Sabtu, 02 Mei 2020

Pelesir Ranah Minang: Traveling Akhir Tahun yang Mengesankan

Travelling merupakan salah satu aktivitas rekreasi yang bisa membuat pikiran menjadi lebih terbuka dan merupakan sarana melepas penat yang efektif karena rutinitas pekerjaan. Selain itu, bagi saya manfaat travelling paling utama adalah untuk semakin mengenal kekayaan budaya, sejarah  serta memperkaya pengetahuan dan pengalaman kita tentang daerah-daerah di nusantara.
Pelesir Ranah Minang

Traveling edisi kali ini mengambil lokasi di Ranah Minangkabau. Ada beberapa lokasi yang sempat saya eksplore dengan rentang jarak lokasi yang sangat jauh. Dari satu ujung ke ujung yang lain. Adapun partner traveling kali ini adalah rekan sekantor yang juga bertindak sebagai juru kemudi selama tour de Ranah Minang ini.
Saya tiba di Bandara Minangkabau pada tengah hari dalam cuaca yang cerah. Dari bandara kebanggan Sumatera Barat ini, kami mencoba moda transportasi baru untuk menuju ke Kota Padang yakni kereta bandara. Akses dari bandara menuju ke stasiun KA ini dipermudah dengan dibangunnya koridor khusus yang bagus, baru dan nyaman. Begitu juga dengan ruang tunggu keberangkatan yang dilengkapi dengan tempat ibadah dan sarana bermain anak.
KA Bandara Minangkabau
Setelah menunggu beberapa saat, KA berangkat. Kesan yang saya dapat, kereta yang melaju perlahan ini sangat nyaman dengan AC yang distel tepat. Saat itu, kereta berangkat dengan sedikit penumpang. Namun sayang kereta tiba-tiba macet di stasiun pertama. Setelah beberapa saat, kereta akhirnya dapat melaju kembali untuk kembali macet di tengah perjalanan, kali ini di lokasi yang jauh dari stasiun. Karena macetnya terlalu lama, kami akhirnya turun dari kereta untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kendaraan taksi online.
Kereta Karam :)
Sebelum beristirahat, kami sempatkan makan malam di RM Martabak Arham yang sangat popular di kota Padang ini. Disamping menu utama yakni martabak daging, menu lain yang saya pesan adalah nasi goring kambing yang lemaknya memanjakan mulut namun membuat lengket tenggorokan.
Rasa Tidak Pernah Mengecewakan
Wisata kuliner malam itu masih berlanjut. Kali ini kawasan RST yang kami jelajahi untuk menikmati durian. Mungkin karena saat itu musim hujan dan kami masih merasa kenyang, rasa durian yang kami nikmati tidak terlalu mengesankan. Tidak seperti ekspektasi kami yang mengharapkan durian dengan rasa yang benar-benar nikmat dengan tekstur buah yang tebal dan biji yang tipis.
Masih Kenyang Tapi Pengen
Keesokan harinya kami memulai menjelajahi ranah Minang tepatnya menuju ke obyek wisata Kelok Sembilan di daerah Payakumbuh. Kami berangkat pagi hari menggunakan mobil rental dalam suasana pagi yang cerah dan pemandangan segar musim hujan yang indah. Suasana jalan pagi itu tidak terlalu ramai, sehingga kami dapat menikmati pemandangan di sepanjang jalan tanpa terlalu sering dihalangi punggung truk-truk besar pengangkut barang.
Disuguhi Pemandangan Indah Sepanjang Perjalanan

Kawasan Kelok sembilan berlokasi sangat jauh dari kota Padang. Untuk menuju ke kota ini ada beberapa tempat wisata yang kami lewati seperti air terjun Lembah Anai, taman nasional Kerinci Seblat serta beberapa kota yakni Kota Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Perjalanan ini sangat mengesankan, karena kami disuguhi pemandangan hijaunya perbukitan dan rimbunnya pepohonan. Selain itu udara yang kami hirup juga segar terutama saat mobil kami melaju di kawasan pegunungan. Saya salut dan mengagumi bagaimana masyarakat minang menjaga dan melestarikan alamnya. Seandainya semua warga Indonesia memperlakukan bumi sebagaimana orang minang, saya yakin tingkat kerusakan alam karena keserakahan di bumi Indonesia akan berada pada tingkat yang rendah.

