| Jangan Serobot Antrian
|
Sampai saat ini saya masih menyayangkan adanya
perilaku masyarakat kita yang tidak tertib antri. Perilaku tidak tertib berupa nyerobot
antrian ini sangat mudah kita jumpai dalam berbagai momen. Yang paling mudah
dilihat adalah pada saat berkendara di jalan raya, terlihat bagaimana
kendaraan bermotor saling berebut untuk mendapatkan space luang agar
kendaraannya dapat segera melaju lebih cepat dari kendaraan lainnya. Jenis
serobot antrian berikutnya yang seringkali bikin sebel adalah saat mengantri
pesan makanan di warung atau restoran. Emosi bisa naik lebih tinggi lagi kalo
antrian dalam kategori ini diserobot, karena perut yang lapar seringkali bisa
memunculkan sisi galak seseorang.
Berikutnya lagi fenomena serobot antrian yang
mudah dilihat adalaah antrian untuk menaiki kendaraan umum. Di kawasan
Jabodetabek, moda transportasi umum KRL dan Transjakarta merupakan salah satu
pilihan transportasi massal yang menjadi tumpuan banyak orang. Karena animo
yang besar serta harga tiket yang murah maka banyak penumpang yang
menggunakan moda transportasi ini. Semakin banyak penumpang maka akan
memunculkan antrian, terutama pada jam-jam sibuk. Antrian dengan jumlah pengantri yang banyak tentunya
sangat rawan memunculkan fenomena serobot antrian.
Perilaku serobot antrian merupakan tindakan tidak
terpuji. Niatan untuk mempersingkat durasi antrian dengan mengabaikan hak
orang lain ini tentu saja bisa menimbulkan beberapa jenis reaksi terhadap
orang yang telah antri terlebih dahulu. Reaksi
paling ringan adalah perasaan sebal dan jengkel. Dalam tahap yang lebih
parah, bisa saja orang yang diserobot antriannya menjadi marah. Kalau sudah dalam
kondisi marah, niatan menegur penyerobot antrian bisa dianggap sebagai
tantangan untuk bikin keributan. Kalau sampe muncul keributan, semua yang terlibat tidak akan mendapatkan keuntungan. Makanya stop serobot antrian.
Selanjutnya, apakah fenomena serobot antrian di
sekitar kita menjadi semakin buruk? Saya memang belum pernah melakukan riset
atau membaca jurnal terkait budaya antri di Indonesia. Namun saya berkeyakinan
bahwa budaya antri pada masyarakat kita saat ini lebih baik dibanding periode
5, 10 atau 20 tahun lalu. Tentu saya akan sangat senang jika ada jurnal yang
membahas tentang budaya antri di Indonesia khususnya yang membahas tentang perbandingan
budaya antri masyarakat Indonesia masa sekarang dengan periode 5, 10 atau 20
tahun yang lalu. Pembandingan dan perbandingan ini akan menunjukkan apakah
masyarakat kita semakin tertib dalam antrian dan bagaimana budaya tertib mengantri dipromosikan.
Salah satu promosi tertib antri yang menurut saya
menjadi pemicu semakin tertibnya masyarakat Indonesia adalah pencanangan
proyek transportasi masal Busway di Jabodetabek. Penataan halte sedemikian
rupa secara tidak langsung membuat pengguna transportasi mulai belajar untuk
tertib menunggu giliran masuk ke bus pengangkut. Dalam kondisi sepi,
halte-halte busway merupakan etalase dan percontohan budaya antri yang patut
dibanggakan. Namun dalam kondisi “rush hour”, budaya antri ini seakan luntur
menjadi ajang saling serobot agar masing-masing orang dapat terangkut. Meski
demikian saya masih menaruh harapan bahwa ke depan, tertib mengantri akan
menjadi budaya kita.
Pada contoh lain, kita dapat melihat bagaimana
bank menerapkan karcis antrian. Teller atau CS tidak akan melayani nasabah
atau customer jika nomor antriannya tidak sesuai dengan panggilan. Model
penertiban antrian ini semakin banyak diadopsi oleh instansi-instansi
pemerintahan terutama yang melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat.
Sedikit banyak, rutinitas pengaturan antrian semacam ini akan menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya berlaku tertib saat menunggu giliran pelayanan.
Agar tertib antri semakin membudaya, mari kita mempromosikannya, baik di
media sosial kita atau melalui perbuatan nyata yakni dengan tidak menyerobot
antrian. Jika melihat orang yang tidak tertib antrian dan anda berniat untuk menegurnya, sampaikan teguran itu dengan sopan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar