Jumat, 29 Juni 2018

Birmingham & Leicester. Cerita Seru Bersama Sobat-Sobat Terbaek


Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa aku mempunyai banyak sahabat yang baik. Mereka memberikan support di kala aku down, dan turut berbahagia ketika aku merengkuh keberhasilan. Cerita seru kali ini adalah perjalananku ke dua kota, Birmingham dan Leicester bertemu sahabat-sahabat dari Indonesia.
Birmingham Canal
Sahabat-sahabatku dalam episode kali ini merupakan rekanku sesama penerima beasiswa Spirit dari Bappenas. Kami bereuni kecil-kecilan di Birmie sekalian sambil berencana nonton pertandingan West Bromwich Albion versus Manchester United.
Diantara Sobat-Sobat
Dalam rangka reuni ini, aku berangkat sendiri dari Nottingham menggunakan Natex. Di Birmie Station, aku dijemput teman-teman yang lain yang sudah datang terlebih dahulu. Selanjutnya Kami menuju ke rumah salah seorang teman sambil menunggu jadwal pertandingan WBA vs MU. Cukup lama kami transit di rumah ini sambil makan dan ngobrol bareng. Sekira pukul 15.30, kami berangkat menuju The Hawthorn, kandang WBA untuk menyaksikan pertandingan bola. Cerita tentang pengalaman pertama nonton pertandiangan bola di UK ini akan aku tulis di catatan tersendiri. Seusai menonton pertandiangan sepak bola, kami kembali ke rumah teman. Disana kami tidur dengan lokasi yang terbatas namun penuh dengan keseruan. Keseruan tukar cerita pengalaman masa kuliah semester pertama.
University Of Birmingham
Keesokan harinya sebelum sarapan, aku sendirian explore kampus University of Birmingham, UoB. Kampus ini terlihat unik dengan warna dominan merah bata pada gedung-gedung utamanya. Di kampus ini juga terdapat ikon yang menandakan kekhasan UoB. Bangunan ini adalah menara tinggi menjulang yang diberi nama Old Joe. 
Old Joe

Gedung utama kampus ini juga tak kalah ikonik. Arsitekturnya unik serta terdapat pahatan patung tokoh-tokoh ilmuwan terkenal pada bagian utama gedung. Di bagian lain kampus ini terdapat perpustakaan yang terlihat baru direnovasi. Perpustakaan ini terlihat simple namun sangat modern. Model perpustakaan yang membuat mahasiswa tertarik untuk mengunjungi dan berlama-lama didalamnya. Cukup lama aku menikmati suasan kampus yang sepi karena dalam masa libur ini. Keadaan kampus yang sepi ini juga membuatku puas hunting foto-foto dengan objek kampus beraarsitektur unik ini.
Aston Webb Building
Kampus Bagaikan Sebuah Istana
Selepas explore kampus UoB, aku kembali ke rumah teman dan bersiap untuk ke Kawasan City Centre. Aku sempatkan untuk menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh sang tuan rumah. Makan siang gratis yang sangat nikmat.
Birmingham Canal yang Tenang

Menyusuri Kanal

Senja yang Menakjubkan di Birmingham Canal
Tujuan pertama explore kota Birmie adalah Birmingham Canal. Kami menyusuri kanal yang tertata rapi dengan background gedung2 megah dan artistik yang memunculkan suasana romantis di kiri dan kanan kanal.  Sore itu,  cuaca ddi Birmingham canal sangat cerah. Cuaca  ini sangat tepat buat memburu suasana senja, walaupun udara dingin terasa menusuk. Di Birmingham canal, aku melewati beberapa terowongan dan jembatan serta berhenti beberapa kali di atas jembatan untuk mengabadikan pemandangan indah yang ada di depan mata. Ada juga angsa-angsa yang berkeliaran bebas mengambang kesana-kemari. Atraksi lain yang ditawarkan disini adalah perahu-perahu yang melintasi kanal. Perahu-perahu ini mempunyai bermacam-macam corak dan warna. Ahh.. suasana kanal yang menenangkan.

Indah Bukan?

Dari kanal yang indah ini, aku menuju ke Birmingham Coach Station melewati beberapa gedung yang menjadi landmark kota ini. Pertama, perpustakaan Birmingham. Perpustakaan ini mempunyai eksterior yang sangat unik dengan ukuran yang sangat besar. Dari kejauhan, perpustakaan ini akan mencuri pandang siapapun yang berada di area sekitar kawasan ini. Di depan perpustakaan ini terdapat pasar malam dengan bianglala temporer. 
Bianglala dan Perpustakaan Birmingham

