Rabu, 27 Juni 2018

Theatre of Dreams, Where the Dream Comes True

Selama menempuh Pendidikan di UK, aku dua kali menyaksikan pertandingan  the red devils Manchester United. Yang pertama pada saat MU bertandang ke the Hawtorn kandang West Bromwich Albion. Pertandingan tersebut merupakan pertandingan liga premier Inggris dengan hasil 2-0 untuk kemenangan MU. Yang kedua adalah ketika MU berjuang dalam perempat final European Cup melawan kesebelasan asal Belgia, Anderlecht. Berikut ini sekelumit catatan perjalanan saat menonton laga yang kedua.

 








Pada awalnya aku tidak mempunyai niat untuk menyaksikan laga MU di Old Trafford, baik di liga maupun di kompetisi lainnya. Namun hal ini berubah ketika ada teman yang menjual tiket yang sudah kadung dibelinya karena ada agenda lain. Segera kusambar kesempatan tersebut. Selain harganya murah, hanya 18 Poundsterling, laga ini merupakan fase perempat final MU di Liga Europa. Yang paling utama, pertandingan ini dihelat di Old Trafford, kandang MU. Dream comes true. Tidak lama lagi kesampaian juga menonton MU di kandangnya.
Rejeki Anak Adoh Paran, Tiket Murah 18 Pound
Pada hari H, tanggal 20 April 2017, aku berangkat menggunakan kereta East Midland dari Nottingham Station dengan tujuan Piccadily Station. Perjalanan memakan waktu selama kurang lebih 2 jam dan tiba di Manchester pukul 10 waktu setempat. Aku sengaja berangkat pagi dari Nottingham agar punya banyak waktu untuk explore kota Manchester. Ada banyak lokasi yang bisa dikunjungi di Kota ini antara lain National Football Museum, Manchester Cathedral, Manchester Library serta City Centre. Selain itu aku berangkat pagi karena harus mengambil tiket pertandingan terlebih dahulu yang dipegang oleh salah satu kolega di UK.
Patung Queen Victoria di City Centre Manchester
Setelah mengantongi tiket pertandingan, aku menuju lokasi terdekat yang bisa dikunjungi dari posisiku saat itu, yakni Manchester Cathedral. Dari luar, ukuran gedung gereja ini tidak terlalu besar atau megah. Namun pepohonan di sisi luar Katedral ini sangat indah dan rindang. Tidak puas hanya melihat bangunan ini dari luar, aku memberanikan diri masuk ke dalam katedral karena penasaran dengan interior di dalamnya. Aku semakin kagum dengan karya arsitektur katedral ini. Bagian interior gereja ditata dengan indah dan semakin menambah kesakralan lokasi ibadah ini.
Bunga Mekar di Manchester Cathedral

Suasana di Dalam Manchester Cathedral

Manchester Cathedral
Puas melihat-lihat eksterior dan interior Manchester Cathedral, aku lanjut ke The National Football Museum. Lokasinya sangat dekat dengan Katedral Manchester. Mungkin 5 menit ngesot. Museum ini free admission alias gratis. Namun pengunjung bisa berdonasi untuk membantu biaya operasional museum ini. Bagian awal dari museum ini adalah piala FA dan Liga Premier Inggris. Disini pengunjung bisa berfoto dengan kedua piala tersebut. Di area yang sama juga terdapat replika jersey semua tim peserta kompetisi liga Inggris.
Replika Jersey Klub-Klub Sepakbola Liga Inggris

Photo Session with Premier League Cup and FA Cup
Naik ke lantai dua, terdapat kronologis tentang permainan sepak bola. Versi museum ini, permainan sepak bola berasal dari China dan berkembang dengan pesat sampai saat ini. Lebih jauh museum ini menyimpan koleksi piala-piala yang pernah diperebutkan oleh klub-klub sepak bola Inggris. Selain itu ada pula sejarah mengenai pendukung-pendukung fanatik sepakbola serta hal-hal negatif yang ditimbulkannya. Salah satunya adalah tragedy Heysel Belgia yang banyak menelan korban jiwa. 
Level yang Berbeda dari Fanatisme Sepakbola

Sedikit yang Tersisa dari Tragedi Munich
Beralih ke bagian lain, terdapat sejarah lengkap mengenai penyelenggaran Piala Dunia. Ruangan ini dilengkapi dengan reportase serta liputan mengenai hal-hal unik dalam penyelenggaraan tiap Piala Dunia. Lebih jauh lagi, pada dinding kaca salah satu sisi bagian dalam museum ini dipatrikan nama-nama klub pemenang Liga Champions Eropa.
Lantai teratas di museum ini dikhususkan untuk mengingat sejarah penyelenggaraan piala dunia tahun 1966 di Inggris. Sebagai informasi, pemenang piala dunia edisi tersebut adalah Inggris yang membukukan kemenangan melawan Jerman Barat. Karena edisi khusus piala dunia Inggris, banyak sekali informasi dan pernik-pernik yang ditampilkan di museum ini. Melihat ruangan ini dan koleksinya, masih terasa sekali euforia atas keberhasilan Inggris dalam meraih Piala Dunia satu-satunya tersebut.
Puas mengunjungi museum ini, aku beralih mencari lokasi makan siang bekal yang aku bawa dari Notts, nasi, mie goreng dan telur mata sapi. Karena capek puter-puter buat nyari tempat, akhirnya aku putuskan untuk makan siang di area terbuka. Cuek aja walo banyak orang lalu Lalang. Ga ada yang kenal juga :P.
Exchange Square, Tempat Makan yang Ramai :p 
Lokasi berikutnya yang aku tuju adalah Rylands Library, gedung perpustakaan hibah dari dermawan Manchester. Kebetulan sekali saat itu aku ketemu dengan 2 orang teman sesama penerima beasiswa Spirit yang akan menyaksikan pertindangan yang sama. Selanjutnya kami bertiga menuju ke Rylands Library. Library ini terbilang megah dengan koleksi yang luar biasa banyak. Library ini juga tenang dan cocok sebagai lokasi alternatif jika mahasiswa disini ingin mencari suasana baru atau suasana tenang.
Salah Satu Sudut Rylands Library dan Koleksinya

Lorong yang Menakjubkan di Rylands Library
Karena waktu pertandingan masih lama, kami putuskan untuk mencari lokasi lain untuk dikunjungi, dan pilihannya jatuh ke Etihad stadium, kandang Manchester City. Lokasi stadion ini tidak terlalu jauh dari pusat kota. Dengan sekali naik bus, kami bertiga sampai di stadion rival sekota MU ini. Suasana stadion ini saat itu sedang sepi karena sedang tidak ada jadwal pertandingan. Stadion ini terlihat unik karena bentuk pilar dan atapnya yang khas. Tidak terlalu lama kami disini. Setelah mengambil beberapa foto dan menikmati suasana luar stadion, kami putuskan untuk segera kembali ke city centre untuk selanjutnya langsung menuju Old Trafford. 
Etihad Stadium, Where the Future Awaits (Kata Pendukungnya)

Salah Ndiri Naruh Lambang di Lantai, Gw Injek Lah
Sesampai di Old Trafford, suasana stadion sudah cukup ramai oleh para pendukung MU. Warna merah mendominasi atribut yang dipakai oleh para pendukung MU. Karena pintu stadion masih belum dibuka, kami putuskan untuk melihat-lihat sekitaran stadion. Selain bagian depan stadion kami juga sempat ikut antri untuk melihat kedatangan pemain dari kedua kesebelasan. Namun karena tidak sabar ingin segera masuk stadion, kami urungkan niat untuk ikutan menyambut pemain tersebut.
Old Trafford, Where History Are Made
Sebelum masuk stadion, pengunjung diperiksa dengan ketat oleh petugas. Barang-barang seperti botol air minum, senjata tajam, bahan peledak dan mantan dilarang dibawa masuk. Barang-barang tersebut dikuatirkan dapat memicu keributan atau kenangan.. wkwkwkwk.
Satuan Pengamanan Stadion. Keren di atas Kuda Putih

Selepas melewati pemeriksaan petugas, kami langsung mencari lokasi duduk masing-masing dan menunggu pertandingan dimulai. Old Trafford memang stadion yang luar biasa. Megah, besar, rapi dan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi siapapun yang menyaksikan pertandingan disini. Karena tiketnya jenis rombongan dan berharga murah, aku kebagian tempat duduk di sisi ujung atas stadion. Lumayan dekat dengan atap stadion. Hal ini bikin aku harus memicingkan mata buat memastikan siapa saja pemain yang sedang berlaga. Walopun demikian aku bangga, bersyukur dan bahagia bisa menyaksikan langsung MU berlaga di kandangnya.
Pertarungan Perempat Final Piala Eropa, MU vs Anderlecht
Pertandingan segera dimulai, pemain kedua tim melakukan pemanasan sebelum pertandingan. Announcer juga mengumumkan para pemain yang akan berlaga. Setiap nama pemain MU disebut, pendukung MU bersorak. Sebaliknya, ketika nama-nama pemain Anderlecht disebut, pendukung MU serempak berteriak huuuuu…. Benar-benar atmosfer yang seru.
Kick off dimulai. Pemain kedua tim saling serang untuk meraih kemenangan. Pertandingan berjalan seru. Aksi-aksi brilian Jese Lindgard beberapa kali mendapat aplaus dari penonton karena dribelnya berhasil menembus pertahanan lawan.
Gool… berawal dari tusukan dari sisi pertahanan lawan, Henrik Mkhitaryan berhasil menyarangkan bola ke gawang Anderlecht.  Gol yang disambut gemuruh pendukung MU. Namun pertandingan masih belum berakhir. Anderlecht membalas melalui gol pemainnya. Kedudukan menjadi imbang 1-1 dan kedudukan tersebut tidak berubah sampai peluit panjang babak kedua dibunyikan wasit. Pertandingan harus dilanjutkan dengan 2 x 15 menit babak tambahan. Untungnya pada babak tambahan ini MU berhasil menyarangkan satu gol lagi melalui Marcus Rashford. Gol yang membawa MU lolos ke semi-final piala Europa. Kemenangan ini tentu saja membuat aku lega karena MU menang dikandangnya dan melaju lebih jauh di kancah piala Europa.
Seusai Pertandingan. Puas dan Bahagia
Setelah pertandingan berakhir aku menunggu suasana stadion sepi sebelum keluar stadion. Di luar stadion, ribuan pendukung MU pulang dengan perasaan lega dan bahagia karena tim kesayangannya menang.
Malam itu aku dan 2 orang temanku numpang nginep di rumah kontrakan teman sesama penerima beasiswa Spirit di Manchester. Lumayan, mengirit pengeluaran. Dan syukurnya, rumahnya cukup untuk kami tempati. 
Berbeda dengan saat keberangkatan, aku pulang menggunakan Natex. Perjalanan pulang ini merupakan bonus buatku karena aku bisa menikmati pemandangan danau dan kawasan perbukitan yang ditumbuhi ilalang. Awan tebal memayungi hamparan luas ini membuat pemandangan menjadi adem. Setelah sempat transit sebentar di Sheffield, coach yang membawaku dari Manchester sampai di Notts sekira pukul 11 waktu setempat.
Transit di Sheffield Bus Station
Namanya rejeki emang ngga kemana. Aku termasuk salah satu fans MU dan dulu pernah berharap suatu saat bisa menyaksikan tim ini berlaga secara langsung. Alhamdulillah akhirnya keinginan ini terwujud dengan cara yang tidak disangka-sangka. Dapat tiket murah, di Old Trafford, di tribun pendukung MU dan tim yang aku dukung menang bahkan jadi juara kompetisi ini. Oh bahagianya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerkhof Peucut Aceh: Makam Putera Raja dan Kuburan Masal Warga Belanda pada Masa Kolonial

Aceh mempunyai banyak sekali lokasi wisata sejarah. Dari sekian lokasi wisata sejarah tersebut ada Kerkhof Peucut Aceh sebagai lokasi yang m...