Jumat, 04 Januari 2019

Adventure Ujung Kulon, Pesona Keasrian dan Keaslian Alam di Ujung Barat Pulau Jawa


Ujung Kulon, satu nama yang membuatku penasaran karena beberapa hal. Pertama, lokasinya yang berada di ujung barat pulau Jawa. Tentu akan menjadi kepuasan tersendiri bila pernah berada di ujung sebuah pulau yang relatif jarang dikunjungi orang. Kedua, Ujung Kulon merupakan lokasi badak Jawa dilestarikan. Pihak EO open trip kali ini memang tidak menjanjikan kami bisa bertemu dengan fauna yang mempesona ini, namun jika beruntung maka hal ini akan menjadi sensasi tersendiri. Berikutnya, magnet Ujung Kulon terasa sangat besar, sehingga aku merasa bahwa adventure ini akan sangat menantang dan menyenangkan. Dari rasa penasaran tersebut, aku langsung menyatakan ikut saat ditawari ikut open trip adventure ke lokasi ini.

View Ujung Kulon dilihat dari Pulau Peucang
Saat membaca itinerary dari EO adventure ini, aku membayangkan betapa terpencilnya lokasi Ujung Kulon ini. 7 jam perjalanan darat, ditambah 3 jam perjalanan laut wow.. jauh sangat. Namun disinilah rasa penasaranku semakin bertambah, bagaimana rasanya mengunjungi lokasi terpencil yang susah sinyal dan relatif jarang dikunjungi manusia. Berikut catatanku setelah terlibat dalam adventure to Ujung Kulon ini. 
Tenang dan Menenangkan

Meeting point sebagian peserta adalah di Plaza Semanggi. Pemilihan lokasi kumpul ini menurutku sangat strategis karena letaknya lebih mudah dijangkau dari berbagai arah di Jakarta. Ada banyak peserta dalam adventure ini dengan berbagai macam background, ada mahasiswa, pekerja swasta, PNS hingga warga negara asing.
Sejenak Melepas Penat dengan Menikmati Ciptaan Yang Maha Indah

Pukul 22.00 WIB rombongan berangkat naik Elf berkapasitas 19an orang. Sebagai catatan, posisi menentukan kondisi selama perjalanan. Semakin depan lokasi duduk maka akan semakin baik. Karena guncangan di bagian depan kendaraan lebih minim dibanding bagian belakang.
Sekitar pukul 24.00, rombongan sudah sampai di exit tol Serang. Di sini peserta bertambah lagi 3 orang. Masih ada 3 orang lagi yang akan diangkut untuk melengkapi jumlah peserta adventure. Durasi perjalanan selama dari Pandeglang hingga Sumur dihabiskan dengan melewati jalanan dengan kualitas yang sangat buruk, menyebabkan perjalanan tidak terasa nyaman. Selain itu laju kendaraan juga tidak bisa dipacu kencang. Beberapa kali goncangan kuat kami rasakan karena jalanan berlubang dan bergelombang. Alhamdulillah setelah melalui jalanan tersebut kami sampai di pantai Sumur sebelum subuh.
Pantai Sumur, cek point pertama dan lokasi pergantian moda transportasi

Sekitar pukul 6 pagi rombongan menerima briefing dari leader dan kemudian berangkat menggunakan kapal kayu. Di kapal kayu team mendapat sarapan berupa nasi mie. Perjalanan yang menyenangkan karena cuaca cerah walaupun sempat turun hujan gerimis. Menyusuri sepanjang garis pantai dengan pemandangan keramba-keramba penduduk dan hamparan luas laut biru dengan gelombang yang tidak terlalu kuat. Pengalaman yang mengesankan karena dari atas kapal semua peserta adventure ini dapat memandang hamparan luas laut biru dan deburan ombak yang menjadikan laju kapal tidak monoton.
Sambutan Pertama dari Pulau Peucang

Pukul 8.40 team sampai di Pulau Peucang. Pantai di pulau ini cukup Panjang dan sangat bersih. Impresi pertama dari tour ini. Pulau ini cukup luas dan masuk dalam wilayah cagar alam sehingga tidak diperkenankan ada bangunan permanen. EO sempat lama nego kamar penginapan, karena jumlah kamar terbatas dan sempat akan ditempatkan di kamar yang kurang layak. Bagi wisatawan yang menginginkan kamar yang lebih baik, bisa menyewa cottage dengan harga yang cukup mahal. 
Jalur Trekking Menuju Karang Copong

