Minggu, 12 Juli 2020

Romantika Senja di Buton Utara dan Perjalanan dengan KM Aksar Saputra

Dalam opini saya, Kabupaten Buton Utara merupakan kabupaten yang kondisi daerah serta sarana dan prasarananya relatif tertinggal dibanding kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Tenggara. Opini ini adalah hasil pengamatan singkat saya setelah melakukan penugasan ke kabupaten-kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 2011 hingga 2016. 

Dermaga Bone Kulisusu Buton Utara

Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Muna. Hal ini merupakan sesuatu yang unik karena walaupun secara geografis lokasi wilayah ini berada di pulau Buton, namun secara administratif masuk dalam wilayah kabupaten Muna, dimana kabupaten Muna ini sebagian besar wilayahnya berada di pulau Muna. Ada hal unik juga, kalau tidak mau dibilang kontroversi, terkait ibukota kabupaten ini. Secara legal formal berdasarkan amanat undang-undang, ibukota kabupaten ini berlokasi di Buranga. Fakta di lapangan, saat saya terakhir bertugas ke kabupaten ini pada tahun 2015, aktifitas perkantoran pemerintahan masih beroperasi di Ereke. Terdapat tarik menarik kepentingan dan perebutan pengaruh terkait dengan pendefinitifan lokasi ibukota kabupaten ini. Bagaimanapun prosesnya, saya berharap semoga dapat diperoleh penyelesaian yang terbaik.

Proses Pembangunan Stadion Buton Utara

Saya bertugas ke Kabupaten ini sebanyak empat kali, baik dalam rangka pemeriksaan maupun penugasan lain. Salah satu momen yang masih saya ingat dari kabupaten ini adalah pada saat melakukan sampling audit ke kabupaten ini. Pada saat melakukan pengambilan sampel urukan jalan, turunlah hujan yang sangat deras. Hujan deras tersebut tidak menyurutkan langkah kami untuk mendapatkan sampel sebagai rangkaian pengumpulan bukti audit. Ada juga momen ketika akhirnya kami tidak melaksanakan sholat jumat karena lokasi pengambilan sampel berada di tengah hutan dan jauh dari pemukiman penduduk.

Sebelum Merapat di Dermaga Wa Ode Buri

Lokasi kabupaten ini cukup jauh dari Kendari. Ada beberapa alternatif transportasi yang bisa digunakan untuk menuju ke kabupaten ini dari Kendari dan kesemuanya harus menggunakan kapal baik kapal kayu, kapal feri maupun kapal express. Masing-masing moda transportasi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kapal kayu Aksar Saputra merupakan kapal paling populer karena tiketnya murah namun durasi perjalanannya cukup lama yakni lima jam. Moda kapal berikutnya, kapal express, membutuhkan waktu perjalanan yang lebih singkat namun harga tiketnya lebih mahal. Adapun jalur kapal feri membutuhkan waktu yang lebih lama, karena harus menggunakan kendaraan darat terlebih dahulu sebelum melintasi selat Buton tepatnya dari pelabuhan Amolengo-Labuan dan kemudian dilanjutkan lagi dengan kendaraan darat menuju ke Ereke.

Kondisi Dalam Kapal Kayu KM Aksar Saputra

5 Jam Dalam Perjalanan yang "Mengesankan"

Bagi saya, moda transportasi yang paling berkesan adalah kapal kayu Aksar Saputra rute Kendari Ereke Wanci. Kapal kayu berukuran besar ini sanggup menampung penumpang dalam jumlah yang besar sekaligus membawa logistik keperluan pokok hingga kendaraan bermotor roda dua. Pengalaman pertama menggunakan kapal ini merupakan sebuah keterpaksaan karena saat itu ombak laut banda sedang dalam kondisi ganas sehingga membahayakan pengoperasian kapal express. Walhasil perjalanan kapal saat itu sangat “seru” karena kondisi ombak sedang tidak bersahabat dan kondisi kapal juga cukup memprihatinkan. Tidak ada AC, minim tempat duduk, berisik suara mesin kapal dan sekaligus asap mesin yang menyesakkan. Dari lima jam durasi perjalanan, sekitar 4 jam lebih merupakan mode terombang-ambing karena arus laut sangat kuat dan tidak bersahabat. 

KM Aksar Saputra dari Kejauhan
 

Untungnya pada kali kedua saya dengan kapal kayu Aksar Saputra ini, pengalaman yang saya rasakan lebih manusiawi. Saya bisa memesan kamar “VIP” dimana saya mendapatkan tempat yang lebih layak selama perjalanan. Kamar VIP ini bisa ditebus dengan tambahan tiket sebanyak 50 ribu. Lumayan, setidaknya saya bisa lebih nyaman selama dalam perjalanan. Di perjalanan kedua ini saya juga dapat menyaksikan keindahan alam berupa perpaduan arus laut yang kuat, tepian pantai, rimbunnya pepohonan yang menyelimuti kontur perbukitan dan cuaca mendung yang dramatis. Tak lupa pula angin laut saat itu juga sangat kencang. Perpaduan anugerah alam yang luar biasa untuk sebuah perjalanan dinas yang biasa saja.

Laut Banda dan Sisi Utara Pulau Buton dari atas KM Aksar Saputra

Moda berikutnya yang juga berkesan adalah kapal cepat MV Sagori Express. Pada saat saya masih bertugas di Sulawesi Tenggara, kapal ini tidak beroperasi jika suasana kebatinan laut sedang tidak menunjukkan persahabatan. Dengan kata lain, pada musim tertentu ketika ombak laut mencapai level membahayakan, kapal cepat ini tidak beroperasi. Selain itu, operasional kapal ini pernah dijadwalkan berangkat dua hari sekali. Sehingga para penumpang yang ada urusan dinas atau bisnis, harus pandai-pandai mengatur jadwal sebelum menuju ke kabupaten ini. Jika urusan bisa diselesaikan dalam sehari, maka keeseokan harinya bisa menggunakan kapal yang sama untuk kembali ke kendari. Namun jika bisnis atau dinas selesai dalam dua hari, maka terpaksa harus menunggu sampai 3 hari lagi sampai dengan jadwal kapal kembali ke Kendari.

Lansekap Pulau Buton dan Laut Banda
View from a Wooden Window

Ereke yang secara de facto menjadi Ibukota Kabupaten merupakan wilayah yang relatif sepi. Hal ini terlihat dari jumlah pemukiman penduduk yang tidak sepadat ibukota kabupaten lain di wilayah Sulawesi Tenggara. Begitu juga dengan kondisi pusat perekonomian di kota ini, tepatnya di pasar Ereke. Jumlah kios relatif sedikit serta aktifitas jual beli juga terlihat kurang semarak. Bangunan pasar serta kawasan berjualan menurut saya masih kurang representatif. Namun demikian, saya pernah membeli dan merasakan semangka terenak di pasar ini. Semangka yang dibudidayakan oleh transmigran asal pulau Jawa ini mencapai kematangan yang optimal dibawah cuaca panas menyengat di Buton Utara. Ukuran semangka tersebut sangat besar. Yang menakjubkan menurut saya adalah teksturnya dan rasanya yang manis sempurna. Saking enaknya hingga saya menghabiskan sendiri setengah dari semangka berukuran besar tersebut.

Fasilitas jalan raya di sekitar wilayah Ereke sudah mulai meningkat dari sisi kuantitas. Jaringan jalan yang kualitasnya cukup baik ini membentang di sepanjang jalur-jalur utama kota dan di kawasan perkantoran pemerintahan. Adapun fasilitas yang menjadi kendala untuk kemajuan wilayah ini menurut saya adalah keterbatasan jaringan komunikasi nirkabel. Pada saat pertama kali ke Ereke, sinyal peralatan telekomunikasi sangat terbatas. Untungnya, pada saat terakhir saya ke Kabupaten ini kondisinya sudah cukup baik, sinyal sudah mulai kuat. Masih ada lagi kendala yang cukup mengganggu yakni aliran listrik sering terputus. Aliran listrik merupakan kebutuhan vital bagi perkembangan perekonomian dan pemerintahan suatu daerah. Jika kondisi ini masih berlanjut, maka kerugian masyarakat akibat terputusnya aliran listrik ini akan cukup besar.

