Sabtu, 18 Juli 2020

Kultur Perbedaan Pendapat dan Kenapa Berbeda Pendapat

Sikapi Perbedaan dengan Bijak

Perkembangan kemajuan pengetahuan dewasa ini semakin meningkat. Ada banyak akses yang bisa digunakan untuk mendapatkan informasi sekaligus mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan tidak harus didapat dengan mempelajari atau mengalaminya langsung. Menjadikan pengalaman orang lain sebagai bahan pengetahuan dan pelajaran juga merupakan hal yang lumrah.

Proses mendapatkan pengetahuan serta pengalaman pada saatnya nanti akan menjadi salah satu dasar bagi seseorang untuk dapat menilai sesuatu. Penilaian tersebut adalah untuk menentukan apakah sesuatu itu dianggap baik atau buruk, benar atau salah, lebih atau kurang, dan seterusnya. Penilaian tersebut juga mencakup kadar dalam menentukan tingkat kebenaran dan kesalahan atau derajat kebaikan atau keburukan. Muara dari proses pembelajaran dan penilaian ini adalah suatu pendapat. Dan dengan menggunakan variabel di atas dalam menilai sesuatu, maka lumrah jika terjadi perbedaan pendapat.   

Yang menjadi konsern (baca: keresahan) saya saat ini adalah belum terciptanya iklim yang kondusif dalam menyikapi perbedaan pendapat. Ada satu cerita yang masih relevan untuk menggambarkan tentang situasi dimana suatu perbedaan pendapat dapat muncul, yakni tentang bagaimana tiga orang buta yang memegang gajah dan kemudian saling memberikan pendapatnya. Dalam kondisi dimana ketiga orang tersebut menceritakan pendapatnya kepada orang lain yang tidak buta namun sama sekali belum  berkesempatan melihat gajah maka akan terjadi beberapa kemungkinan. Pertama, jika masing-masing orang tersebut kukuh dengan pendapatnya tanpa mendengarkan pendapat yang lain, maka orang ke-empat akan kesulitan mendapatkan gambaran mengenai hewan atau benda apakah yang telah mereka temui. Kedua, jika ketiga orang buta tersebut saling melengkapi deskripsi atas hewan yang telah disentuhnya, maka orang lain yang belum pernah melihat gajah akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang hewan yang sedang dideskripsikan.

Kultur perbedaan pendapat

Opini saya berikutnya adalah terkait dengan kultur perbedaan pendapat di sekitar kita. Kultur ini dapat dipilah dan dipelajari dari banyak perspektif, namun dalam tulisan ini saya mencoba mengetengahkan empat diantaranya.

Pertama kultur dogmatis. Kultur ini bisa dilihat dalam lingkup ningrat, pesantren. Dalam level ini nyaris tidak ada perbedaan pendapat karena figur kyai, bangsawan, atau tokoh masyarakat merupakan figur sentral yang sangat dihormati dan luas wawasannya serta dianggap lebih bijaksana dan oleh sebab itu pendapatnya "lebih benar" dalam hal terdapat suatu perbedaan pendapat. Kondisi demikian seringkali membuat santri, kaum proletar dan masyarakat awam jarang mau secara kontras memunculkan pendapat yang berbeda dari figur-figur yang ditokohkan di masyarakat.

Kedua kultur Akademisi. Kultur ini yang menurut saya paling sehat dalam menyikapi perbedaan pendapat, karena masing-masing pendapat akan didukung dengan argumen yang diperkuat dengan bukti yang bersifat akademis. Diskusi ilmiah merupakan tempat dimana suatu topik bisa menimbulkan beberapa kemungkinan, diantaranya: memunculkan keseragaman ide, menyebabkan perbedaan pendapat, atau mengerucut pada satu atau beberapa kesimpulan. Diskusi ilmiah mungkin terlihat kaku dengan metode-metode penelitian dan argumen-argumen dari data empirik yang mewarnainya, namun hal ini masih merupakan salah satu cara terbaik untuk merumuskan perbedaan pendapat untuk kemudian dianalisis agar mendapatkan kesimpulan.

Ketiga kultur politisi. Satu hal yang menurut saya patut disayangkan adalah kultur perbedaan pendapat yang ditampilkan oleh para politisi. Agak susah mengharapkan mereka ini berargumen dengan kemurnian disiplin ilmu jika slogannya adalah "tidak ada lawan/kawan abadi, yang abadi adalah kepentingan". Hal ini ditambah dengan kondisi dimana media massa saat ini banyak sekali menampilkan perdebatan keras atas suatu permasalahan yang sejatinya bisa dibicarakan secara lebih beradab. Jika dicermati lebih jauh, ada nuansa upaya untuk "memanaskan", "mengadu"; dan "membenturkan"  kubu yang berlawanan untuk saling mematahkan argumen. Upaya menjatuhkan pendapat lawan ini juga tidak jarang memancing emosi para penontonnya yang pada gilirannya akan ikut berperang di kolom komentar.

Kultur keempat, perbedaan pendapat di kalangan awam. Range topik perbedaan pendapat di kalangan awam bisa sangat lebar sekali, mulai masalah keyakinan keimanan hingga teori konspirasi. Meskipun terdapat berbagai macam topik, perbedaan pendapat di kalangan awam bisa selesai dengan sendirinya salah satunya ketika muncul pernyataan yang tidak terucap berupa "pendapatmu memang benar, tapi aku tidak mau mengikutinya".

Kenapa berbeda pendapat

Kembali ke pembahasan di atas, bahwa pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang akan mempengaruhi metode berpikirnya hingga bermuara pada kesimpulan pendapatnya atas suatu topik.  Perbedaan jenis dan tingkat pendidikan, kaya miskinnya pengalaman dan kedalaman pengetahuan seseorang sangat berpengaruh pada caranya menarik kesimpulan atau memberikan pendapat. Pada gilirannya, dua orang, kubu, kelompok yang pendapatnya tidak sama merupakan tanda adanya perbedaan yang muncul diantaranya dari variabel tadi. Tentunya masih banyak variabel yang dapat memicu perbedaan pendapat contoh, adanya perbedaan kepentingan sebagaimana dominan terjadi pada dunia politik.

Sebagai penutup, saya mengutip ungkapan dari Imam Syafi'i "Pendapatkulah yang paling benar menurutku, tapi bukan berarti aku merasa yang paling benar. Karena, boleh jadi pendapat orang lain yang berbeda denganku juga mengandung kebenaran,". Dengan meresapi ungkapan di atas, setidaknya akan tumbuh respek kepada orang lain yang berbeda pendapat dengan kita. Dengan respek tersebut kita dapat menyikapi perbedaan dengan cara yang elegan dan menjaga agar tidak sampai terjadi permusuhan dan perpeahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...