Banyak Scene Iconic Tersaji
Sebelum kami sampai di kelok sembilan saya sempat berdiskusi sebentar dengan partner yang menyarankan agar sebaiknya mampir dulu di Lembah Harau, sebuah obyek wisata alam yang indah. Saya setuju karena lokasinya tidak jauh dari Kelok Sembilan.
Lembah Harau tidak Hanya Ini
Dari kejauhan Lembah Harau tampak bagaikan sebuah lahan yang luas yang dibatasi oleh benteng terjal yang memanjang dan berselimut kabut tebal, sebuah pemandangan yang sungguh menakjubkan. Di beberapa titik, terlihat air terjun yang tinggi yang menyalurkan air dari atas bukit ke lembah dibawahnya. Menyusuri jalan di bawah bukti di kawasan ini memunculkan experience tersendiri karena nuansa bumi basah selepas hujan ditambah dengan pemandangan menakjubkan merupakan pengalaman yang tidak saya sangka sebelumnya. Kami sempatkan untuk berhenti di sebuah air terjun berukuran besar dengan debit air yang deras. Saya tidak tahu nama air terjun ini tapi saya sangat menikmati hempasan air terjun ini yang jangkauan percikannya cukup jauh. Selain menikmati pemandangan air terjun dan dinginnya air yang menyegarkan, kami juga menikmati pisang goreng kipas dari penjual setempat. Nikmat walaupun sudah tidak lagi hangat.
Satu Dari Banyak Air Terjun di Lembah Harau
Been There

Dari Lembah Harau kami melanjutkan ke lokasi tujuan utama kami hari itu yakni Kelok Sembilan. Lokasinya tidak jauh dari kawasan Lembah Harau, dengan melewati kawasan hutan lebat dan jalanan yang kualitasnya bagus dan mulus. Sekitar 20 menit dari Lembah Harau, kami sampai di Kelok Sembilan, sebuah mahakarya arsitektur yang tidak hentinya membuat saya kagum. Sejak awal titik pendakian kendaraan, saya merasa bangga bahwa anak bangsa mampu membuat karya konstruksi semegah dan semasif ini. Salut untuk para perancang, pembangun dan seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan megaproyek ini.  Kelok 9 ini merupakan jalur pengganti dari jalur asli yang tingkat kecuraman dan kesulitannya sangat tinggi. Dengan adanya jalur baru ini, angkutan penumpang dan barang dapat melintas dengan lebih mudah dan aman.
Mahakarya Infrastruktur di Jalur Utama Padang-Pekanbaru


Kemegahan Karya Anak Bangsa di Kelok Sembilan

Jalur Asli Kelok Sembilan, Curam dan Terjal

Cuaca di Kelok Sembilan saat itu mendung dengan hembusan angin yang tidak terlalu kencang. Cuaca dan sejuknya udara saat itu menjadikan suasana Kelok Sembilan terasa istimewa. Selain kami, ada banyak pengunjung yang berhenti di beberapa sisi Kelok Sembilan terutama di warung-warung yang banyak tersedia di beberapa sisi jalan.
Perpaduan Sempurna Cuaca Dingin, Perut Lapar dan Makanan Nikmat
Sesudah beberapa lama berada di lokasi ini kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke kota Padang. Sebelumnya kami sempatkan untuk makan siang di sebuah kedai dengan sajian khasnya ikan goreng dan rambak kuah bumbu. Dalam perjalanan pulang, kami juga sempat melewati kota Bukittinggi dan numpang sholat di sebuah masjid di kota ini.
Menunaikan Ibadah Selagi Sempat
Syukurlah perjalanan kami lancar hingga sampai di kota Padang. Sebelum istirahat, kami sempatkan untuk makan malam di kedai Soerabi Enhai. Makan malam yang nikmat dengan porsi yang terlalu banyak.
Keesokan harinya kami melanjutkan explore Ranah Minang. Awalnya saya kira jalur menuju kawasan Mandeh adalah jalur landai seperti kawasan pantai utara Jawa. Namun perkiraan saya salah, kami disuguhi pemandangan kawasan perbukitan yang rimbun, hijau dan indah serta kawasan persawahan yang menyegarkan dipandang. Saya semakin salut dengan masyarakat Minang, karena hampir semua warga dan wilayah mengelola alam dan lingkungan dengan baik.
Jajaran Perahu Nelayan di Mandeh
Kami memasuki kawasan Mandeh dari sisi selatan. Karena tidak paham lokasi kawasan ini, kami berhenti ketika ada calo parkir yang melambai kepada mobil kami untuk berhenti. Kami pun berhenti karena ada spot foto bagus di daerah situ. Kami tidak tahu dan lupa bertanya nama spot ini, yang kami tahu pemandangan di lokasi ini sangat strategis. Ada hamparan laut luas yang biru serta sekumpulan  kapal nelayan yang rehat dari kegiatan melaut. Dari spot ini kami juga dapat menikmati pemandangan kontur perbukitan Mandeh dan jalur jalan yang meliuk-liuk melintasi sisi bukit. Di spot ini terdapat beberapa penjual makanan dan minuman serta kursi-kursi yang ditata dengan menghadap ke laut. Kami memesan minuman dan duduk menghadap ke laut untuk menikmati pemandangan dan suasana Mandeh.
Menyaksikan Mandeh Dari Ketinggian

Posisi Strategis Untuk Menyaksikan Keindahan Mandeh
Cukup lama kami berada di spot ini karena memang pemandangan yang ditawarkan benar-benar indah. Dari spot ini kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Kota Padang. Infrastruktur jalan di kawasan ini sangat mulus dan bagus namun sangat curam. Perlu skill mumpuni untuk bisa melahap jalur ini dengan mengendarai mobil.
Spot Keren Mandeh, Jalan di Sisi Tebing Dengan View Laut 
Di luar dugaan saya, ternyata kawasan Mandeh ini sangat luas. Ada banyak sekali spot wisata dengan berbagai  jenis view yang ditawarkan, baik berupa bukit, pantai maupun tepian jalan. Kami sempat spontan berhenti di sebuah pantai yang tidak terlalu luas namun lautnya tenang dan pemandangannya tak kalah indah. Suasananya menyenangkan dan menenangkan karena tidak banyak pengunjung yang datang.
Sebuah Pantai di Kawasan Mandeh
Dari kawasan Mandeh kami berhenti untuk makan siang di RM Keluarga yang terkenal dengan menu gulai kepala ikannya, Gulai kepala ikan ini sangat istimewa dan nikmat. Pas dinikmati pada saat perut sedang dalam kondisi mengenaskan seperti pada saat itu.
RM Keluarga dengan Menu Utama Gulai Kepala Ikan

Kembali ke Kota Padang, kami lanjut menuju ke Masjid Raya Sumatera Barat. Masjid dengan bangunan yang unik dan indah ini membuat saya terkesima. Interior masjid ini seperti didesain agar para jamaah betah dan khusyuk beribadah didalamnya. Selain itu terlihat pembangunan masjid ini sudah menerapkan teknologi tinggi sehingga dapat menghemat daya listrik yang dikonsumsi. Masjid yang sangat megah ini dilengkapi dengan taman yang indah serta lahan parkir yang luas. Ada juga beberapa bangunan pelengkap yang menjadikan kawasan masjid ini menjadi multifungsi untuk pemberdayaan umat.
Masjid Raya Sumatera Barat

Interior dan Mihrab Masjid Raya Sumbar

Selepas mengagumi masjid kebanggaan masyarakat Sumatera Barat di Kota Padang ini, kami menuju ke lokasi terakhir hari itu yakni pantai Muaro Lasak kota Padang. Saat itu hari sudah sore menjelang senja. Banyak warga yang memadati kawasan itu sambil menikmati berbagai macam makanan yang dijajakan oleh para penjual makanan. Cuaca saat senja kala itu tidak terlalu bagus, mendung tebal menutupi pemandangan di arah barat, arah dimana matahari akan tenggelam berganti malam. Tidak terlalu lama kami berada di sini, karena tidak lama kemudian hujan turun dengan derasnya membuat para pengunjung pantai kocar-kacir berlindung dari kebasahan.
Senja Berselimut Awan Sebelum Hujan Deras Menerpa
Dari pantai ini kami selanjutnya mengembalikan mobil rental dan lalu menuju ke Bandara untuk kembali ke ibukota. Satu kisah lagi yang ingin saya tambahkan adalah kengerian saya saat terbang dalam kondisi cuaca yang tidak baik. Di luar pesawat, petir saling menyusul menciptakan kilatan cahaya yang membuat bergidik ngeri. Syukurlah sampai pesawat mendarat di Bandara Soekarno Hatta, tidak ada insiden berbahaya yang menimpa pesawat dan penerbangan kami.
Pelesir Minangkabau Akhir Tahun 2019

Kami beruntung dapat melakukan adventure di ranah Minang dengan mengunjungi banyak lokasi tanpa ada halangan berarti. Hal ini merupakan suatu anugerah yang sepatutnya selalu saya syukuri. Semoga nantinya saya masih banyak berkesempatan mengunjungi dan mengeksplor lokasi baru dan menambah pengalaman serta cerita yang bisa saya bagikan. Siapa tahu bisa menjadi inspirasi dan semoga tidak membuat orang lain menjadi iri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...