Beralih ke fasilitas akomodasi, di Ereke terdapat sebuah hotel yang layak huni yakni HB Beach Hotel. Fasilitas yang disediakan dan pelayanan yang diberikan sudah cukup bagus untuk sekelas kabupaten Buton Utara. Hotel dua lantai ini cukup megah dengan ukuran kamar yang lega. Pemandangan belakang hotel ini juga mengesankan, karena langsung menghadap ke pantai dengan diselingi rimbunnya pepohonan kelapa. Pantai ini pun juga istimewa karena kalo sore bisa dipakai buat menyaksikan indahnya senja. Walaupun hotel ini representatif, saya pernah merasakan blackout semalaman di hotel ini. Pihak hotel tidak sanggup menyalakan genset karena bahan bakarnya tidak tersedia. Gerahnya lumayan.

Pemandangan Sisi Belakang Hotel HB Beach Ereke

Untuk lokasi kuliner, bagi anda yang mudah merasa bosan, maka kota ini bukan lokasi yang rekomended untuk anda kunjungi. Hal ini dikarenakan jumlah restoran atau tempat wisata kuliner yang jumlah dan variasinya masih terbatas. Beberapa warung makan yang masih saya ingat adalah warung sate Madura dan restoran sup ikan di dekat dermaga Kulisusu yang pelayanannya menguji kesabaran customernya. 

Salah Satu Warung Makan di Ereke Buton Utara

Salah satu tempat dan suasana yang mengesankan dari Buton Utara adalah jajaran dermaga kayu di sepanjang pesisir pantai. Dari jajaran dermaga tersebut ada satu yang paling menonjol baik dari segi ukuran dan bangunannya yakni Dermaga Bone. Pantai dan dermaga ini relatif sepi, menenangkan, dan menyamankan. Saya dua kali berkesempatan menyaksikan senja yang menakjubkan di tempat ini. Yang masih saya ingat adalah betapa saya sangat menikmati perpaduan keindahan alam yang luar biasa pada suatu senja berupa momen menggelapnya cakrawala, awan yang berarak, laut yang tenang dan diselingi bisikan bebunyian alam. Benar-benar merupakan momen yang istimewa bagi saya. 

Ray of Light di Buton Utara
Senja di Dermaga Bone Ereke

Senja di Dermaga Bone Ereke

Senja di Dermaga Bone Ereke


Selain pemandangannya yang seru, jangan lupa untuk mengunjungi lokasi wisata kuliner ikan asap di sekitar dermaga ini. Berwisata kuliner di tempat ini selain dapat menikmati sajian nikmat ikan asap dipadu dengan sambal pedas yang mantap, kita juga dapat berinteraksi dengan warga setempat yang ramah dan sangat bersahabat. 

Tempat Wisata di Buton Utara

Berkunjung ke suatu lokasi yang jauh dan terpencil tidak akan membuat wawasan kita menjadi kerdil, justru pengalaman ini bisa memperkaya khasanah pengetahuan kita akan budaya, kondisi geografis, kondisi sosial kemasyarakatan dan permasalahan yang sedang dihadapi saudara kita nun jauh di sana. Tanpa blusukan langsung ke wilayah terpencil, mindset kita mungkin tidak akan peduli dengan permasalahan dan urgensi kebutuhan mereka. Dan nampaknya, banyak di antara kita yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Palembang, Kota Yang Mengesankan

Musim penerimaan CPNS tahun anggaran 2021 membawa banyak berkah bagi saya. Dalam rangka proses rekrutmen tersebut, saya berkesem...