Jalan Terjal Sebelum Mencapai Tujuan

Setelah mendapatkan kamar dan beristirahat sebentar, team menuju ke Karang Copong. Perjalanan diperkirakan membutuhkan waktu 1 jam 30 menit. Lokasi karang copong berada di ujung lain dari pulau Peucang dengan kontur jalan setapak yang landai. Sepanjang perjalanan team melewati hutan yang dibiarkan alami, namun banyak juga pepohonan yang roboh dan menghalangi jalan setapak. Dalam perjalanan banyak juga ditemui kera, rusa dan babi hutan liar. Di antara base camp dan karang copong terdapat pohon tua yang menjulang tinggi dan merupakan salah satu objek terkenal disini yang dinamakan Kiara. Majestic.. Pohon berusia lebih dari seabad yang mengagumkan.
Kiara, the Majestic One with the Adventurers

Karang Copong merupakan sebuah karang yang terpisah dari pulau utama Peucang. Di tengah karang ini terdapat semacam goa yang cukup besar dan dinamakan Karang Copong. Pemandangan di lokasi ini membayar lunas rasa letih karena perjalanan yang cukup jauh dan berat. Dari lokasi tempat rombongan beristirahat, dapat dinikmati gugusan pulau dari kejauhan, karang yang terjal dan laut biru yang berpadu dengan tosca. Namun demikian, pengunjung harus berhati-hati di lokasi ini karena bukit cukup terjal dan tidak ada pengaman yang memadai bagi pengunjung yang akan mendekati ke bibir bukit.
Karang Copong

View Menakjubkan dari Ujung Pulau Peucang

Perjalanan kemballi menuju ke Base camp memakan waktu kira-kira 1 jam 15 menit. Waktu tempuh saat kembali ke base camp lebih singkat karena tidak banyak pakai transit. Kami lanjutkan minum teh sambil menikmati pemandangan laut dan tepi pantai Pulau Peucang.
Sekira pukul 3 sore dan seusai makan siang dan istirahat sebentar, rombongan melakukan snorkelling di salah satu spot di dekat pulau Peucang. Rombongan sempat sebentar melakukan snorkelling karena EO memberikan aba-aba untuk pindah spot demi alasan keamanan. Cuaca saat itu memang tidak terlalu bagus karena angin berhembus dengan kencang yang berakibat derasnya arus laut. Ternyata spot kedua juga tidak kalah berbahaya, karena arus yang sangat deras aku sampai panik karena sempat terbawa arus.
Dari spot ini rombongan diarahkan ke Cidaon, lokasi pemantauan banteng Jawa dan badak Jawa. Dari dermaga cidaon, rombongan berjalan kaki sebentar dan mengamati banteng-banteng liar di padang luas. Tidak jauh dari lokasi pengamatan banteng dan badak ini, kami menuju ke lokasi spot sunset. Kami kurang beruntung karena saat itu cuaca mendung. Selain itu posisi Cidaon kurang strategis untuk berburu sunset karena matahari terhalang bukit. Kondisi relatif berbeda saat rombongan naik kapal, senja berwarna ungu menghiasi perjalanan kapal dari Cidaon ke Pulau Peucang. 
the Adventurers on Pos Pemantauan Badak dan Banteng Jawa Cidaon 

Menara Pantau di CIdaon

Senja Wungu di Ujung Kulon
Selepas bebersih dan berganti pakaian, rombongan makan malam bersama dengan menu seadanya. Pada awalnya aku expect bahwa akan ada semacam api unggun dan malam perkenalan, namun yang terjadi adalah sebagian besar rombongan dan panitia “menanggap” dua peserta adventure dari Belanda yang kebetulan menjadi peserta rombongan OT kali ini.
Keesokan harinya, aku beruntung bangun lebih awal dari pada anggota adventure yang lain. Selepas bebersih dan packing aku berburu sunrise di salah satu tepian pantai di Pulau Peucang. Sunrise kali ini adalah salah satu sunrise paling berkesan. Aku menikmati sunrise di sisi pantai yang tenang, sepi dan sangat bersih. Deburan ringan ombak saling bersusulan menjadikan pagi itu sempurna menjemput sang surya muncul menerangi dunia. Sendirian aku menyusuri dan menikmati pantai yang cukup panjang dengan butiran pasir yang sangat lembut. Cukup lama aku menikmati pagi di tempat ini sambil merasakan besarnya karunia dan keagungan tuhan. 
Pagi Yang Indah di Ujung Kulon

Pantai Peucang di Pagi Hari

Matahari Pagi, Pantai, Deburan Ombak dan Semilir Angin Pagi yang Menakjubkan
Pukul 6 pagi rombongan bersiap. Agenda tim pagi itu adalah menuju arena kanoing di Cigeunteur. Kami berangkat lebih awal supaya mendapatkan spot yang baik nantinya saat melakukan kanoing. Karena alasan ini pula, kami sarapan di atas kapal. Perjalanan kapal memakan waktu sekitar 2 jam. Sesampai di Cigeuntur, kami melakukan kanoing yang dipandu oleh petugas jagawana setempat. Pesen saya, kalo mau melakukan kanoing di Cigeuntuer, pilihlah perahu yang ukurannya besar biar lebih stabil. Kebetulan aku dulu pake kapal kecil bodi batang yang muat untuk total 7 orang, ngerinya karena goyangan dikit aja bikin sampan jadi limbung. Trus jarak bibir sampan ke air deket banget, bukan takut nyemplungnya sih, khawatir aja kalo hp dan kamera ikut berenang. Selepas dari Cigeunteur, rombongan melanjutkan agenda mennuju ke spot snorkelling Pulau Badul.
Lain Kali Kalo ke Cigeunteur, Pilih Aja Sampan Yang Gedean, Lebih Stabil Cuy

Kalo Mo Lihat Aslinya, Kudu Nyemplung Laut Sob..
Pulau Badul merupakan pulau kecil yang ditumbuhi sedikit pepohonan. Di area pulau Badul ini terdapat area penumbuhan karang sebagai usaha untuk melestarikan alam dan fauna yang ada. Di area pulau badul juga terdapat dua patung badak yang menjadi objek wisata tambahan. Jangan harap bisa menyaksikan area penumbuhan karang dan patung badak tersebut dari atas kapal. Pengunjung harus nyemplung dan menyelam untuk bisa melihat dua objek tersebut. Namun demikian harus diperhatikan oleh semua pengunjung lokasi ini, bahwa seringkali arus laut sangat kuat, sehingga pengunjung yang melakukan snorkelling harus lebih waspada dan tidak memaksakan diri untuk menyelam jika kondisi tidak aman. 
Patung Badak di Spot Snorkeling Pulau Badul

the Shadow of Calmness

Lokasi snorkelling di Pulau Badul menyuguhkan spot terbaik dari pada spot-spot yang lain dalam adventure ini. Selain itu, dari kapal juga bisa disaksikan pemandangan laut luas dengan warna-warni natural yang memanjakan mata, serta pulau badul dengan pasirnya yang putih bersih. Selepas melakukan snorkelling, kami makan siang bersama di atas kapal untuk kemudian melanjutkan agenda menuju ke pantai Sumur. 
Pulau Badul

Spot Snorkeling Pulau Badul
Sekira pukul 15.00 kami sampai di lokasi parkir kendaraan yang akan membawa kami ke Jakarta. Karena rombongan kami yang dating paling awal, kami berkesempatan untuk mennggunakan kamar mandi untuk bebersih. Kami juga sempatkan untuk makan makanan yang dijajakan oleh para penjual makanan setempat. Tepat pukul 16.00 rombongan berangkat kembali menuju kembali ke Jakarta. Sebagaimana aku rasakan pada saat keberangkatan, kondisi jalan dari Sumur ke Panndeglang sangat buruk. Kualitas jalan tidak memadai untuk jalur wisata bahkan untuk transportasi sehari-hari. Guncangan demi guncangan silih berganti kami rasakan dari dalam kendaraan untuk durasi yang cukup lama. Dalam masa penderitaan kami menghadapi guncanngan-guncangan ini, kami masih bisa menikmati pemandangan senja dan pantai yang membujur panjang.  Senja saat itu sangat cerah, namun apa daya saat itu kami harus balik ke Jakarta dan hanya bisa menyaksikan indahnya mega senja dari balik jendela. 
Tim Petualang yang Seru
Sekitar pukul 22.30 kami sampai di gerbang keluar pintu tol Tomang. Hujan deras dan petir menyambut kedatangan kami di Jakarta. Aku merasa beruntung hujan deras dan petir ini berlangsung di Jakarta, bukan pada saat rombongan sedang di perjalanan atau ketika berada di Pulau Peucang. Hal mana yang bisa jadi membuyarkan agenda kami di Ujung Kulon. Akhirnya, aku merasa bersyukur bisa mengakhiri adventure of Ujung Kulon dengan lancar dan selamat sampai kembali di Jakarta.
Simak juga video adventure kami di Ujung Kulon melalui link berikut:

Sampa jumpa di blog-blog berikutnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...