Saat itu pasar malem ini tidak terlalu ramai pengunjung. Mungkin karena cuaca saat itu sedang tidak beigitu nyaman untuk uji adrenalin. Areal lain yang aku lewati adalah Victoria square. Berbeda dengan kawasan Birmingham Library, Kawasan ini sangat ramai pengunjung. Mungkin karena disinilah pusat keramain dengan background gedung utama di kota ini. Tempat lain yang penuh dengan pengunjung adalah market square, Kawasan pertokoan di Bullring Birmingham. Kawasan pertokoan ini rameeee banget sore itu. Nuansa Inggris dan Natal sangat terasa sore itu. Nuansa yang akan selalu aku rindukan.
Ikon Kawasan Bullring
Suasana Ramai Menjelang Libur Natal
Dari Bullring aku dan salah seorang teman, Mas Trijoko, ke Coach station untuk melanjutkan perjalanan menuju Leicester menggunakan bus Natex. Waktu tempuh Birmingham ke Leicester kira-kira satu jam. Tidak ada pemandangan yang menarik dalam perajalanan ini karena saat itu malam telah mengganti terangnya siang.
Warna-Warni Lampu Menghiasi Malam di Leista
Leicester. Aku dan mas Trijoko tiba di Leicester kira-kira pukul 19.00 waktu setempat. Kesan yang aku dapat saat pertama kali menginjakkan kaki di kota ini adalah suasana sepi dan tenang. Saat itu, walaupun masih masuk kisaran pukul tujuh malam, namun tidak banyak terlihat pengunjung di kawasan pusat kota. Hanya terlihat operator permainan khas pasar malam yang bersiap-siap membereskan arena permainannya. Karena tidak banyak yang bisa dilakukan disini, Mas Trijoko mengajak untuk segera istirahat di flatnya setelah sebelumya kami menyantap makan malam di salah satu restoran halal setempat.
After the Joy 
Keesokan harinya, seusai sarapan, kami keliling kota Leicester untuk mengunjungi beberapa lokasi. Lokasi pertama yang kami tuju adalah King Power Stadium. Stadion ini adalah kandang klub sepak bola Leicester City yang saat itu berposisi sebagai juara bertahan Liga Premier Inggris. Ukuran stadion ini tidak terlalu besar jika dibanding dengan stadion-stadion klub-klub besar UK. Namun stadion ini merupakan saksi sejarah keberhasilan Leicester City menguasai mahkota Premier League periode 2015-2016. Pencapaian yang luar biasa dari klub yang sebelumnya diramalkan akan terdegradasi ini.
Di Kandang Sang Juara Liga Primer Inggris 2015-2016
Lokasi berikutnya adalah kampus Leicester University. Kampus ini sedang dalam kondisi sepi karena saat itu bertepatan dengan  masa libur kampus mendekati Natal. Kampus ini terlihat tenang dan cocok untuk mahasiswa yang membutuhkan suasana tenang dalam belajarnya. 
@University of Leicester

Perpustakaan University of Leicester

Menikmati Gloomy Afternoon

Lokasi berikutnya yang kami tuju adalah War memorial monument. Monumen ini dibangun untuk memperingati para pahlawan UK dalam masa peperangan di berbagai misi. Monumen ini dibangun dengan megah. Wujud penghormatan yang sepadan dengan pengorbanan para pahlawan di medan laga. 

Leicester War Memorial
Kuburan di Sisi Jalan

Lokasi berikutnya merupakan lokasi yang paling berkesan bagiku. Lokasi ini dinamakan Kings walk. Lokasi ini merupakan pedestrian dengan jarak yang cukup panjang dengan pemandangan pepohonan di kiri kanan dan gedung-gedung berjajar rapi dengan nuansa yang sangat khas UK. Disini aku merasa sangat nyaman dan syahdu. Aku merasa iini merupakan salah satu moment terbaikku di UK karena bisa menyusuri jalan dengan pemandangan yang sangat indah. Aku membayangkan rasanya jika menyusuri jalan ini saat musim gugur, tentu akan lebih sempurna.  Walaupun demikian aku sudah merasa bersyukur bisa menyusuri jalan ini.  

Kings Walk Leicester
Dari Kings walk, aku diajak menuju ke Leicester Cathedral. Gereja ini mempunyai atap yang menjulang dan menjadi salah satu bangunan tertinggi di Leista. Gereja ini mempunyai taman yang cantik dan dilengkapi dengan patung King Henry di salah satu sudut taman gereja. Sambil menunggu jadwal keberangkatan bus menuju Nottingham, kami menikmati coklat hangat di salah satu kedai. 
Leicester Cathedral
Sebelumnya aku jarang menikmati minuman di kedai-kedai semacam ini karena rasanya yang tidak cocok. Namun kali ini berbeda, coklat hangat yang disuguhkan terasa sangat nikmat. Hangat dan manisnya pas. Sambil memandang puncak katedral Leista, coklat hangat ini menjadi teman sempurna dalam menikmati suasana sore di kota Leista.
Secangkir Coklat Hangat

Coklat hangat ini merupakan sajian terakhir sebelum aku meninggalkan kota ini. Aku kemudian naik bus Natex menuju kembali ke Nottingham. Kesanku, Leista merupakan kota kecil yang tenang dan sepi. Mungkin aku tidak akan betah di kota ini, karena tidak terlalu banyak atraksi yang disuguhkan oleh kota ini. Namun aku bisa berkali-kali menyusuri jalan setapak di Kings walk Leicester sambil menikmati kehidupan yang very UK atau Europe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...