Rabu, 02 Januari 2019

Pengalaman mengikuti Ngaji Hikam Kemis Legi di Lirboyo


Syukur alhamdulillah pada hari Kamis 27 Desember 2018 lalu, saya berkesempatan mengikuti pengajian kitab Hikam di pondok pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. Dalam pengajian ini kitab yang diulas adalah kitab Hikam karangan Ibnu Athoillah Asy-Syakandari dan diselenggarakan secara rutin setiap hari Kamis legi dan diasuh oleh Kyai Haji Anwar Manshur.  Berikut sekelumit catatan saya saat mengikuti pengajian Kitab Hikam di Ponpes Lirboyo.
Suasana Pengajian Hikam di Aula Muktamar Lirboyo
Saya berangkat bersama 5 anggota family dari rumah pukul 5 pagi dan sampai di Lirboyo Kediri pukul 8.30. Selepas sarapan bekal, kami segera menuju aula Muktamar, tempat pengajian akan dilangsungkan. Pukul 9 tepat, Kyai Haji Anwar Manshur selaku pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri memulai agenda pengajian dengan pembacaan tahlil. Sekira pukul 9.15, Kyai Haji Anwar Manshur mulai membacakan kitab Hikam. Para santri yang sudah siap dengan kitabnya masing-masing mulai “ngesahi” atau menuliskan arti dalam kitabnya masing-masing. 
Kitab Syarah Al Hikam

"Ngesahi"

Pembacaan kitab ini dilakukan dalam bahasa jawa sehingga santri ataupun hadirin yang tidak bisa berbahasa jawa kemungkinan akan kesulitan memahami dan mengikuti pengajian ini. Saya sendiri, karena tidak mempunyai kitab dan belum pernah ngaji kitab ini sebelumnya, nebeng mbaca ke family. Dibandingkan dengan kitab-kitab untuk tingkat dasar pesantren seperti Fathul Muin dan Fathul Qorib, kitab Hikam ini merupakan kitab tingkat tinggi dengan banyak istilah-istilah yang kurang familiar buatku. Namun demikian, aku berusaha untuk tetap mengikuti pengajian ini dengan niat mendapatkan barokah.
Ketika Pengajian sedang Berlangsung
Cukup lama Mbah Kyai Anwar Manshur menyampaikan pengajian Hikam kira-kira sampai pukul 10 WIB. Seusai mebacakan kitab Hikam, beliau menyampaikan rasa syukurnya karena masih banyak santri yang menyempatkan untuk ngaji Hikam. Beliau juga berdoa semoga para santri yang turut serta hadir dalam pengajian ini mendapatkan keberkahan ilmu dan kesempatan untuk mengikuti pegajian ini di kesempatan yang akan datang.
Semoga Senantiasa Mendapat Barokah
Momen yang juga ditunggu oleh para santri adalah mushofahah atau bersalaman dengan sang guru. Hal ini pula yang terlihat seusai pengajian Hikam di Lirboyo. Para santri harus sabar menunggu kesempatan untuk dapat bersalaman dengan Mbah Kyai. Jika tidak terlalu terburu-buru, santri juga bisa menunggu kesempatan mushofahah dengan bercengkerama dengan rekan sesama alumni yang hadir. Terlihat wajah-wajah sumringah dan penuh keceriaan karena pertemuan ini seringkali membangkitkan memori saat masih bersama-sama dalam masa penuh barokah di pondok pesantren.
KH Anwar Manshur, Pengasuh Ponpes Lirboyo
Karena ada beberapa keperluan yang harus disampaikan langsung kepada Kyai Haji Anwar Manshur, kami tidak mengikuti mushofahah selepas pengajian, melainkan menunggu beliau di “ndalem” beliau. Setelah menunggu tidak terlalu lama, alhamdulillah kami berkesempatan bersilaturahmi langsung dengan beliau. Syukur kepada Allah karena beliau juga berkenan mendoakan kami dan keperluan yang kami sampaikan.
Tak Lupa Berziarah ke Makam Pendiri dan Pengasuh Ponpes Lirboyo
Agenda kami selanjutnya adalah ziarah ke makam “muassis” dan para “masyayikh” pondok pesantren Lirboyo. Pada kesempatan itu, selain kami ada banyak rombongan yang juga berziarah. Lantunan kalimah-kalimah dzikir dan tahlil terdengar dari para peziarah. Sesaat setelah selesai ziarah, aku menyaksikan betapa adab dan budaya pesantren masih sangat terjaga. Budaya itu adalah budaya ta’dhim santri kepada guru. Pada saat itu terlihat betapa para santri yang sudah lulus menyalami sang ustadz dengan penuh ta’dhim.
Adab Santri Kepada Guru
Mumpung di Lirboyo kami sempatkan untuk membeli kitab-kitab yang akan digunakan dalam pengajian di kampung kami. Toko kitab di Lirboyo lumayan lengkap menyediakan dan menjual kitab-kitab utamanya untuk dunia pesantren. Ada satu hal yang juga menggembirakan dari keberadaan toko-toko buku di lingkungan pesantren Lirboyo yakni tersedianya banyak buku-buku yang merupakan terjemahan, ringkasan, penjelasan maupun komentar atas kitab-kitab klasik. Di satu sisi, hal ini mungkin akan membuat minat santri menguak ilmu langsung dari kitabnya menjadi menurun. Namun di sisi lain, orang awam atau santri yang tidak terlalu paham dengan kitab yang dipelajarinya bisa lebih mudah memahami dan mempelajari kitab klasik khas pesantren. 
Berkembangnya budaya literasi di pondok pesantren tentu saja merupakan hal yang menggembirakan agar para santri dapat memperkaya pemahaman serta dasar maupun argumentasi atas suatu permasalahan. Namun demikian, ada kritik yang mesti disampaikan, yakni banyaknya penggunaan istilah kontemporer dan ilmiah yang terkesan dipaksakan. Jika tidak hati-hati menggunakan istilah asing atau serapan, maka bisa memunculkan kesalahan makna sehingga bertentangan dengan maksud yang sebenarnya ingin disampaikan.
Toko Kitab dan Kebutuhan Sehari-hari Santri
Selepas dari beberapa toko buku di lingkungan pesantren Lirboyo, kami menunaikan sholat jamak berjamaah di masjid Ponpes Lirboyo. Ada hal yang unik di sini, yakni pemandangan jerambah dan area masjid yang dipenuhi santri yang sedang istirahat tidur siang. Para santri yang terlihat kecapean setelah mengikuti pengajian pagi ini tidur dalam posisi yang tidak beraturan. Hal ini menyebabkan kami harus berhati-hati dalam melangkah kearah dalam masjid agar langkah kaki kami tidak menginjak mereka yang sedang terlelap dibuai mimpi. Alhamdulillah seluruh agenda kami berjalan dengan lancar dan kami bisa kembali ke kediaman kami dengan selamat. 
Kenikmatan Hakiki

Tanpa Alas Bermodal Kantuk
Semilir Angin dan Dinginnya Lantai Penawar Panasnya Hari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...