Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo Kediri
Jawa Timur. Dalam pengajian ini kitab yang diulas adalah kitab Hikam karangan Ibnu Athoillah Asy-Syakandari dan diselenggarakan secara rutin setiap hari Kamis legi dan diasuh oleh Kyai Haji Anwar Manshur. Berikut sekelumit catatan saya saat mengikuti pengajian Kitab Hikam di Ponpes
Lirboyo.
|
Suasana Pengajian Hikam di Aula Muktamar Lirboyo |
Saya berangkat bersama 5 anggota family dari
rumah pukul 5 pagi dan sampai di Lirboyo Kediri pukul 8.30. Selepas sarapan
bekal, kami segera menuju aula Muktamar, tempat pengajian akan dilangsungkan.
Pukul 9 tepat, Kyai Haji Anwar Manshur selaku pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri
memulai agenda pengajian dengan pembacaan tahlil. Sekira pukul 9.15, Kyai Haji
Anwar Manshur mulai membacakan kitab Hikam. Para santri yang sudah siap dengan
kitabnya masing-masing mulai “ngesahi” atau menuliskan arti dalam kitabnya
masing-masing.
|
Kitab Syarah Al Hikam |
|
"Ngesahi" |
Pembacaan kitab ini dilakukan dalam bahasa jawa sehingga santri
ataupun hadirin yang tidak bisa berbahasa jawa kemungkinan akan kesulitan
memahami dan mengikuti pengajian ini. Saya sendiri, karena tidak mempunyai kitab
dan belum pernah ngaji kitab ini sebelumnya, nebeng mbaca ke family.
Dibandingkan dengan kitab-kitab untuk tingkat dasar pesantren seperti Fathul
Muin dan Fathul Qorib, kitab Hikam ini merupakan kitab tingkat tinggi dengan
banyak istilah-istilah yang kurang familiar buatku. Namun demikian, aku
berusaha untuk tetap mengikuti pengajian ini dengan niat mendapatkan barokah.
|
Ketika Pengajian sedang Berlangsung |
Cukup lama Mbah Kyai Anwar Manshur menyampaikan pengajian
Hikam kira-kira sampai pukul 10 WIB. Seusai mebacakan kitab Hikam, beliau
menyampaikan rasa syukurnya karena masih banyak santri yang menyempatkan untuk
ngaji Hikam. Beliau juga berdoa semoga para santri yang turut serta hadir dalam
pengajian ini mendapatkan keberkahan ilmu dan kesempatan untuk mengikuti
pegajian ini di kesempatan yang akan datang.
|
Semoga Senantiasa Mendapat Barokah |
Momen yang juga ditunggu oleh para santri
adalah mushofahah atau bersalaman dengan sang guru. Hal ini pula yang terlihat
seusai pengajian Hikam di Lirboyo. Para santri harus sabar menunggu kesempatan
untuk dapat bersalaman dengan Mbah Kyai. Jika tidak terlalu terburu-buru,
santri juga bisa menunggu kesempatan mushofahah dengan bercengkerama dengan
rekan sesama alumni yang hadir. Terlihat wajah-wajah sumringah dan penuh
keceriaan karena pertemuan ini seringkali membangkitkan memori saat masih
bersama-sama dalam masa penuh barokah di pondok pesantren.
|
KH Anwar Manshur, Pengasuh Ponpes Lirboyo |
Karena ada beberapa keperluan yang harus
disampaikan langsung kepada Kyai Haji Anwar Manshur, kami tidak mengikuti
mushofahah selepas pengajian, melainkan menunggu beliau di “ndalem” beliau. Setelah
menunggu tidak terlalu lama, alhamdulillah kami berkesempatan bersilaturahmi
langsung dengan beliau. Syukur kepada Allah karena beliau juga berkenan
mendoakan kami dan keperluan yang kami sampaikan.
|
Tak Lupa Berziarah ke Makam Pendiri dan Pengasuh Ponpes Lirboyo |
Agenda kami selanjutnya adalah ziarah ke makam
“muassis” dan para “masyayikh” pondok pesantren Lirboyo. Pada kesempatan itu,
selain kami ada banyak rombongan yang juga berziarah. Lantunan kalimah-kalimah
dzikir dan tahlil terdengar dari para peziarah. Sesaat setelah selesai ziarah,
aku menyaksikan betapa adab dan budaya pesantren masih sangat terjaga. Budaya
itu adalah budaya ta’dhim santri kepada guru. Pada saat itu terlihat betapa
para santri yang sudah lulus menyalami sang ustadz dengan penuh ta’dhim.
|
Adab Santri Kepada Guru |
Mumpung di Lirboyo kami sempatkan untuk membeli
kitab-kitab yang akan digunakan dalam pengajian di kampung kami. Toko kitab di
Lirboyo lumayan lengkap menyediakan dan menjual kitab-kitab utamanya untuk
dunia pesantren. Ada satu hal yang juga menggembirakan dari keberadaan
toko-toko buku di lingkungan pesantren Lirboyo yakni tersedianya banyak buku-buku yang
merupakan terjemahan, ringkasan, penjelasan maupun komentar atas kitab-kitab
klasik. Di satu sisi, hal ini mungkin akan membuat minat santri menguak ilmu
langsung dari kitabnya menjadi menurun. Namun di sisi lain, orang awam atau
santri yang tidak terlalu paham dengan kitab yang dipelajarinya bisa lebih
mudah memahami dan mempelajari kitab klasik khas pesantren.
Berkembangnya
budaya literasi di pondok pesantren tentu saja merupakan hal yang
menggembirakan agar para santri dapat memperkaya pemahaman serta dasar maupun
argumentasi atas suatu permasalahan. Namun demikian, ada kritik yang mesti
disampaikan, yakni banyaknya penggunaan istilah kontemporer dan ilmiah yang terkesan
dipaksakan. Jika tidak hati-hati menggunakan istilah asing atau serapan, maka
bisa memunculkan kesalahan makna sehingga bertentangan dengan maksud yang
sebenarnya ingin disampaikan.
|
Toko Kitab dan Kebutuhan Sehari-hari Santri |
Selepas dari beberapa toko buku di lingkungan pesantren
Lirboyo, kami menunaikan sholat jamak berjamaah di masjid Ponpes Lirboyo. Ada
hal yang unik di sini, yakni pemandangan jerambah dan area masjid yang dipenuhi
santri yang sedang istirahat tidur siang. Para santri yang terlihat kecapean
setelah mengikuti pengajian pagi ini tidur dalam posisi yang tidak beraturan. Hal
ini menyebabkan kami harus berhati-hati dalam melangkah kearah dalam masjid
agar langkah kaki kami tidak menginjak mereka yang sedang terlelap dibuai
mimpi. Alhamdulillah seluruh agenda kami berjalan dengan lancar dan kami bisa
kembali ke kediaman kami dengan selamat.
|
Kenikmatan Hakiki |
|
Tanpa Alas Bermodal Kantuk |
|
Semilir Angin dan Dinginnya Lantai Penawar Panasnya Hari |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar