan dan lumpurnya
mengalir bebas ke jalan. Dua hal tersebut membuat saya tidak bisa sepenuhnya menikmati pemandangan hamparan pemandangan menghijau dan kontur pegunungan yang luar biasa indahnya. Saya harus lebih mengutamakan keselamatan sambil sesekali menikmati keindahan di sepanjang perjalanan.
Titik pertama pemberhentian perjalanan
kami adalah view Ngadas. Di tempat ini terdapat lokasi seperti patung jari
dengan latar belakang kawasan perbukitan dengan udara yang cukup dingin dan
menyegarkan. Saya agak kurang excited dengan lokasi ini karena sebagian besar kawasan perbukitan di
tempat ini sudah menjadi lahan pertanian. Kami hanya singgah singkat di tempat
ini untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke titik kedua yakni View Njemplang.
Di lokasi ini pengunjung bisa menyaksikan pemandangan lembah
teletubbies yang diapit tebing dan kaki gunung. View Njemplang merupakan
salah satu titik yang popular di Kawasan BTS. Saat itu kami kurang
beruntung karena cuaca tiba-tiba berubah drastis. Dalam waktu singkat lembah
teletubbies yang awalnya masih bisa dilihat jelas, tiba-tiba tertutup kabut
tebal dan menghalangi pemandangan kami.
Dari Njemplang, kami menuju ke lokasi
tujuan utama kami, yakni Ranupane dengan durasi waktu tempuh kira-30 menit dari
Njemplang. Desa Ranupane merupakan sebuah desa yang masuk dalam kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Walaupun terletak jauh di kawasan
pegunungan di desa ini sudah tersedia fasilitas dasar seperti sekolah, rumah
ibadah, dan homestay. Di Ranupane, kami menitipkan kendaraan di rumah teman
Dani untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Danau Ranupane dengan
berjalan kaki. Danau Ranupane bagi saya mengingatkan pemandangan selayaknya danau-danau di Swiss atau Austria. Danaunya tenang dan bersih dengan view pegunungan dan hamparan pepohonan walaupun di sebagian lain pepohonan tersebut telah menjadi kawasan pertanian.
Di salah satu sudut danau ini terdapat
sebuah amphiteather. Lokasinya sangat strategis untuk penyelenggaraan acara
kebudayaan maupun acara semacam festival musik. Hal ini karena latar belakang
dari amphiteather ini adalah danau yang luas dan pigura alam yang
melengkapinya. Setelah beberapa saat mengabadikan pemandangan dari ampi teather, saatnya kini menuju ke danau kedua di area ini. Ada jalan paving yang tertata rapi untuk ke lokasi ini. Di sepanjang jalan kita bisa menyaksikan keindahan alam luar biasa dalam suasana syahdu. Perpaduan antara danau, pegunungan, pepohonan dan jalan setapak merupakan kombinasi istimewa dari Danau Ranu Pane. Yang tidak bisa digambarkan di dalam blog ini adalah betapa cuaca sejuk dan angin semilir serta formasi awan tebal di tempat ini menyeruakkan sensasi menenangkan.
Danau kedua yang saya tuju adalah Ranu Regulo. Waktu tempuhnya kira-kira 5 menit dengan berjalan kaki dari ujung Ranu Pane.Setelah sebelumnya kagum dengan pemandangan Ranu Pane, kini saya lebih kagum lagi dengan pemandangan di area ini. Walaupun secara ukuran lebih lecil, namun Ranu Regulo memberikan suasana yang lebih menenangkan dan menenteramkan. Hal ini karena kontur perbukitan yang mengelilinginya masih terjaga kelestariannya.
Di kawasan Ranu Regulo telah tersedia toilet, beberapa gazebo, taman-taman kecil, dan area yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Saya melihat bahwa area ini memang diperuntukkan bagi pecinta alam yang ingin lebih lama menikmati pemandangan dan suasananya. Selain itu, area ini juga cocok bagi pecinta fotografi karena ada beberapa spot yang bisa dieksplore dan diabadikan dalam gambar kamera. Salah satu spot yang kudu dimanfaatkan di lokasi ini adalah dermaga tanpa kapal atau jembatan putus. Di spot ini pengunjung bisa mengabadikan moment dengan latar belakang danau dan kawasan pegunungan. Jika cuaca dan waktunya tepat, gambar/foto yang diabadikan pastinya sangat memukau. Sayangnya siang itu cuaca mendung dengan tanda-tanda hujan akan turun. Sehingga gambar yang saya dapat kurang dapat momen yang sesuai harapan.
Sekembali dari Ranu Regulo, baiknya
mencoba mencicipi jajanan di sekitaran Ranu Pane. Rasanya tidak mengeceawakan
dan yang peling penting, harganya murah. Ada beberapa menu yang bisa dicoba,
salah satunya adalah bakso dan gorengan. Menikmati bakso hangat dan gorengan
dalam cuaca sejuk cenderung dingin adalah suatu kenikmatan. Apalagi ditambah
dengan obrolan bersama para warga local. Suasananya gayeng penuh keakraban. Selepas menikmati bakso, kini saatnya
kembali melewati jalanan berkelok dan curam untuk kembali pulang ke rumah.
Berbeda dengan perjalanan berangkat yang masih dalam kondisi terang, pada saat
pulang ini kondisi perjalanan sangat berbahaya. Angin bertiup kencang, hujan
sesekali turun dan yang paling berbahaya adalah kabut tebal yang membatasi
jarak pandang. Kami sempat berhenti sejenak di
Njemplang untuk menyaksikan bahwa panorama lembah bukit teletubbies sama sekali
tidak bisa disaksikan, tertutup oleh kabut yang sangat tebal. Bagi saya suasana
seperti ini lumayan membuat ngeri jika dipaksakan untuk melanjutkan perjalanan.
Namun karena Dani meyakinkan untuk tetap melaju, sayapun memberanikan diri
untuk tetap memacu motor. Mengendarai motor dalam keadaan seperti ini
memunculkan sensasi yang membuat saya bergidik, karena jarang sekali saya
menemui kondisi seperti ini, kondisi dimana terjadi perpaduan antara cuaca
dingin, hujan, kabut tebal, kontur jalan yang membutuhkan konsentrasi tinggi,
serta pemandangan yang tertutup kabut. Mengendarai motor dalam kondisi seperti
itu tentunya harus ekstra hati-hati. Beberapa kali saya harus menekan tuas rem
dalam-dalam dan durasi lama untuk mengendalikan laju motor saat menuruni jalan yang
curam dengan tikungan tajam diujungnya. Saya juga harus memperhitungkan maneuver
saya dalam melahap tikungan terutama di titik blidspot agar tidak terlalu
melebar dan melewati batas marka yang tentunya berisiko tinggi untuk
bertabrakan dengan kendaraan dari arah berlawanan atau bahkan masuk jurang.
Syukurlah
pada saat mencapai daerah Gubuk Klakah, cuaca sudah normal kembali dan saya
bisa memacu kendaraan dengan kencang. Hamdan liLlah karena saya bisa sampai di
rumah dalam keadaan selamat setelah menempuh perjalanan yang cukup memorable. |
Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial
Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...
-
Saya cukup gembira melihat bahwa kini masyarakat pedesaan bisa memanfaatkan peluang bisnis di daerahnya sendiri. Salah satu model peluan...
-
Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu pada saat akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi museum untuk mengenang d...
-
Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo...