Sabtu, 23 Mei 2020

Catatan dan Kesan Semasa Bertugas di Bumi Anoa: Edisi Kabupaten Muna

Penugasan sebagai abdi negara di daerah merupakan sebuah peluang untuk dapat menjelajahi pelosok negeri. Kesempatan ini tidak didapat oleh semua orang bahkan oleh sesama abdi negara sekalipun. Agar pengalaman saat bertugas di daerah tetap terdokumentasikan, berikut ini saya sajikan catatan perjalanan atau kesan saat saya menjalankan penugasan ke daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Edisi kali ini adalah Kabupaten Muna.
Suasana Pagi di Dermaga Perikanan Raha
Kabupaten Muna merupakan satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang lokasinya berada di sebuah pulau bernama pulau Muna. Pada saat saya bertugas di Sulawesi Tenggara, keseluruhan Pulau Muna merupakan wilayah (kecuali sebagian kecil) dari Kabupaten Muna. Saat ini wilayah kabupaten ini telah dimekarkan menjadi dua kabupaten yakni Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat.
Tugu Jati Raha
Ibukota kabupaten ini adalah Raha. Lokasi kota ini sangat strategis dengan pelabuhannya yang menjadi perlintasan kapal penumpang antara Kendari dan Baubau. Namun demikian, walaupun lokasinya strategis, perkembangan kota Raha pada khususnya dan Kabupaten Muna pada umumnya saya nilai tidak terlalu signifikan. Beberapa kali bertugas di kabupaten ini, saya tidak menyaksikan perkembangan yang cukup drastis utamanya dari sisi infrastruktur. Di beberapa lokasi di kota Raha, kualitas jalannya tidak terlalu bagus dan  ada banyak tambalan aspal yang justru menjadikan jalan tidak nyaman dilewati. Fasilitas pasar di kota ini juga kurang rapi dan terkesan semrawut. Kesemrawutan ini diantaranya disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang parkir tidak pada tempatnya. Penduduk kabupaten Muna banyak yang berprofesi sebagai nelayan, namun demikian, dermaga perikanan yang ada masih tidak memadai untuk menampung aktifitas perekonomian dari sektor kelautan.
Aktifitas Perekonomian di Bidang Perikanan
Satu hal yang disayangkan dari program pembangunan di Kabupaten Muna adalah dibangunnya areal reklamasi yang bagi saya pribadi terkesan mubazir. Sebagian dari proyek reklamasi dibangun sebagai jalan raya dua arah yang bagus hasilnya. Namun ada juga proyek timbunan yang tidak terlihat fungsinya. Hanya berupa timbunan di atas laut, tanpa bangunan dan tidak pula dapat digunakan sebagai akses jalan. Hal ini sangat disayangkan karena anggaran besar yang digunakan untuk menimbun laut seharusnya bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang lebih mendesak, seperti pembangunan jalan penghubung Raha-Baubau, perbaikan infrastruktur jalan dalam kota serta penataan kawasan pelabuhan perikanan untuk memaksimalkan produksi perikanan setempat. Proyek reklamasi laut tentu saja membutuhkan biaya yang sangat besar. Dikarenakan terbatasnya anggaran pada Pemerintah Kabupaten Muna, proyek reklamasi tentu saja menjadi beban pemerintah, pimpinan dan warga Muna di periode selanjutnya.
Aktifitas Perdagangan di Pasar Panjang Laino

Pasar Panjang di kala Pagi, Sepi

Areal reklamasi di Muna luar biasa besar dan masif dibanding dengan program serupa di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara. Salah satu alasan yang digunakan untuk reklamasi ini adalah pelaksanaan Pekan Olah Raga Provinsi atau Proprov tahun 2007. Dengan agenda tersebut dibangunlah arena dayung, gedung olah raga,dan arena kolam renang, yang sebagian besar didirikan di areal reklamasi. Pada saat terakhir saya bertugas di Kabupaten ini, kondisi bangunan SOR dan arena renang terlihat kurang terawat.
Arena MotoGP, Sirkuit (P)Raha
Selain bangunan arena olah raga, di kawasan reklamasi ini juga didirikan sebuah masjid berukuran besar. Dari jauh, kubah masjid ini terlihat megah menjulang. Pada saat saya terakhir bertugas ke kabupaten ini di tahun 2015, terlihat bahwa progres pembangunan masjid ini sudah berhenti sejak waktu yang lama. Progres pembangunan yang mandeg ini menunjukkan adanya program pembangunan yang kurang terencana serta kurang terlaksana dengan baik.
Siluet Pembangunan Masjid yang Mandeg di Area Reklamasi
Beralih ke fasilitas pendukung seperti penginapan dan restoran, Kota Raha mempunyai penginapan yang untuk ukuran sekarang sudah ketinggalan jaman. Sedangkan untuk wisata kuliner ada sedikit pilihan yang rekomended untuk menikmati sajian khas setempat diantaranya RM Roxi dan RM Coto Je'neberang. Selain itu, ada juga restoran fancy yang dibangun di atas kolam buatan di jalan Wolter Monginsidi. Untuk menikmati makanan di tempat ini harus reservasi terlebih dahulu dikarenakan proses masaknya yang membutuhkan wakyu cukup lama. 
Salah Satu Sudut Area Reklamasi yang Menjadi Spot Rekreasi
Untuk obyek wisata yang bisa dikunjungi di kabupaten ini, saya hanya bisa merekomendasikan Napabale. Obyek wisata ini merupakan danau berukuran luas yang terhubung langsung ke laut dengan air yang jernih. Di obyek wisata ini terdapat gua yang menghubungkan antara danau dengan laut selat Buton. Jika air laut surut, pengunjung dapat melintasi gua tersebut menggunakan perahu kecil untuk bisa menyusuri pantai dan menikmati pemandangan yang lebih luas. Pesan saya, jangan lupa pakai topi, sun block, kacamata hitam, payung, dan bawa duit kalau ingin mengunjungi lokasi wisata ini. Ndak perlu saya jelaskan apa kegunaan barang-barang tersebut.
Danau Napabale Lohia Muna

Bagi saya, momen terbaik di Raha adalah pada saat senja hari sambil menikmati gorengan atau cilok sambil duduk di tepi pantai menikmati pemandangan selat Buton dan aktifitas di laut. Hembusan angin laut dan deburan ombaknya bisa menjadi kompensasi dari cuaca panas Kota Raha yang luar biasa menyengat. 
Yuk Touring Bareng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...